10 Mei 2019.
Dexter mengajak Felix untuk menjemput Daniel di rumah lalu langsung berangkat menjemput Eve di kantornya. Tentu saja, kemarin Dexter memancing ibu mertuanya dulu lalu meminta ijin untuk pergi bertiga ke luar kota. Setelah ada lampu hijau, dia meminta ijin pada ayah mertuanya, dan ajaibnya ijin itu turun juga meskipun diiringi ejekan yang hanya dia tertawakan saking sudah terbiasa mendengarnya. Dexter tentu saja harus meminta ijin karena kapasitasnya sebagai menantu yang masih tinggal bersama mertua.
Dexter juga sudah tidak mau meminta ijin lagi untuk pindah ke rumahnya sendiri. Sejak mendengar nama Wenas Harahap dari Barnie dan Aze, dia jadi yakin ada skandal di masa lalu tentang dendam lama yang belum terbalas. Dia merasa Eve dan Daniel akan lebih aman tinggal di rumah keluarga Eve.
Sesekali mereka tidur di rumah Dexter hanya untuk pergantian suasana saja, Eve sangat menyukainya dan Dexter cukup bangga dengan apa yang dilakukannya. Lagipul
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Terima kasih buat diamond-nya. Aku harus mengutip kata-kata seorang tokoh terkenal sebagai ucapan terima kasih, "Saya suka, saya suka, saya suka." Hug and kiss, Josie.
“Terima kasih pinjaman mobilnya,” kata Dexter pada Arga sebelum pamit pulang. Jadi itulah sebabnya Eve teringat dengan mobil hitam yang mereka naiki ke Red Moon. “Sama-sama. Pinjam aja mobil dan sopirnya sampai kalian pulang. Aku juga tidak akan sanggup beli mobil itu cash kalau bukan Eve membantu membuka restoran ini. Masih ada mobilku yang satunya di rumah. Kalian nikmati liburan kalian. Jangan lupa kontak kami kalau kamu di Surabaya, Dex. Kita bisa liburan bareng lain kali. Jangan seperti Eve yang datang hanya untuk menghitung uang.” Arga tertawa. Eve itu hampir tidak pernah rewel meminta ini-itu, komitmennya jelas sejak awal mereka patungan dengan tidak adil. Semua uang dan properti dari Eve sedangkan Arga hanya bermodal ide dan kemampuannya memasak, sangat tidak berimbang tetapi Eve terlihat tidak peduli. Eve juga tidak mengomel saat restoran masih sepi dan merugi selama 2 bulan pertama. Eve merubah sistem pemasaran yang berimbas naiknya biaya promo dan
17 Mei 2019. Eve berlari di sepanjang lobi rumah sakit. Untung saja dia tidak memakai sepatu hak tinggi karena dia tidak suka kalau tubuhnya makin terlihat jangkung. Tetapi tetap saja suara sepatunya berisik dan dia merasa mengganggu orang lain. Napasnya terengah-engah, harusnya dia tidak perlu berlari. Eve mengangguk, tersenyum pada kedua resepsionist dan langsung naik ke paviliun untuk pasien VVIP. Lift khusus membawanya ke lantai 3 yang bergerak cepat itu terasa lambat. Dulu Daniel, sekarang Dexter. Rasanya seperti dejavu saja. Dia membuka pintu kamar perawatan dan hanya berdiri di ambang pintu. “Kamu masih beruntung, Dex. Coba saja kalau balok baja yang menimpa kamu, kamu sudah jadi dendeng,” kata Darwin. Tangannya masuk ke dalam saku celananya. Dia sudah hampir pulang saat dikabarkan ada anggota keluarga Daveno yang masuk ke UGD. Keluarga Abdi bisa saja dibilang dokter pribadi keluarga itu jadi Darwin harus mengurus semuanya sampai rujukan ke dokter spes
