Sienna mengelap peluh yang ada di dahinya seraya mengecek waktu di jam tangannya.
"Ini sudah jam lima, apakah masih keburu?" cemas Sienna, karena hari ini rencananya, ia akan mengadakan pertemuan dengan Zehran, yaitu adik iparnya sendiri untuk membahas kerja samanya yang akan berlangsung."Permisi, apakah ada Tuan Zehran?" tanya Sienna saat dirinya sampai di depan meja bawahan adik iparnya itu."Ada Nona. Mohon maaf atas dengan nama siapa?" tanyanya dengan sopan."Sienna, Sienna Galasharsyah" sahut Sienna."Oh Bu Sienna, silahkan masuk Bu" ucap bawahan tersebut seraya menunjuk ke arah ruangan Zehran."Terimakasih ya. Aku permisi" jawab Sienna dan berjalan ke arah ruangan Zehran.Tok tok tok"Masuk"Sienna mulai membuka pintunya saat ada sahutan dari dalam ruangan tersebut."Maaf membuatmu menung-""Sienna?" ucapan Sienna seketika terhenti saat tiba tiba dirinya melihat kehadiran suaminya."Le-Leri?" tubuh Sienna seketika mematung, saat matanya bertabrakan dengan mata kelam milik Leri."Kenapa kau kesini?" Leri menutup dokumen yang ada di tangannya dan menatap istrinya yang terlihat begitu kelelahan saat ini."Emh a-aku sedang ada perlu dengan Zehran" Sienna masih mengalihkan tatapannya dari Leri dan meremas pelan kedua tangannya saat Leri masih menatapnya dengan begitu intens."Kalau begitu duduklah, Zehran bilang dia keluar sebentar untuk mencari makanan. Mungkin sebentar lagi dia akan kembali" ucap Leri tanpa melepaskan pandangan matanya dari istrinya itu."Baiklah" ucapnya dan berjalan menuju sofa. Namun saat kakinya hendak berjalan menuju sofa, tiba-tiba kepanya berdenyut nyeri."Shh""Kau tidak apa-apa?" Leri mulai bangkit dari duduknya dan menghampiri Sienna yang sedang memegang kepalanya."Tidak! Ak-aku.."Bruk. Belum sempat dirinya menyelesaikan ucapannya, Sienna langsung terjatuh ke dalam pelukan Leri."Kau baik-baik saja?" Leri merengkuh erat kedua pinggang Sienna seraya mengusap pipi wanita tersebut.PanasLeri menatap tajam Sienna dan seketika pria tersebut langsung menggendong Sienna ala-ala bridal style."Le-Leri turunkan aku" Sienna yang baru saja tersadar dengan perlakukan Leri, seketika langsung berontak dan minta untuk di turunkan."Jangan protes" sahut Leri yang seketika membuat Sienna langsung bungkam karena melihat ekspresi Leri yang sangat datar saat ini."Dimana kau merasakan sakitnya?" tanya Leri setelah dirinya menuruni Sienna di sofa panjang yang ada di ruangan Zehran."Tidak ada, mungkin aku hanya kurang istirahat" Sienna memalingkan wajahnya ke samping saat Leri menatap dirinya dengan sangat dekat. Karena saat ini pria tersebut tengah duduk di samping dirinya."Jangan berbohong! Tubuhmu saat ini panas. Kau pasti demam" ucap Leri dengan wajah datarnya saat dirinya melihat penolakan dari istrinya itu.Mendengar hal tersebut, Sienna langsung meremas kedua tangannya seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam.Jujur saja, kepalanya saat ini seperti ingin pecah. Sangat pusing dan sakit."Ke-kepala. Kepalaku sakit sekali rasanya" adu Sienna dengan suara kecilnya namun masih bisa Leri dengar."Lantas, mengapa kau datang kesini jika kau sedang sakit?" ucap Leri dengan nada yang begitu datar. Yang seketika membuat Sienna semakin menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah Leri yang begitu menyeramkan saat ini. Karena baginya, saat ini Suaminya itu, terlihat dua kali lebih menyeramkan dari biasanya."Hufss" Leri menghembuskan nafas