Jeremy terkejut mendengar Madeline memanggil namanya di tengah suara klakson yang nyaring.Kata-kata yang sangat ingin dia dengar dari bibir wanita itu membuat kepahitan di hatinya terasa manis lagi.Jeremy sangat senang dan berbelok ke sumber suara itu.Saat dia berbalik, dia merasakan angin dari mobil yang melaju kencang ke arahnya.Sebuah firasat tentang apa yang bisa terjadi dalam situasi terburuk menggetarkan tubuhnya, dan tiba-tiba, kehangatan yang tak terduga mengelilinginya.Madeline dengan sekuat tenaga melompat ke arahnya dan melemparkan dirinya ke pinggir jalan saat wanita itu memeluknya erat."Linnie." Jeremy terkejut dan mempererat pelukannya.Detik berikutnya, truk-truk besar melesat melewati tubuh mereka.Aliran udara di bawah truk sangat kuat dan panas, tapi telapak tangan Madeline penuh keringat dingin.Ketika dia mendengar raungan di telinganya, itu berarti dia telah menangkap pria itu tepat pada waktunya. Dengan perasaan lega karena berhasil menyelamatkan Jeremy, dia
Dia bingung kenapa Madeline yang mengidap amnesia masih melakukan hal seperti itu pada Jeremy.‘Bukankah dia hanya akan bertindak lewat emosinya jika dia ingat bahwa dirinya pernah sangat mencintai pria itu?’Felicity tak bisa mengetahui jawabannya, jadi dia menunggu di pintu masuk rumah sakit. Setelah sekian lama, Jeremy dan Madeline masih belum juga keluar.Felicity mondar-mandir saat dia menunggu. Setelah kehabisan kesabaran, dia mengedit video yang tadi dia rekam.Dia awalnya ingin mengambil foto Madeline dan Jeremy yang bertemu berduaan saja untuk dilihat Felipe, tapi dia punya ide lain sekarang.Dia mengedit video itu hingga tampak seperti Madeline dan Jeremy sedang berdebat di jalanan sebelum Madeline akhirnya berbalik dan pergi. Kemudian, dia mengedit Jeremy yang mengejar wanita itu dan hampir tertabrak mobil. Adegan kecelakaan mobil sebelumnya dengan genangan darah di jalan kemudian ditambahkan.Akhirnya, dia memasukkan deskripsi tentang bagaimana seorang pacar yang tidak masu
Eloise dengan sedih menyerahkan ponselnya ke Madeline. "Eveline, lihat ini."Madeline melihat ke bawah dan melihat judul: [Pacar yang keras kepala dan tidak masuk akal membunuh pacar butanya di jalanan.]Dia mengklik videonya dan melihat bahwa itu adalah adegan saat dirinya berbicara dengan Jeremy di pinggir jalan tadi malam.Namun, videonya jelas sudah diedit.Memang benar bahwa Jeremy telah mengejarnya, tapi dia bukanlah pacar keras kepala yang tidak masuk akal dan juga bukan Jeremy yang tertabrak truk yang menyebabkan pria itu kehilangan banyak darah dan mati di tempat seperti yang tersirat dalam video itu.Kebetulan ada kecelakaan mobil serius di dekat Universitas Glendale tadi malam."Eveline, apa yang terjadi? Apakah Jeremy—""Tentu saja, dia tidak mati," jawab Madeline tanpa ragu-ragu. Dia kemudian mengklik untuk mencari tahu informasi mengenai pemasang video yang paling awal. "Cuma kerjaan seseorang yang ingin mengolok-olok. Itu sebabnya orang itu sengaja menulis judul seperti
"Tidak, ada orang lain yang lebih pantas mati daripada dia." Madeline menatap Karen dengan tatapan yang dalam dan angkuh.Ekspresi wajah Karen berubah. "Apa maksudmu, Madeline? Maksudmu aku?""Mereka yang menambahkan bahan bakar ke dalam api lebih tercela daripada mereka yang menutup mata. Jeremy harus mati, tapi sebagai kaki tangan dan penyemangat Meredith si pelacur palsu itu, kau lebih pantas mati dibanding Jeremy.”Ketika Karen dan Felicity mendengar itu, wajah mereka suram.Madeline mengangkat kedua alisnya dan menatap Felicity. "Miss Walker, apa kau setuju dengan apa yang aku katakan?”"..." Felicity tertegun."Karena kau adalah pacar Jeremy, kau pasti tahu tentang mantan pacarnya, Meredith, bukan""Aku tidak tahu banyak soal hubungan mereka." Felicity menyangkal dan memalsukan ketidakpeduliannya.Madeline mengangguk dan tersenyum. "Oh, Miss Walker, kau tidak tahu tentang Meredith? Baiklah, biarkan aku memberitahumu."Saat mengatakan itu, bibir Madeline melengkung menjadi senyum