Felix merasa terganggu dengan kejadian hari ini. Dia terus-terusan mengatakan pada dirinya sendiri, mesin itu masih bagus, sangat bagus. Semua peralatan di proyek adalah milik perusahaan sendiri supaya mereka tidak perlu menyewa, jadi maintenance rutin sangat menguntungkan perusahaan. Manager maintenance di lokasi proyek juga terkenal sangat teliti. Mungkin Felix akan tetap memakai faktor kelalaian yang menyebabkan kecelakaan di tempat kerja yang dialami Dexter dan salah satu pengawas proyek jika saja dia tidak ingat kejadian yang dia alami seminggu yang lalu. Kejadian yang menakutkan tetapi terlihat biasa saja saat itu tetapi tidak biasa jika dikaitkan dengan kejadian hari ini. Ingatan Felix kembali ke kejadian satu minggu yang lalu. Felix harus menjadi sopir untuk membawa Eve, Daniel dan Dexter ke bandara untuk penerbangan mereka dengan jet pribadi ke Surabaya. Dexter juga memintanya membawa mobil itu kembali ke rumah Felix saja jadi dia tidak perlu kembali
Eve masih menarik lengan Darwin dan setengah menyeretnya keluar dari ruang perawatan Dexter karena dari tadi Darwin tidak menggubris kode darinya untuk keluar dari sana. “Papa kasih ultimatum untuk memberinya keputusan soal masalah di rumah sakit, hari ini. Harus hari ini, Win! Kita cuma punya waktu 15 menit,” kata Eve. Tangan satunya menggandeng lengan Darwin dan tangan satunya mengelus lengan Dexter tanda mau pamit. Dexter memang menatapnya dengan kesal tetapi begitu ingat bisikan dan tangisan Eve semalam, dia juga lupa caranya melanjutkan kekesalan itu. Otaknya malah sedang beradu argumen, “She loves me. She loves me not. She loves me. She loves me not.” Dexter merasa sudah hampir gila wanitanya jadi romantis seperti semalam, coba saja semalam tidak ada infus di tangannya. Eve yakin kalau dia tidak bisa bebas dulu berbicara dengan Darwin karena sebentar lagi Dexter akan keluar dari rumah sakit dan Eve harus tinggal di rumah mertuanya setiap akhir pekan. Pr
Dexter memiliki rencana lain hari ini dan dia tidak ingin Eve ada di sekitarnya untuk mendengar apa yang akan dia bicarakan nanti. Untung saja hari ini Eve ada janji dengan psikiater bersama Darwin karena tanpa alasan itu Dexter tidak akan melepaskan Eve ke mana pun, untuk keselamatan Eve dan untuk kedamaian dirinya. Tetapi Darwin cukup bisa dipercaya menjaga Eve. Dexter duduk di kamar kerja Aksa, ayahnya. Dia sudah tahu dengan pasti kalau ayahnya ada di rumah hari ini, tepatnya baru saja pulang ke rumah. Menurut sopir, mereka baru saja pergi ke rumah Keluarga Daveno. Kalau diingat-ingat, ayah mertua Dexter itu tidak pernah datang ke rumah ini. Selalu ayahnya dan keluarganya yang ke sana. Mereka sangat akrab apalagi sekarang sudah menjadi keluarga, jadi ini menjadi terdengar aneh. “Pa,” sapa Dexter. Dia memutar kursi yang didudukinya supaya bisa melihat ayahnya yang baru masuk ke ruangan itu. “Dex,” sahut Aksa. Keningnya berkerut. Dexter tidak terliha
Suatu masa di tahun 2002. Tinggi badan Eve waktu itu 156 cm, lebih tinggi daripada tinggi badan anak perempuan berusia 12 tahun pada umumnya. Dia berdiri di depan pagar karena bosan berada di dalam rumah. Ada tukang kebun yang sedang bekerja sambil mengawasi kedua anak majikannya itu. “Lovie, lihat!” teriak Dexter. Dexter sedang berputar di dalam garasi mobil dengan mengendarai sepeda motor yang biasa dikendarai sopir mereka. Dia mencuri kuncinya dari atas lemari. Tinggi badannya sudah mencapai 170 cm jadi itu adalah hal yang sangat mudah. “Ex, namaku Eve, bukan Lovie! Kamu sudah berumur 16 tahun tapi masih seperti anak kecil!” sahut Eve. Kakaknya itu sangat bandel. Bukan pertama kalinya juga, Dexter mencuri-curi mengendarai sepeda motor padahal Papa dan Mama memperbolehkan anak-anaknya mengendarai kendaraan bermotor saat berusia 17 tahun, saat mereka memiliki KTP dan SIM. “Anak kecil mana boleh naik motor! Yuhuuuu! Aku sudah besar!” Dexter belajar na