gusarnya, mencoba mengontrol wajahnya, saat dirinya melihat ada setitik ketakutan di wajah manis Sienna."Tunggu sebentar" Leri bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah laci tempat dimana obat-obatan di letakan."Minum dulu. Apakah kau sudah makan?" Leri menyodorkan segelas air putih dan satu butir obat sakit kepala kepada Sienna."Sudah" sahut Sienna dengan pelan dan mengambil obat serta air yang Leri sodorkan kepada dirinya.Sienna mulai memasukan obat tersebut ke dalam mulutnya dan menelannya dengan perlahan."Terimakasih" usai meminum obatnya, Sienna kembali menyerahkan gelas yang ada di genggamannya kepada Leri."Ayuk kita Pulang, kau harus istirahatlah di rumah. Kau bisa menemui Zehran esok hari" ajak Leri.Sienna menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Aku harus bertemu dengan Zehran hari ini. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepada dirinya" sahut Sienna dengan wajah lesunya."Tapi kau sedang sakit Sienna. Jangan memaksakan dirimu" ucap Leri seraya melemparkan tatapan tajamnya kepada Sienna."Tapi, aku benar-benar ada perlu dengan dirinya Leri. Kumohon biarkan aku bertemu dengannya hari ini, aku janji setelah ini aku akan pulang" ujar Sienna dengan wajah memohonnya seraya meremas kedua tangannya kala dirinya ditatap tajam, oleh suaminya.Leri menghela nafasnya. "Baiklah, tapi lebih baik kau istirahat dulu disini. Kurasa setengah jam lagi Zehran baru akan datangi" ucap Leri dan mulai bangkit dari duduknya, mempersilahkan untuk Sienna membaringkan tubuhnya di atas sofa."Baiklah" ucap Sienna dengan suara pelannya.Dan setelah itu, Sienna pun mulai memejamkan matanya dan menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.Leri pun mulai melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan istrinya itu, beristirahat sejenak.Setelah hampir 20 menit Sienna menunggu, tanpa sadar dirinya pun terlelap di bawah alam sadarnya.Cklek"Leri apa kau mau in-""Sttt" baru saja Zehran membuka pintu ruangannya, tiba-tiba kakak sulungnya tersebut langsung memotong ucapannya."Hah?" Zehran mengercitkan keningnya saat dirinya melihat Sienna yang tengah berbaring di atas sofa dengan mata yang terpejam erat.Zehran menaikan satu alisnya ke arah Leri, seolah-olah sedang berkata apa yang sedang terjadi saat ini dengan Sienna"Dia sepertinya kurang enak badan. Tapi dirinya tetap memaksa jika ingin menemui dirimu" jelas Leri seraya menghela nafasnya."Lalu? Kenapa kau tidak suruh pulang saja. Aku bisa kok menundanya untuk esok" Zehran melangkahkan kakinya ke arah Leri dengan tangan yang sedang memegang satu kantong kresek yang ada di tangan kirinya."Ck tadi sudah kubilang seperti itu. Tapi sepertinya dirinya benar-benar ingin bertemu denganmu!" decak Leri dengan wajah tak sukanya."Kau cemburu?" ledek Zehran dan menaruh kantong plastiknya di atas meja yang ada di tengah tengah sofa."Itu bukan urusanmu!" sinis Leri dan mulai membuka kembali dokumen pentingnya."Lalu, haruskah aku membangunkannya? Sepertinya dia sangat ingin bertemu denganku" ucap Zehran dengan wajah datarnya, namun intonasi nadanya yang jelas-jelas menggoda kakaknya itu.Leri tidak menjawab, namun dengusan nafas kasar bisa Zehran dengar saat pria tersebut menutup dokumen pentingnya dengan kasar."Lebih baik kau pulang saja, biar aku yang mengurusnya disini" ucap Leri seraya melemparkan tatapannya ke arah Sienna.Zehran yang melihat hal tersebut seketika tersenyum