Ketika Meredith mendengar kata-kata Madeline, dia merasa senang.Karena Jeremy sedang berpura-pura menjadi kekasihnya untuk menghindari Madeline, mana mungkin pria itu akan pergi dengan Madeline?Dia tertawa sendiri dan berinisiatif untuk berjalan ke sisi Jeremy. Dia tersenyum lebar. "Miss Montgomery, kau adalah mantan istri Jeremy, jadi kuharap kau tidak akan mendekati Jeremy lagi karena sebagai pacar Jeremy saat ini, aku merasa tidak nyaman dengan itu.”Karen sudah pasti memilih berpihak pada Meredith. "Madeline, kau sudah melihat mereka dan mendengar apa yang Felicity katakan. Kuharap kau tahu bagaimana harus bersikap!" Madeline dengan santai menatap kedua wanita di depannya, tatapannya tertuju pada wajah mereka."Jeremy, kau harus membuat keputusan sendiri untuk memutuskan apakah kau ingin pergi atau tinggal." Sambil berbicara, dia berbalik dan berjalan menuju pintu dengan santai.Ketika mereka melihat Jeremy berdiri dalam diam, baik Karen maupun Meredith merasa cukup puas.Namun
"Ya, aku yakin itu dia. Aku ingat kalau dia cantik.""Ck, terus kenapa kalau dia cantik? Apakah kalau cantik berarti kau bisa mengamuk di jalan, membuat pacarmu tertabrak mobil, hingga membuat pria itu dibawa ke UGD?!""Tepat sekali! Wanita itu adalah wanita penggoda yang telah membawa laki-laki itu ke kehancurannya. Aku merasa kasihan pada pria tampan itu!"Sebenarnya, Madeline bisa merasakan tatapan aneh dari wanita cerewet itu tepat saat dia memasuki lift, jadi dia sudah tahu apa yang akan terjadi padanya. Ketika Jeremy mendengar kata-kata itu, dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak cemberut.Dia tahu bahwa wanita penggoda yang dibicarakan para wanita itu mengacu pada Madeline sedangkan pria tampan yang mereka sebutkan adalah dia. Benar saja, detik berikutnya seseorang berteriak ke arahnya. "Bukankah dia pria tampan buta dari video itu?!" "Bukankah dia sudah meninggal?!""Siapa bilang dia meninggal? Dia dikirim ke UGD!""Tapi apa menurutmu dia terlihat seperti baru saja keluar
Madeline mengambil kartu itu dan melihat ke sekeliling setelah diam-diam membacanya."Ada apa, Linnie?" Jeremy agak bingung saat dia tak mendengar apa pun dari Madeline."Tidak ada apa-apa," jawab Madeline dan membuka pintu sisi penumpang. "Masuk ke mobil."Jeremy dapat merasakan bahwa sesuatu yang aneh telah terjadi tapi tidak bertanya lebih lanjut dan masuk ke mobil dengan patuh.Madeline masuk ke dalam mobil dan melihat sekilas kata-kata yang tercetak di kartu. [Hati-hati kau, Eveline Montgomery.]Itu jelas bukan pengingat yang baik, melainkan peringatan yang arogan.Orang itu memanggilnya Eveline Montgomery. Madeline melirik Jeremy di sebelahnya. Ekspresi tenang pria itu memberinya kedamaian. Selain itu, cara pria itu membela diri di lift barusan menunjukkan bahwa pria itu tidak membiarkan kebutaannya membuatnya semakin lemah. Dia adalah Jeremy, masih Jeremy yang dulu. Madeline tidak terlalu memikirkannya dan menyalakan mobil.…Setelah Jeremy dan Madeline pergi, Felicity jug
"Hmph, kau bahkan tidak mengenali kami, dua bersaudara ini? Kau pasti pernah melihat kami di televisi, bukan? Kami adalah sekelompok bandit, sekelompok pembunuh buronan. Mengerti?"Mendengar komentar tersebut membuat mata Karen terbelalak. Dia sangat takut sampai dia basah kuyup oleh keringat dingin.'Aku tak percaya dua orang bandit ini mendatangiku!'"Kau tak perlu terlalu takut. Untuk saat ini, kami akan membuatmu tetap hidup karena kau masih ada nilainya."Kedua laki-laki itu kemudian menarik Karen dan menyeretnya keluar."Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan aku. Tolong! Tolong…" Karen berteriak ketakutan."Lepaskan! Lepaskan dia!" Old Master mendengar keributan itu dan baru saja selesai menelepon Madeline di belakang punggung mereka. Baru setelah itu dia mendorong kursi rodanya keluar ruangan."Selamatkan aku, Dad! Dad!" Pekik Karen.Namun, kedua laki-laki itu tak peduli dengan Old Master. Mereka mengangkat kaki mereka dan menendang kursi rodanya. "Kau mencoba menggali kuburanmu se