Dexter baru saja memukul pria kurus itu sampai tidak sadarkan diri. Baru kali ini dia merasa ada gunanya menjadi anak bengal yang suka berkelahi di sekolahnya. Dia mengikatnya dengan tali tampar yang ada di belakang rumah dan meninggalkannya di sana. Dia juga mengunci pintu belakang supaya pria kurus itu tidak bisa masuk lagi. Dexter kembali lagi ke dekat kamar itu dan sengaja membuat keributan untuk membuat Raja keluar dari kamar. Sudah 10 menit berlalu, polisi belum juga datang, Dexter merasa harus bertindak. “Nas! Nas!” teriak Raja. Dia sudah berada di luar kamar. Rita sudah pingsan lagi karena ketakutan mendengar kemarahan dan ancaman Raja padanya sedari tadi. “Akh!” seru Raja memegangi kepalanya di bagian belakang, rasanya basah dan lengket. Dia membelalakkan matanya saat melihat darah segar di telapak tangannya. Dia membalik badannya dan melihat Dexter sedang berdiri memegangi vas bunga kaca yang pecah setengahnya itu, darah segar menetes dari pecahan v
“Kamu koma selama hampir 1 bulan. Hampir mati karena perdarahan otak berat dan perdarahan berat akibat tusukan senjata tajam. Kamu menjalani 4 kali operasi berisiko tinggi dalam keadaan tidak sadar saat belum koma. Saat sadar dari koma, kamu melupakan banyak hal, terutama tentang adikmu, Eve. Butuh waktu beberapa minggu untuk memulihkan keadaanmu. Rehabilitasi medik itu yang paling berat. Kamu paling shock karena sulit berjalan.” Aksa sengaja menekankan kata ‘adikmu’ dan ‘Eve’ supaya Dexter bertanya apa artinya semua itu, jadi Aksa bisa menjelaskan hal yang lain lagi. Dulu memang Aksa, Diana, Erick dan Rita sengaja merahasiakan semuanya dari Dexter dan Eve supaya kedua anak itu tidak mengetahui tentang hubungan mereka yang sebenarnya dan dosa-dosa apa yang dilakukan orang tua mereka. Tetapi Dexter berpura-pura tuli dan tidak meminta penjelasan. Dexter sudah pernah mengakui kalau dia cukup bahagia dengan keadaannya sekarang, istri dan anak sudah cukup untuknya. Hatiny
“Kamu sudah mendapat 4 bulan cutimu, Eve. Kapan mau mulai kerja sungguhan?” tanya Erick. Sejak kehamilan Eve menginjak 8 bulan sampai Raven berusia 3 bulan, Eve mengerjakan semuanya dari rumah, kadang datang untuk rapat-rapat atau urusan penting lainnya, mungkin hanya 2-3 kali dalam seminggu. Tetapi Erick harus mengakui semua berjalan lancar di tangan Eve, seperti biasanya, tanpa cela. “Papa harus mulai memberikan Rana tanggung jawab yang lebih besar.” Adik lelaki Eve sudah datang dari Amerika Serikat 6 bulan yang lalu dan Eve mengajarinya dengan telaten. Rana juga bukannya tidak berpengalaman karena dia juga bekerja di sebuah perusahaan rekanan Angkasa Wongso di New York sembari menyelesaikan kuliah S2-nya. Eve hanya memperkenalkan aturan dan cara kerja mereka di Asterix Grup karena Asterix lebih besar dan lebih luas. “Aku akan berikan, tetapi jabatanmu tetap sama, tidak bisa diisi orang lain. Makanya lahirkan anak lagi supaya keluarga kita akan makin besar.