simpul dan menatap Leri dengan tatapan senangnya."Baiklah, aku pulang dulu kalau begitu. Hati-hati di jalan. Bilang padanya bahwa aku akan mengurus semuanya" ucap Zehran seraya mulai memberes-bereskan semua barang-barang pentingnya dan mulai memasukannya ke dalam tas gembloknya"Oh iya satu lagi. Aku membawakan ayam mentega untukmu, makanlah dan jangan sampai kau jatuh sakit di depan Tuan Putrimu itu" ledek Zehran dan cepat cepat dirinya bergegas pergi dari ruangan kebesarannya sebelum dirinya menerima cibiran pedas dari mulut kakaknya itu."Ck!" decak Leri saat adiknya tersebut sudah pergi dahulu tanpa menghiraukan dirinya.....TBC"Shh" Sienna mengerjapkan kedua matanya. Rasa sakit yang melanda kepalanya membuatnya tak kuasa bangun dari tidurnya."Apa kelapamu masih sakit?" Sienna menolehkan wajahnya ke samping. Dirinya melihat suaminya kini tengah duduk di samping tubuhnya yang tengah berbaring di atas kasur."Ya" singkatnya.Leri bangkit dari kasur dan mengambil beberapa tablet obat yang sejak tadi ia siapkan untuk Sienna."Minumlah. Kau bisa bangun?" Sienna sejenak hanya menatap Leri. Dengan wajah yang begitu datar, entah mengapa perkataan dan perbuatan suaminya itu sangat berbeda sekali."Bantu aku" ucap Sienna seraya memegang kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.Leri membantu Sienna agar istrinya itu, bisa duduk di atas kasur."Terimakasih"Lalu Sienna meminum obatnya."Kau ingin ke rumah sakit? Tubuhmu sejak sore sangat panas. Lebih baik kita ke rumah sakit" meski wajah Leri terlihat kaku, namun Sienna bisa mendengar jika suaminya itu sedang khawatir pada dirinya.Dengan lemah Sienna menggelengkan kep
Sienna menaruh semua makanan yang telah ia masak. Pagi ini tubuhnya sudah merasa lebih baik sehingga membuat dirinya mampu untuk menyiapkan sarapan untuk Leri."Kau lihat tas ku?" tanya Leri yang baru saja turun dari tangga terlihat sedang mencari tasnya melalui ekor matanya.Sienna tersenyum kecil. Dirinya menghampiri Leri dan memberikan tas gemblok suaminya."Terimakasih. Bisakah kau pakaikan dasiku?" pinta Leri karena sedaritadi entah mengapa dasinya tak kunjung rapih.Sienna langsung mengambil alih dasi yang tengah mengatung di leher Leri dan mulai memakaikannya. Sepanjang dirinya memakaikan dasi di Leher Leri, Sienna beberapa kali mengalihkan tatapan matanya saat matanya dan mata Leri saling bertubrukan."Terimakasih" ucap Leri seusai Sienna memakaikan dasinya dan langsung duduk di atas kursi makannya."Apakah kau pulang malam hari ini?" tanya Leri di sela-sela suapan nasinya."Tidak. Kenapa?""Bunda meminta kita untuk menginap malam ini. Katanya besok dia ingin mengajak kita jal
"Aku menyukaimu."DegSpontan Leri langsung mengalihkan tatapan matanya kepada seorang wanita yang kini tengah duduk di hadapannya saat ini."Apa?" tanya Leri dengan satu alis yang terangkat."Ya, aku mencintaimu!" ulangnya dengan tegas, menatap sahabatnya itu dengan tatapan seriusnya."Kau.." lidah Leri sesaat menjadi kelu. Ia pasti salah dengarkan."Kau bercanda ya!" dengus Leri dengan wajah dinginnya. Sienna menggigit bibirnya setelah melihat reaksi Leri. Secara tak langsung, perasaannya langsung di tolak oleh kawannya itu."Tidak! Aku tidak bercanda!" meski dirinya sudah melihat penolakan Leri yang begitu jelas, namun itu takkan menggoyahkan niatnya."Sienna, apa kau tidak sal-""Aku mencintaimu Leri!" potong Sienna dan untuk kesekian kalinya ia menegaskan ucapannya.DegTubuh Leri sesaat menjadi kaku, melihat sorot mata Sienna yang terlihat begitu yakin saat mengatakan hal tersebut, membuatnya yakin jika saat ini Sienna sungguh-sungguh menyatakan perasaannya.Ini di luar dugaann
