Sebenarnya Dexter juga tidak perlu penjelasan Eve soal Darwin karena dia sudah mengorek semua informasi dari Darwin sendiri, meskipun pasti ada bagian yang disensor sendiri oleh Darwin. Jadi tidak bisa 100% bisa dipercaya.
Masih ada sumber yang paling bisa dipercaya, itu adalah ibu mertuanya, Rita. Itulah kegunaan menemani mertuanya belanja, dari pakaian, kebutuhan rumah tangga sampai perhiasan. Dexter itu menantu favorit Rita, bukan karena dia satu-satunya, tetapi karena dia bisa diajak berbelanja bersama.
Rita juga tidak merasa keberatan membagi informasi soal Eve. Dexter kadang memang bisa sangat menjengkelkan jika menginginkan sesuatu, sama seperti Eve, hanya saja lebih terang-terangan di depan Rita. Dexter akan suka bertanya apa saja yang diinginkannya dan biasanya memang seputar kehidupan Eve sebelum menikah.
Rita sebagai ibu Eve, kadang ingin menjewer telinganya dan berkata, “Bukankah ini sudah terlambat?! Dulu diberi kesempatan kenapa tidak dipakai de
Terima kasih sudah membaca novel ini. Semoga kalian suka. Janji pada diri sendiri atau pada orang lain, seharusnya ditepati. Hug and kiss, Josie.
Eve membaca kertas di tangannya dengan penuh perhatian. Dia menarik napas dan membuangnya lagi. Semua sudah dipastikan, Daniel memang adalah anggota keluarga Frans Satria. Dia melipat kertas hasil tes DNA antara sampel Daniel dan Maria Kemilau, ibu dari Frans Satria dan Felix Laksamana. Hasilnya memang sesuai dugaannya. Eve mendapatkan sampel rambut Maria saat mereka kembali bertemu sebelum Dexter pulang. Eve tahu dia akan sulit bergerak kalau suaminya sudah pulang karena dia akan selalu bertanya dan mengekorinya ke mana-mana. Mata kelamnya membuat Eve betah berlama-lama di dekatnya dan bersedia diseret ke mana saja, meskipun dia kesal terus-terusan dianggap koper dan sekarung beras yang bisa diajak tidur bersama oleh Dexter. Eve ingin membuat tes DNA lagi membandingkan Daniel dengan Felix. Tetapi Darwin malah memarahinya. “Tujuannya apa?” tanya Darwin kala itu. Wajahnya menunjukkan rasa tidak sabar ingin mendengar jawaban Eve atas keinginan konyolnya itu.
Saat mobil mereka sudah berhenti di depan rumah itu, Eve masih belum ingin turun dari mobil. Dia masih saja memandangnya dari dalam mobil dengan pandangan kagum. Rumah itu tidak memiliki pagar dari besi tetapi pagar dari tanaman boxwood yang tertata rapi mengelilingi halaman depan, hanya setinggi pinggang Eve, sedangkan tanaman boxwood melingkari bagian samping rumah dengan tinggi melebihi tubuh Dexter. Di dalam halaman ada berbagai bunga dan tanaman rambat, warnanya begitu indah dipadukan. “Aku ingin American Holly tapi aku takut kena tangan Niel, ada durinya sedikit. Aku juga ingin bunga soka jawa tetapi itu akan terlalu lama tumbuh. Menurut aku yang ini aman. Di sini memang hanya boleh pakai pagar kayu atau tanaman. Bagian belakang tetap harus memakai tembok karena ada bangunan rumah juga di belakang.” Mereka berjalan bersama masuk ke halaman depan rumah. “Ini juga cantik, Ex.” Eve tersenyum. “Kapan-kapan kita bisa ganti tanamannya kalau bosan. Pakai pucuk
19 Januari 2019. Dexter memang mengabaikan kata-kata Pak Komar waktu dia memperkenalkan Eve di rumahnya tetapi sekarang dia tiba-tiba saja mengingatnya. Itu tidak sengaja, hanya karena dia melihat foto-foto di album yang tampak sudah tua dan tersembunyi. “Nona Eve, akhirnya Nona kembali pulang.” Hari ini Dexter sedang mencari apa-apa saja yang perlu dibawanya ke rumahnya sendiri. Memang tidak akan secepat itu mereka pindah tetapi karena sebentar lagi dia harus ke Kalimantan dan sudah diperingatkan kalau ini akan makan waktu yang lama, maka tidak ada salahnya mengatur barang bawaannya mulai dari sekarang. Eve sedang pergi ke salon dengan ibunya, Diana, entah mereka mau perawatan apa saja. Sebenarnya Dexter lebih suka bergelung dengan Eve tanpa peduli waktu saat Daniel sudah tidur dengan nyenyak, tetapi Diana sepertinya juga ingin menikmati waktu bersama Eve. Dexter akhirnya mengalah untuk membiarkan istri dan ibunya pergi berdua saja ke salon.
