“Hei cantik, kenapa kau tidak bermain-main dengan kami bertiga saja? Kami tidak akan memperlakukanmu dengan buruk.”Preman-preman itu mengatakan hal-hal tidak senonoh sambil menatap mesum wajah dan tubuh Madeline.Madeline melirik ketiga preman itu dengan jijik. Tatapannya tajam dan dingin. "Minggir.”Pantai itu luas dan kosong. Jeremy, yang tadinya duduk diam, tiba-tiba mendengar suara Madeline.Dia memalingkan wajahnya untuk mendengarkan dengan seksama, tapi dia malah mendengar suara-suara vulgar dari beberapa laki-laki.“Galaknya!”“Kami kebetulan suka dengan cewek cantik yang galak seperti kamu!”“Ayolah, kami akan membuatmu senang!”Madeline memberikan tatapan dingin. “Jangan sentuh aku. Pergi.”Namun, semakin Madeline melawan, semakin bersemangat ketiga preman pemabuk itu.“Linnie?” Jeremy sekarang yakin kalau itu benar-benar suara Madeline.Dia tak menyangka Madeline akan berada di dekatnya dan ada tiga bajingan yang sekarang sedang melecehkan wanita itu.Tatapannya muram saat d
Bagaimana Jeremy bisa mentolerir laki-laki yang menggunakan kata-kata kasar dan kurang ajar soal tubuh Madeline? Matanya suram, dan kata-katanya dingin seperti es."Meski kalian tidak punya otak dan anggota tubuh yang tidak seberapa, kalian punya penglihatan yang bagus. Wanita ini memang istriku."Kata-katanya berakhir, dan dengan pendengarannya yang sensitif, dia menjatuhkan ketiga preman itu ke aspal dengan kekuatan yang menggelegar.“Argh, argh!” Bajingan bernama Nate berteriak, darah merembes dari sudut mulutnya.Jeremy menarik tangannya dan sekali lagi memeluk Madeline, melebarkan sayap pelindung di atas wanita itu.Hujan berangsur-angsur semakin deras, tapi Madeline merasakan sebuah arus hangat mengalir dari tubuh Jeremy ke tubuhnya. Kehangatan ini membuatnya merasa nyaman.Meski buta, kedua mata Jeremy masih tajam dan diwarnai dengan getaran yang menakjubkan."Kalau kalian tidak mau mati, segera minta maaf kepada istriku."Nada bicaranya yang memerintah membuat ketiga berandalan
Dengan gerakan itu, laki-laki itu membuang pisau lipatnya dalam kesakitan dan berguling ke aspal dengan wajah pucat."Enyah kalian!"Madeline membentak dengan agresif.Dua preman lainnya melihat pemandangan itu dan sangat takut hingga mereka berbalik dan pergi.Madeline segera menelpon polisi, tapi setelah melihat darah masih mengalir dari lengan Jeremy dan hujan yang masih turun, dia tidak cukup sabar menunggu polisi datang. Karena itu, dia membawa Jeremy ke mobil."Aku akan membawamu ke klinik dekat sini untuk membalut lukanya.""Bagaimana kau tahu kalau ada klinik di dekat sini?"Madeline juga terkejut saat Jeremy tiba-tiba menanyakan hal itu.Yeah, bagaimana dia tahu?Namun, itu adalah sebuah kebenaran dalam ingatannya.Tanpa menunda-nunda lagi, dia membawa Jeremy ke klinik berdasarkan apa yang dia ingat.Ketika mereka keluar setelah mengobati luka Jeremy, hujan turun dengan lebatnya.Saat itulah Madeline menerima telepon dari Felipe. Pria itu bertanya di mana dia.Madeline melirik
Wajah Jeremy tampak cemas, tapi dia masih mencari-cari sosok Madeline dalam kegelapan.Meskipun Madeline bukan lagi wanita yang lemah, dia masih tetap terkejut ketika seekor tokek tiba-tiba telah merayap ke dekatnya. Dia juga tidak menyangka Jeremy akan masuk begitu saja dengan begitu cemas."Linnie? Apa yang terjadi padamu? Di mana kamu?"Jeremy meraba-raba. Ada kegelisahan dan kekhawatiran dalam nadanya.Madeline berdiri di satu sisi kamar mandi, dan dia melihat bagaimana Jeremy sedang mencarinya dalam kebingungan saat hatinya diam-diam bergetar."Linnie, tolong jawab aku dengan cepat. Kamu di mana?” Tanya Jeremy lagi dengan gugup. Madeline tak bisa lagi berdiam diri."Aku di sini."Begitu mendengar suara Madeline, Jeremy mengikuti asal suara itu. Saat dia menyentuh tubuh Madeline, dia memeluk wanita itu dengan erat sambil berharap dia bisa melelehkannya ke dalam darahnya sendiri."Kau tidak apa-apa?” Suara rendahnya bergetar disertai sedikit ketegangan.Madeline tertegun selama dua d