BughBugh"Ban*sat! DASAR BAJINGAN!" dengan dada yang bergemuruh, Elang kembali menonjok wajah Leri yang sudah bonyok.BughBugh"BERHENTI! KUMOHON HENTIKAN!" teriak Sienna, kini tangisnya pecah saat melihat semua kekacauan yang terjadi di rumahnya.Setelah kejadian tadi pagi, Leri langsung mendatangi rumahnya dan menjelaskan semuanya pada ketiga kakaknya.Dan mulai saat itu, semua kekacauan ini di mulai.Leon menarik Elang yang tengah mencengkram kerah baju Leri dan memisahkannya dari Leri.Dirinya pun melirik Frans (adik keduanya), menyuruhnya untuk membawa Sienna pergi dari sini."Tenanglah, Mari kita bicara dengan tenang" ujar Leon berusaha menenangkan Elang yang sudah terbakar api amarah.Frans mengetatkan rahangnya. Rasanya, ingin sekali dirinya menonjok wajah Leri sekali lagi. Meski tadi dirinya sempat melayangkan pukulannya kepada Leri tapi itu masih tidak cukup.Seandainya saja Sienna (adik bungsunya) tidak menangis dan menghentikan dirinya, ia tidak akan melepaskan seorang b
Tiga bulan kemudianSetelah kejadian dimana Sienna dan Leri tertangkap basah, dengan berbagai konflik serta pertimbangan, akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk menyatukan dan menikahkan Leri dan Sienna.Tak seperti yang Sienna bayangkan, acara resepsi pernikahannya di gelar begitu mewah dan indah. Sangat di luar perkiraannya, yang mengira jika pernikahannya akan di adakan tertutup dan akan terasa suram.Jika di ingat kembali, jujur saja dirinya masih tidak percaya jika saat ini dirinya dan Leri sudah menjadi sepasang suami istri. Bohong jika dirinya tidak bahagia dengan pernikahan ini.Rasanya seperti mimpi yang tidak pernah ia bayangkan. Dirinya bisa menikah dengan Leri, seorang pria yang selama ini ia cintai dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.Cklek Seinna berhenti menatap ponsel canggihnya saat baru saja Leri masuk ke dalam kamar mereka. Dirinya segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Leri."Apa kau sudah makan?" Sienna mengambil alih tas serta jas Leri. Hal ini
"Leri?" ian melongo menatap kehadiran Leri yang sangat tiba-tiba."Maaf aku terlambat" ucap Leri dengan muka temboknya."kau?" ian menatap penampilan Leri dari atas hingga kebawah."Kau baik-baik saja?" tanya ian saat dirinya melihat penampilan kawannya yang benar-benar acak-acakan saat ini.Baju yang sudah lusuh serta dasi yang sudah hilang dari leher pria tersebut, membuat ian seketika langsung menatap Leri keheranan."Bukannya kau ada meeting dadakan tadi? Kenapa kau bisa ada disini?" Zehran terheran heran tak mengerti dengan kakaknya yang satu ini.Leri terdiam tak menjawab pertanyaan Zehran dan malah mengedarkan pandangannya ke arah seluruh penjuru ruang rawat inap Eyon.Sebenarnya, ia ingin menjelaskan mengapa dirinya begitu tiba-tiba datang kesini. Namun Leri terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya.Bugh. Alvin menonjok bahu Leri."Shh" desis Leri."Ada apa dengan mu?" sengit Leri dengan wajah dinginnya.Alvin mengangkat kedua tangannya."Santai bung, aku hanya ingin menyadar
