Eve sebenarnya seseorang yang istimewa.
Dia bukanlah pendendam. Tidak pernah mengingat siapa yang membuat luka di hatinya tetapi selalu mengingat rasa sakit dari luka itu. Meskipun bekasnya sudah sangat tipis, namun rasanya sakitnya itu terkadang muncul.
Dan jangan salahkan Eve jika dia selalu berusaha orang lain yang sangat dia sayangi tidak merasakan rasa sakit yang pernah singgah di hatinya. Meskipun caranya memang kadang tidak masuk akal.
Eve bersedia menikahi tunangannya yang telah membuat adiknya hamil supaya adiknya mau melanjutkan kehamilannya sampai anaknya lahir. Lalu dia membebaskan adiknya dari semua tanggung jawab seorang ibu dan tanggung jawab seorang perebut tunangan orang lain. Semata-mata agar Aze tidak perlu merasakan rasanya terkungkung dalam hal yang namanya tanggung jawab.
Eve bersedia menyerahkan semua kebebasannya dan keleluasaannya untuk menjadi seorang istri dari pria yang menolaknya terus-menerus saat mereka masih bertunangan
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Mau menghibur malah terhibur, itu intinya. Hug and kiss, Josie.
1 Mei 2019. Eve memasuki ruang praktek psikiater yang direkomendasikan oleh Darwin beberapa hari lalu. Eve tidak pernah meragukan rekomendasi dokter-dokter pilihan Darwin karena memang tidak pernah mengecewakan. Darwin akhirnya mau menemani Eve karena merasa khawatir juga pada Eve yang tidak bisa menceritakan apa yang dialaminya pada siapa pun. Eve sendiri bukan tidak mau bercerita, hanya seperti biasanya dia itu berhati-hati, karena dia belum bisa memikirkan apa yang bisa terjadi jika ini diketahui orang lain. Eve yang biasa memperkirakan apa yang akan dilakukan dan terjadi pada orang-orang di sekitarnya, saat ini merasa cukup bodoh karena tidak bisa berbuat begitu lagi. Ini akibat semuanya serba tidak bisa ditebak tentang skandal apa saja yang disembunyikan dan siapa saja yang menyembunyikannya. Hugo Hardian memberikan senyumnya sambil menyodorkan telapak tangan kanannya untuk menyalami Darwin dan Eve. Mereka juga membalas uluran tangan itu dan segera duduk
Eve bercerita tentang masa kecilnya dalam pengaruh hipnosis Dokter Hugo. Eve memang benar kalau dia pernah tinggal di rumah itu entah mulai umur berapa, tetapi dia bisa mengingatnya di saat sudah bisa berjalan dan berbicara sedikit-sedikit. Dia memanggil Mama dan Papa pada Diana dan Aksa. Mereka adalah orang tua yang penuh kasih sayang, memeluknya dengan hangat dan memenuhinya dengan kebahagiaan. Eve berbicara dengan penuh cinta tentang kedua kakak laki-lakinya. Del dan Ex, begitu dia menyebutnya. Del yang hanya bisa memeluknya tanpa berbicara dan Ex yang sangat cerewet bercerita padanya. Del yang selalu menggendongnya dan Ex yang suka sekali membuat Eve berlari mengejarnya. Sebentar lagi Eve menangis karena seorang pria dan wanita itu membawanya pergi dari rumah itu. Eve yang sudah cukup besar untuk menggambarkan Erick dan Rita yang sekarang adalah orang tuanya. Eve memanggil mereka dengan panggilan Daddy dan Mommy karena menolak menggantikan sosok papa dan mamanya.
10 Mei 2019. Dexter mengajak Felix untuk menjemput Daniel di rumah lalu langsung berangkat menjemput Eve di kantornya. Tentu saja, kemarin Dexter memancing ibu mertuanya dulu lalu meminta ijin untuk pergi bertiga ke luar kota. Setelah ada lampu hijau, dia meminta ijin pada ayah mertuanya, dan ajaibnya ijin itu turun juga meskipun diiringi ejekan yang hanya dia tertawakan saking sudah terbiasa mendengarnya. Dexter tentu saja harus meminta ijin karena kapasitasnya sebagai menantu yang masih tinggal bersama mertua. Dexter juga sudah tidak mau meminta ijin lagi untuk pindah ke rumahnya sendiri. Sejak mendengar nama Wenas Harahap dari Barnie dan Aze, dia jadi yakin ada skandal di masa lalu tentang dendam lama yang belum terbalas. Dia merasa Eve dan Daniel akan lebih aman tinggal di rumah keluarga Eve. Sesekali mereka tidur di rumah Dexter hanya untuk pergantian suasana saja, Eve sangat menyukainya dan Dexter cukup bangga dengan apa yang dilakukannya. Lagipul