Angin semilir di taman samping membuat Eve membetulkan roknya yang sedikit berkibar. Pinggiran rok itu dia selipkan di bawah pahanya yang sedang berada di atas kursi taman dari batu yang berbentuk kursi. Beberapa daun tampak berjatuhan, membuat rumputnya yang kehijauan berbercak kekuningan. Bunga-bunga di saat-saat seperti ini juga tumbuh bermekaran meskipun kebanyakan di antaranya selalu ada yang mekar tanpa mengenal waktu sepanjang tahun. Semalam hujan jadi tanah masih terlihat sedikit basah pagi ini dengan cuaca yang cukup hangat. Eve lebih suka cuaca lebih dingin dari ini karena dia juga malas kulitnya yang terlalu putih itu terasa seperti tersengat berada di bawah terik sinar matahari. Namun demi untuk menjemur Raven, dia rela membiarkan kulitnya terkena sinar matahari pukul 8 pagi yang katanya menyehatkan. Tanaman di taman ini semakin banyak dari hari ke hari. Maria terus saja menambahkan tanaman-tanaman hias dan berbagai macam bunga setiap kali d
Eve membuka kotak berpita seukuran kotak gaun di hadapannya itu saat pesta usai 30 menit yang lalu. Semua tamu sudah pulang meninggalkan tuan rumah dalam kelelahan dan kebahagiaan. Kotak berwarna perak itu adalah kado pemberian Dexter sebagai ucapan terima kasihnya sudah menemani hidupnya dalam 2 tahun ini. Itu waktu yang singkat, tetapi mengingat mereka memiliki sejarah percintaan yang cukup panjang, rasanya ini juga hadiahnya atas masuknya Eve kembali dalam relung hatinya dan kesediaan wanita itu kembali ke dalam hidupnya. Dexter sebenarnya sedang memperhatikan Eve yang memegang dan membuka kotak itu dengan perlahan seakan waktu berjalan dengan sangat lambat. Tetapi memang dia harus bersabar seperti Eve bersabar menghadapi dirinya dulu. Eve mengeluarkan kertas yang berada dalam balutan plastik yang membungkusnya, menjaga rapuhnya kertas itu. “Kamu seorang Wongso, Love.” Kertas yang mengubah nama Eve dengan tambahan nama Wongso di belakangnya sudah a
4 Maret 2020 Eve sedang duduk di meja riasnya. Lelah, itu yang dirasakannya. Senang, itu perasaannya. Seorang wanita muda berdiri di belakang Eve dan tersenyum. “Kamu cantik, Eve.” “Terima kasih. Perut ini makin berat dan aku makin sering lelah, Aze.” Kandungan Eve sudah menginjak usia 5 bulan. Aze mengangguk. Dia juga ingat betapa besar perutnya saat itu, hampir2 tahun lalu. Eve yang jarang mengeluh juga akhirnya meloloskan keluhan juga, tidak salah, menjadi wanita hamil itu tidak mudah. Seingat Aze, hanya Eve yang selalu ada bersamanya, meredakan semua keluhannya, melakukan semua keinginannya, tentu dengan syarat-syarat, Eve memang selalu licik begitu. “Pesta memang merepotkan untuk wanita hamil,”sahut Aze. “Lebih enak berkeliling mall?” tanya Eve sambil tersenyum. Aze tertawa lirih dan mengangguk. Mereka akan segera menghadiri pesta perayaan perkawinan Dexter dan Eve yang kedua. Eve keberatan sebenarnya, perutnya yang makin
Sudah sejak awal Aksa merasa bersalah menyembunyikan semua fakta tentang Rosalind dan Reveline dari wanita yang dianggap sebagai ibunya sendiri. Evita tidak memiliki hubungan darah dengan Aksa tetapi mereka sudah sangat dekat. Pelan-pelan Aksa menceritakan masalah Rosalind sampai kehadiran Reveline pada Evita setelah kematian Rosalind. Selama ini Rosalind yang melarang melibatkan Keluarga Daveno dalam hal apa pun untuk melindungi keluarga itu. Aksa sangat mengerti bagaimana sifat Evita, wanita tua yang keras namun penyayang dan cukup bijaksana menilai semua hal. Evita tidak menyalahkan siapa pun. Dia hanya menyesali jalan hidup anaknya dan wanita yang dicintainya berakhir seperti sekarang. Namun yang paling besar adalah penyesalannya terhadap Reveline yang tidak bisa menjadi seorang Daveno. Evita dan Albert datang mengunjungi Reveline setiap bulan, tidak ada seorang Daveno yang bisa disia-siakan, termasuk Reveline. Semua orang lupa memperhitungk