Sienna menaruh semua makanan yang telah ia masak. Pagi ini tubuhnya sudah merasa lebih baik sehingga membuat dirinya mampu untuk menyiapkan sarapan untuk Leri."Kau lihat tas ku?" tanya Leri yang baru saja turun dari tangga terlihat sedang mencari tasnya melalui ekor matanya.Sienna tersenyum kecil. Dirinya menghampiri Leri dan memberikan tas gemblok suaminya."Terimakasih. Bisakah kau pakaikan dasiku?" pinta Leri karena sedaritadi entah mengapa dasinya tak kunjung rapih.Sienna langsung mengambil alih dasi yang tengah mengatung di leher Leri dan mulai memakaikannya. Sepanjang dirinya memakaikan dasi di Leher Leri, Sienna beberapa kali mengalihkan tatapan matanya saat matanya dan mata Leri saling bertubrukan."Terimakasih" ucap Leri seusai Sienna memakaikan dasinya dan langsung duduk di atas kursi makannya."Apakah kau pulang malam hari ini?" tanya Leri di sela-sela suapan nasinya."Tidak. Kenapa?""Bunda meminta kita untuk menginap malam ini. Katanya besok dia ingin mengajak kita jal
"Shh" Sienna mengerjapkan kedua matanya. Rasa sakit yang melanda kepalanya membuatnya tak kuasa bangun dari tidurnya."Apa kelapamu masih sakit?" Sienna menolehkan wajahnya ke samping. Dirinya melihat suaminya kini tengah duduk di samping tubuhnya yang tengah berbaring di atas kasur."Ya" singkatnya.Leri bangkit dari kasur dan mengambil beberapa tablet obat yang sejak tadi ia siapkan untuk Sienna."Minumlah. Kau bisa bangun?" Sienna sejenak hanya menatap Leri. Dengan wajah yang begitu datar, entah mengapa perkataan dan perbuatan suaminya itu sangat berbeda sekali."Bantu aku" ucap Sienna seraya memegang kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.Leri membantu Sienna agar istrinya itu, bisa duduk di atas kasur."Terimakasih"Lalu Sienna meminum obatnya."Kau ingin ke rumah sakit? Tubuhmu sejak sore sangat panas. Lebih baik kita ke rumah sakit" meski wajah Leri terlihat kaku, namun Sienna bisa mendengar jika suaminya itu sedang khawatir pada dirinya.Dengan lemah Sienna menggelengkan kep
Sienna mengelap peluh yang ada di dahinya seraya mengecek waktu di jam tangannya."Ini sudah jam lima, apakah masih keburu?" cemas Sienna, karena hari ini rencananya, ia akan mengadakan pertemuan dengan Zehran, yaitu adik iparnya sendiri untuk membahas kerja samanya yang akan berlangsung."Permisi, apakah ada Tuan Zehran?" tanya Sienna saat dirinya sampai di depan meja bawahan adik iparnya itu."Ada Nona. Mohon maaf atas dengan nama siapa?" tanyanya dengan sopan. "Sienna, Sienna Galasharsyah" sahut Sienna."Oh Bu Sienna, silahkan masuk Bu" ucap bawahan tersebut seraya menunjuk ke arah ruangan Zehran."Terimakasih ya. Aku permisi" jawab Sienna dan berjalan ke arah ruangan Zehran.Tok tok tok"Masuk"Sienna mulai membuka pintunya saat ada sahutan dari dalam ruangan tersebut."Maaf membuatmu menung-""Sienna?" ucapan Sienna seketika terhenti saat tiba tiba dirinya melihat kehadiran suaminya."Le-Leri?" tubuh Sienna seketika mematung, saat matanya bertabrakan dengan mata kelam milik Leri
"Leri?" ian melongo menatap kehadiran Leri yang sangat tiba-tiba."Maaf aku terlambat" ucap Leri dengan muka temboknya."kau?" ian menatap penampilan Leri dari atas hingga kebawah."Kau baik-baik saja?" tanya ian saat dirinya melihat penampilan kawannya yang benar-benar acak-acakan saat ini.Baju yang sudah lusuh serta dasi yang sudah hilang dari leher pria tersebut, membuat ian seketika langsung menatap Leri keheranan."Bukannya kau ada meeting dadakan tadi? Kenapa kau bisa ada disini?" Zehran terheran heran tak mengerti dengan kakaknya yang satu ini.Leri terdiam tak menjawab pertanyaan Zehran dan malah mengedarkan pandangannya ke arah seluruh penjuru ruang rawat inap Eyon.Sebenarnya, ia ingin menjelaskan mengapa dirinya begitu tiba-tiba datang kesini. Namun Leri terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya.Bugh. Alvin menonjok bahu Leri."Shh" desis Leri."Ada apa dengan mu?" sengit Leri dengan wajah dinginnya.Alvin mengangkat kedua tangannya."Santai bung, aku hanya ingin menyadar