“Terima kasih pinjaman mobilnya,” kata Dexter pada Arga sebelum pamit pulang. Jadi itulah sebabnya Eve teringat dengan mobil hitam yang mereka naiki ke Red Moon. “Sama-sama. Pinjam aja mobil dan sopirnya sampai kalian pulang. Aku juga tidak akan sanggup beli mobil itu cash kalau bukan Eve membantu membuka restoran ini. Masih ada mobilku yang satunya di rumah. Kalian nikmati liburan kalian. Jangan lupa kontak kami kalau kamu di Surabaya, Dex. Kita bisa liburan bareng lain kali. Jangan seperti Eve yang datang hanya untuk menghitung uang.” Arga tertawa. Eve itu hampir tidak pernah rewel meminta ini-itu, komitmennya jelas sejak awal mereka patungan dengan tidak adil. Semua uang dan properti dari Eve sedangkan Arga hanya bermodal ide dan kemampuannya memasak, sangat tidak berimbang tetapi Eve terlihat tidak peduli. Eve juga tidak mengomel saat restoran masih sepi dan merugi selama 2 bulan pertama. Eve merubah sistem pemasaran yang berimbas naiknya biaya promo dan
17 Mei 2019. Eve berlari di sepanjang lobi rumah sakit. Untung saja dia tidak memakai sepatu hak tinggi karena dia tidak suka kalau tubuhnya makin terlihat jangkung. Tetapi tetap saja suara sepatunya berisik dan dia merasa mengganggu orang lain. Napasnya terengah-engah, harusnya dia tidak perlu berlari. Eve mengangguk, tersenyum pada kedua resepsionist dan langsung naik ke paviliun untuk pasien VVIP. Lift khusus membawanya ke lantai 3 yang bergerak cepat itu terasa lambat. Dulu Daniel, sekarang Dexter. Rasanya seperti dejavu saja. Dia membuka pintu kamar perawatan dan hanya berdiri di ambang pintu. “Kamu masih beruntung, Dex. Coba saja kalau balok baja yang menimpa kamu, kamu sudah jadi dendeng,” kata Darwin. Tangannya masuk ke dalam saku celananya. Dia sudah hampir pulang saat dikabarkan ada anggota keluarga Daveno yang masuk ke UGD. Keluarga Abdi bisa saja dibilang dokter pribadi keluarga itu jadi Darwin harus mengurus semuanya sampai rujukan ke dokter spes
Felix merasa terganggu dengan kejadian hari ini. Dia terus-terusan mengatakan pada dirinya sendiri, mesin itu masih bagus, sangat bagus. Semua peralatan di proyek adalah milik perusahaan sendiri supaya mereka tidak perlu menyewa, jadi maintenance rutin sangat menguntungkan perusahaan. Manager maintenance di lokasi proyek juga terkenal sangat teliti. Mungkin Felix akan tetap memakai faktor kelalaian yang menyebabkan kecelakaan di tempat kerja yang dialami Dexter dan salah satu pengawas proyek jika saja dia tidak ingat kejadian yang dia alami seminggu yang lalu. Kejadian yang menakutkan tetapi terlihat biasa saja saat itu tetapi tidak biasa jika dikaitkan dengan kejadian hari ini. Ingatan Felix kembali ke kejadian satu minggu yang lalu. Felix harus menjadi sopir untuk membawa Eve, Daniel dan Dexter ke bandara untuk penerbangan mereka dengan jet pribadi ke Surabaya. Dexter juga memintanya membawa mobil itu kembali ke rumah Felix saja jadi dia tidak perlu kembali
Eve masih menarik lengan Darwin dan setengah menyeretnya keluar dari ruang perawatan Dexter karena dari tadi Darwin tidak menggubris kode darinya untuk keluar dari sana. “Papa kasih ultimatum untuk memberinya keputusan soal masalah di rumah sakit, hari ini. Harus hari ini, Win! Kita cuma punya waktu 15 menit,” kata Eve. Tangan satunya menggandeng lengan Darwin dan tangan satunya mengelus lengan Dexter tanda mau pamit. Dexter memang menatapnya dengan kesal tetapi begitu ingat bisikan dan tangisan Eve semalam, dia juga lupa caranya melanjutkan kekesalan itu. Otaknya malah sedang beradu argumen, “She loves me. She loves me not. She loves me. She loves me not.” Dexter merasa sudah hampir gila wanitanya jadi romantis seperti semalam, coba saja semalam tidak ada infus di tangannya. Eve yakin kalau dia tidak bisa bebas dulu berbicara dengan Darwin karena sebentar lagi Dexter akan keluar dari rumah sakit dan Eve harus tinggal di rumah mertuanya setiap akhir pekan. Pr
Dexter memiliki rencana lain hari ini dan dia tidak ingin Eve ada di sekitarnya untuk mendengar apa yang akan dia bicarakan nanti. Untung saja hari ini Eve ada janji dengan psikiater bersama Darwin karena tanpa alasan itu Dexter tidak akan melepaskan Eve ke mana pun, untuk keselamatan Eve dan untuk kedamaian dirinya. Tetapi Darwin cukup bisa dipercaya menjaga Eve. Dexter duduk di kamar kerja Aksa, ayahnya. Dia sudah tahu dengan pasti kalau ayahnya ada di rumah hari ini, tepatnya baru saja pulang ke rumah. Menurut sopir, mereka baru saja pergi ke rumah Keluarga Daveno. Kalau diingat-ingat, ayah mertua Dexter itu tidak pernah datang ke rumah ini. Selalu ayahnya dan keluarganya yang ke sana. Mereka sangat akrab apalagi sekarang sudah menjadi keluarga, jadi ini menjadi terdengar aneh. “Pa,” sapa Dexter. Dia memutar kursi yang didudukinya supaya bisa melihat ayahnya yang baru masuk ke ruangan itu. “Dex,” sahut Aksa. Keningnya berkerut. Dexter tidak terliha