4 Maret 2019 Eve merasa cukup aneh saja Dexter tidak merengek lagi padanya untuk merayakan hari jadi perkawinan mereka yang pertama, meskipun dia sedikit merasa lega juga. Rengekan itu berhenti sejak sebulan lalu. Pria itu dengan tenangnya langsung mengerti kalau mereka memang kesulitan bersama di hari itu, bahkan berpesan supaya Eve tenang saja mengurus pekerjaannya. Eve sampai mengerutkan keningnya waktu itu, sangat tidak biasa untuk Eve melakukan itu di depan suaminya yang jadi aneh. Tetapi tentu saja Dexter tidak mengerti semudah itu, Eve harus membujuknya dengan keras dengan syarat yang harus dipenuhinya. Eve yang harus memutar otak memenuhi semua keinginannya. Dexter seperti memberi Eve masa percobaan untuk menuruti semua kemauannya lalu memberikan pengertiannya. Pria itu makin pintar tawar-menawar, puji Eve dalam hati saja. “Aku nggak bisa pulang jadi kamu yang datang ke sini dengan Daniel. Setiap akhir minggu, Jumat malam datang, Senin pagi pu
5 Maret 2019 Erick dan Rita datang ke Singapura hari itu untuk memberikan kejutan ulang tahun pada putri sulungnya, Eve, sekaligus untuk melihat persiapan pembukaan mall. Erick yakin kalau Eve sendiri pasti tidak ingat karena anak itu memang tidak pernah ingat hari ulang tahunnya sendiri. Eve itu sangat baik mengingat ulang tahun orang lain, terutama keluarga dan temannya, tetapi tidak untuk dirinya sendiri. Tidak banyak yang mengetahui kalau Eve tidak ingin mengingat hari ulang tahunnya. Jadi saat masih sekolah dan kuliah, Eve yang cukup populer pasti mendapat banyak ucapan selamat dan kado, tetapi Eve tidak merasakan apa-apa. Dia cukup berterima kasih dan senang dengan perhatian teman-temannya tetapi jika dia bisa memilih, lebih baik orang melupakan hari ulang tahunnya saja. Hatinya terasa perih setiap kali berusaha mengingat masa kecilnya, tidak banyak yang bisa diingatnya tetapi cukup membuat hatinya berdenyut seperti dilubangi dengan tombak. Jadi melupak
22 Maret 2019. Bandara Soekarno-Hatta benar-benar sibuk di hari Jumat ini, akhir pekan sepertinya makin sibuk dibandingkan pada hari biasa. Orang lalu lalang tidak terhitung jumlahnya dengan pengumuman penerbangan bersahut-sahutan. Felix dan Dexter baru turun dari pesawat waktu jam menunjukkan pukul 19.15. Mereka hanya menyeret koper masing-masing tanpa perlu menunggu bagasi menuju ke pintu keluar. “Apa mobil yang jemput kamu sudah sampai?” “Sepertinya belum.” Dexter kembali mengintip ponselnya, tidak ada pemberitahuan soal kedatangan sopir yang menjemputnya. “Perlu aku tunggu sampai mobil jemputanmu datang? Masih ada file di tasku juga.” “Kamu juga dijemput. Asal kamu tahu ya, aku juga nggak suka, tapi Eve bisa menghilangkan jatahku kalau kamu pulang sendiri.” Felix terkekeh geli. “Iya, iya, aku tunggu. Jadi kenapa kita nggak pakai jet Asterix?” tanya Felix. Mereka berangkat ke Sulawesi dan Kalimantan dengan jet milik Asterix Group.
26 Maret 2019 “Aku sudah menemukan orang yang kamu rindukan, Barnie.” “Di Indonesia?” “Dia berangkat ke Australia, sebulan sebelum kamu menikah, kabarnya diterima kerja di sana. Aku dengar dia pulang kembali ke sini dan kebetulan kontrak kerjanya di Ausie habis. Toko kain punya ibunya itu sudah hampir tenggelam, bangkrut. Aku rasa dia mau menyelamatkan toko itu. Lumayan besar tokonya.” Felix duduk di kursi yang berada di seberang meja kerja Dexter. Jam kerja mereka baru saja selesai. Felix sudah mengemasi barang-barangnya dan akan segera pulang. Ibunya minta ditemani karena sudah lama berpisah dengan Felix. “Sudah berapa lama dia di Indonesia?” “Sekitar 1 atau 2 bulan ini.” Dexter mengangguk. Sudah hampir seminggu sejak mereka kembali dari Kalimantan, Felix diberi tugas tambahan untuk mencari Barnie. Felix juga tidak menolak meskipun itu bukan termasuk bagian tugasnya. Buat Felix, ini urusan pribadinya juga, bukan hanya
Eve masuk lagi ke dalam ruang gym pribadi di mana ada Dexter di sana. Ruang gym itu ada di lantai bawah rumah keluarganya, dekat dengan bioskop mini, perpustakaan dan fasilitas lainnya. Ayah Eve sudah berhenti sejak 1 jam yang lalu tapi Dexter masih saja belum menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti membuat otot-ototnya bekerja keras dan jantungnya berdenyut lebih kencang sampai keringatnya menetes dari kulitnya yang kemerahan. “Sudah hampir jam 11, Ex.” Eve menggendong Daniel yang sudah menguap dua kali sejak Eve berdiri dalam ruangan itu. “Daniel sudah mengantuk,” sahut Dexter. Kaki-kakinya tetap saja bergerak di atas treadmill. “Iya, tetapi dia nggak mau tidur di atas tempat tidurnya. Sepertinya dia menunggu kamu.” Sejak Sabtu malam, Dexter memang berolahraga di dalam ruangan itu sampai hampir jam 11 malam. Pria itu akan mandi di kamar mandi kamar mereka dan menidurkan Daniel sebelum dia sendiri tidur sambil memeluk Eve. Daniel juga cukup pi