Tiga bulan kemudianSetelah kejadian dimana Sienna dan Leri tertangkap basah, dengan berbagai konflik serta pertimbangan, akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk menyatukan dan menikahkan Leri dan Sienna.Tak seperti yang Sienna bayangkan, acara resepsi pernikahannya di gelar begitu mewah dan indah. Sangat di luar perkiraannya, yang mengira jika pernikahannya akan di adakan tertutup dan akan terasa suram.Jika di ingat kembali, jujur saja dirinya masih tidak percaya jika saat ini dirinya dan Leri sudah menjadi sepasang suami istri. Bohong jika dirinya tidak bahagia dengan pernikahan ini.Rasanya seperti mimpi yang tidak pernah ia bayangkan. Dirinya bisa menikah dengan Leri, seorang pria yang selama ini ia cintai dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.Cklek Seinna berhenti menatap ponsel canggihnya saat baru saja Leri masuk ke dalam kamar mereka. Dirinya segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Leri."Apa kau sudah makan?" Sienna mengambil alih tas serta jas Leri. Hal ini
BughBugh"Ban*sat! DASAR BAJINGAN!" dengan dada yang bergemuruh, Elang kembali menonjok wajah Leri yang sudah bonyok.BughBugh"BERHENTI! KUMOHON HENTIKAN!" teriak Sienna, kini tangisnya pecah saat melihat semua kekacauan yang terjadi di rumahnya.Setelah kejadian tadi pagi, Leri langsung mendatangi rumahnya dan menjelaskan semuanya pada ketiga kakaknya.Dan mulai saat itu, semua kekacauan ini di mulai.Leon menarik Elang yang tengah mencengkram kerah baju Leri dan memisahkannya dari Leri.Dirinya pun melirik Frans (adik keduanya), menyuruhnya untuk membawa Sienna pergi dari sini."Tenanglah, Mari kita bicara dengan tenang" ujar Leon berusaha menenangkan Elang yang sudah terbakar api amarah.Frans mengetatkan rahangnya. Rasanya, ingin sekali dirinya menonjok wajah Leri sekali lagi. Meski tadi dirinya sempat melayangkan pukulannya kepada Leri tapi itu masih tidak cukup.Seandainya saja Sienna (adik bungsunya) tidak menangis dan menghentikan dirinya, ia tidak akan melepaskan seorang b
"Aku menyukaimu."DegSpontan Leri langsung mengalihkan tatapan matanya kepada seorang wanita yang kini tengah duduk di hadapannya saat ini."Apa?" tanya Leri dengan satu alis yang terangkat."Ya, aku mencintaimu!" ulangnya dengan tegas, menatap sahabatnya itu dengan tatapan seriusnya."Kau.." lidah Leri sesaat menjadi kelu. Ia pasti salah dengarkan."Kau bercanda ya!" dengus Leri dengan wajah dinginnya. Sienna menggigit bibirnya setelah melihat reaksi Leri. Secara tak langsung, perasaannya langsung di tolak oleh kawannya itu."Tidak! Aku tidak bercanda!" meski dirinya sudah melihat penolakan Leri yang begitu jelas, namun itu takkan menggoyahkan niatnya."Sienna, apa kau tidak sal-""Aku mencintaimu Leri!" potong Sienna dan untuk kesekian kalinya ia menegaskan ucapannya.DegTubuh Leri sesaat menjadi kaku, melihat sorot mata Sienna yang terlihat begitu yakin saat mengatakan hal tersebut, membuatnya yakin jika saat ini Sienna sungguh-sungguh menyatakan perasaannya.Ini di luar dugaann