Dexter, anak kedua Diana, yang kala itu berumur hampir 4 tahun yang paling gembira dengan kabar itu. Dia paling suka menemani Rosalind ke mana pun sambil mengelus perut buncit bibinya itu. Selain menyukai calon anak Rosalind, Dexter juga sangat menyukai mata coklat keemasan Rosalind. “Cantik. Mata Tante Ros cantik,” kata Dexter dengan polosnya. Rosalind akan terkekeh mendengarnya. Di dalam keluarga Aksa memang tidak ada yang bermata coklat keemasan seperti Rosalind jadi wajar Dexter begitu terpikat. “Ini namanya warna amber, Ex. Nanti anak ini juga mempunyai mata seperti Tante,” sahut Rosalind geli. Warna mata Rosalind didapatnya dari sang ibu yang berasal dari Italia. Mata Erick dan mata Rosalind yang coklat pasti akan menurun pada anaknya. Rosalind sangat menyayangi Dexter sampai memberikan nama panggilan kesayangan padanya dan rajin mendengarkan ocehan bocah berumur 4 tahun itu. “Berarti anak Tante nanti pasti cantik,” celoteh Dexter lagi. “Bisa ju
Hubungan keempat manusia itu memang amatlah rumit dan sulit untuk dijelaskan. Erick yang mencintai Rosalind malah berakhir menikahi Rita. Raja yang mencintai Rita malah berakhir menikahi Rosalind. Entah bagaimana kisah mereka penuh drama yang memilukan bisa berakhir seperti itu. Namun mereka belum tahu saja kalau itu barulah sebuah permulaan dari skandal yang lebih besar lagi. Erick tidak sepenuhnya jatuh dalam pesona seorang Amrita Adira yang cantik dan lemah lembut. Meskipun sudah menikah, dia tidak pernah menyentuh Rita yang setia menunggunya berpaling kepadanya. Rita juga mengetahui siapa yang dicintai Erick tetapi dia juga tidak keberatan untuk menunggu entah sampai kapan, waktu memang tidak bertepi untuk Rita. Raja pun tidak berbeda, dia masih belum jatuh sepenuhnya dalam pesona Rosalind yang memiliki jiwa pemberontak, tetapi bedanya Raja menyetubuhi Rosalind berkali-kali meskipun wanita itu juga berkali-kali menolak. Keras kepalanya Rosalind membuat Raja berte
Darwin menolak untuk merasa cemas akan tertangkap lagi. Untung didikan ayahnya membuat dia bisa mengendalikan emosi dalam berbagai suasana hati, jadi mudah saja untuk membohongi orang tua Eve dan Dexter yang tampaknya makin solid saja. Tetapi Eve adalah salah satu orang yang bisa membaca emosi Darwin di balik wajah tenangnya. Jadi Eve akan mudah sekali menangkap kecemasannya, yang untungnya masih tidur lelap. Tekanan jiwanya pasti terlalu banyak karena rupanya Eve lolos juga dari pengawasannya untuk mencari tahu tentang skandal kelahirannya yang mengejutkan. Kesalahan Eve yang jelas adalah informasi itu dipresentasikan dalam benaknya tanpa bicara pada saksi yang mengalaminya, mereka adalah orang tua Eve dan Dexter. Darwin berusaha menghalau orang tua Eve dan Dexter masuk ke dalam ruangan. “Eve belum bisa dikunjungi. Jangan khawatir, kami akan terus pantau. Nanti semua bisa masuk kalau dia sudah sadar.” Darwin bernapas lega karena tidak ada satu pun yang menya
Eve mematikan sambungan telponnya. Masih berusaha menarik napas dan menormalkan debaran jantungnya. Berpikirlah, Eve! Jangan memiliki perasaan apa pun, Eve! Perintah-perintah itu dibuat Eve untuk dirinya sendiri. Akhir-akhir ini dia sering sekali menggunakan perasaannya saat berpikir. Dia ingat benar kata-kata pria yang dia mintai keterangan, “Reveline Andrea Wongso lahir pada tanggal 5 Maret 1990, anak dari pasangan Angkasa Wongso dan Diana Hadis Wongso. Ini out of the record, Ibu Eve. Di berkas ini tertulis kalau Erickho Daveno berhasil membuktikan Reveline sebagai anaknya jadi akte kelahiran bisa berubah. Buktinya dengan test DNA.” Sebelumnya Eve memang tidak bertanya soal akte kelahirannya yang lama, dia hanya bisa bertanya soal pergantian namanya keluarga pada akte kelahirannya lewat sidang. Pria yang diajaknya bicara barusan dulu mengatakan kalau berkas Eve tidak lengkap. Eve mengabaikan instingnya kala itu, mengabaikan kalau pria itu menutupi sesuatu. Ja