Jeremy mengulurkan tangannya tapi setelah beberapa saat tidak juga berhasil menyentuh cangkir teh itu. Melihat pria itu berjuang mati-matian, Madeline merasakan kegelisahan di hatinya.Dia memegang tangan Jeremy dan meletakkan cangkir teh tepat di telapak tangan pria itu.Kontak kulit selama momen singkat ini membuat Jeremy merasa sedikit tersesat dalam pikirannya.Sesaat dia merasakan telapak tangan Madeline yang hangat dan lembut di punggung tangannya. Teh jahe yang meluncur ke kerongkongannya terasa sangat manis.Madeline menyerahkan pakaian basah mereka kepada pemilik hotel, dan ketika dia kembali, Jeremy sudah menghabiskan tehnya. Pria itu duduk dengan tenang di dekat jendela.Dia berjalan ke arah Jeremy, dan ketika dia akan berbicara, hidungnya tiba-tiba terasa gatal. Dia kemudian berbalik untuk bersin.Jeremy menoleh dan menatapnya dengan alis berkerut. "Miss Montgomery, jika kau merasa tidak enak badan, sebaiknya kau beristirahat lebih awal. Jangan khawatir, aku tidak akan per
Felipe menyipitkan mata sedingin esnya pada Jeremy. "Apa yang sedang kau lakukan?" Dia bertanya balik dengan suara dingin dan ekspresi gelap. "Eveline sudah menjadi wanitaku. Dia tidak lagi punya hubungan apapun denganmu, Jeremy. Pikirkan semua yang kau lakukan pada Eveline sebelumnya. Jika bukan karena aku, Eveline sudah menjadi segenggam abu."Kata-kata Felipe menghantam hati Jeremy dengan keras.Jika Felipe tidak menyelamatkan Madeline, wanita itu sudah pergi ke dunia lain...Felipe-lah yang memberi kesempatan pada Madeline untuk dilahirkan kembali.Jeremy seperti tiba-tiba kehilangan semua kekuatannya. Dia melepaskan cengkeramannya pada Felipe."Jeremy, ingat apa yang kau katakan. Jangan usik kedamaian Eveline lagi."Felipe meninggalkan kata-kata peringatan terakhir sebelum berbalik sambil menggendong Madeline di pelukannya.Mendengarkan langkah-langkah kaki selanjutnya, Jeremy merasa seolah-olah Madeline adalah gelombang pasang di lautan yang perlahan memudar di luar jendela. Wani
Saat dia hampir menyentuh kulit Madeline, dia menarik tangannya ke belakang."Madeline, jika kau bisa hidup kembali dan mengubah namamu, aku juga bisa."Felicity terkekeh dengan suara rendah, kedua matanya semakin suram."Madeline, aku pasti tak akan mengizinkan dirimu dan Jeremy untuk bersama lagi. Dia milikku, dan kau… Tunggu saja. Suatu hari nanti aku akan membuktikan kepadamu bahwa pemenang akhirnya adalah aku!"Dia dengan keras mengumpat pada Madeline yang tertidur lelap sebelum diam-diam meninggalkan kamar.…Setelah beristirahat selama dua hari, kondisi mental Madeline telah pulih sepenuhnya.Teringat dengan apa yang terjadi di hotel malam itu, dia menelepon Jeremy.Tidak ada yang menjawab setelah sekian lama dia melakukan panggilan.Dia mencoba menelepon lagi, tetapi hasilnya tetap sama.Saat dia berpikir untuk langsung menemui Jeremy untuk mengklarifikasi, Felipe muncul di depannya. Kedua alis pria itu melembut saat bertanya dengan lembut, "Eveline, sudahkah kau memutuskan k
Madeline melihat punggung Felipe yang menghadapnya. Tubuh pria itu tinggi dan ramping, tetapi aura dingin keluar dari tubuh itu.Sebaliknya, Jeremy duduk di kursi dengan kalem. Profil samping pria itu tampak lembut dan tenang.Beberapa saat kemudian, Jeremy membuka mulutnya dan berkata dengan ringan, "Itu adalah memoriku dan Linnie. Tidak ada hubungannya denganmu.""Tidak ada hubungannya?" Felipe terkekeh dengan arogan. "Eveline adalah istriku sekarang."Kata 'istri' menembus hati Jeremy. Dia mengatupkan bibir tipisnya erat-erat dan melihat ke depan dalam diam, tidak menyangkal apapun.Melihat Jeremy diam saja, Felipe mengangkat kedua sudut bibir tipisnya dan menyeringai dalam-dalam. "Jeremy, kau adalah orang yang awalnya tidak menghargai wanita itu, jadi jangan pernah berharap untuk kembali mendapatkan Eveline hari ini. Kau sama sekali tidak pantas mendapatkan Eveline."Jangan mengharapkan apa-apa lagi dari Eveline. Dia bukan lagi milikmu. Kau harus berhenti bermuka dua dan berusaha u
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka