Tiga bulan kemudian
Setelah kejadian dimana Sienna dan Leri tertangkap basah, dengan berbagai konflik serta pertimbangan, akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk menyatukan dan menikahkan Leri dan Sienna.Tak seperti yang Sienna bayangkan, acara resepsi pernikahannya di gelar begitu mewah dan indah. Sangat di luar perkiraannya, yang mengira jika pernikahannya akan di adakan tertutup dan akan terasa suram.Jika di ingat kembali, jujur saja dirinya masih tidak percaya jika saat ini dirinya dan Leri sudah menjadi sepasang suami istri.Bohong jika dirinya tidak bahagia dengan pernikahan ini.Rasanya seperti mimpi yang tidak pernah ia bayangkan. Dirinya bisa menikah dengan Leri, seorang pria yang selama ini ia cintai dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan.CklekSeinna berhenti menatap ponsel canggihnya saat baru saja Leri masuk ke dalam kamar mereka. Dirinya segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Leri."Apa kau sudah makan?" Sienna mengambil alih tas serta jas Leri. Hal ini sudah ia lakukan sejak mereka menikah dua bulan lamanya."Aku sudah makan" jawab Leri dengan wajah datarnya.Sienna hanya tersenyum pahit. Meski sudah dua bulan mereka menikah, dirinya merasa jika Leri masih tetap membangun tembok kepada dirinya."Baiklah, kalau begitu mandilah aku akan menyiapkan bajumu"Leri tidak menjawab ucapan Sienna, dirinya hanya langsung bergegas pergi menuju kamar mandi.Sienna menghela nafasnya. Meski kini dirinya sudah menikah dengan Leri, namun rasanya dirinya semakin sulit untuk mendekati suaminya itu.Leri membuat dirinya menjadi bingung serta takut untuk mendekat ke arahnya.Seperti dinding yang tebal dan kokoh, seperti itulah Leri memperlakukan serta membatasi dirinya.Sienna mengerti, jika tak seharusnya dirinya kecewa karena sikap Leri yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Namun dirinya tidak menyangka, jika Leri akan sedingin ini pada dirinya.CklekPintu kamar mandi terbuka, Leri keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang melingkari pinggangnya."Terimakasih" ucap Leri saat Sienna memberikan sepasang baju dan celana pada dirinya."Ya" senyuman tipis muncul dari bibirnya setelah Sienna mendengar kata terimakasih dari mulut Leri. Inilah yang selalu dirinya syukuri. Meski Leri selalu bersikap dingin dan acuh kepada dirinya, namun Leri masih membiarkan dirinya melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.Sikap Leri yang seperti ini, membuat dirinya tidak bisa membenci Leri. Oleh karena itu, dirinya masih menaruh harapan jika suatu saat nanti hubungannya dengan Leri akan membaik."Besok aku akan pergi ke Singapur. Dan aku tidak bisa pulang selama dua hari" ucap Leri yang sedang memakai bajunya"Kenapa mendadak?" Sienna segera menutup rapat-rapat mulutnya saat dengan spontan dirinya menanyakan hal tersebut."Ma-maaf. Jika aku lancang" Sienna sedikit takut, jika dirinya membuat Leri merasa tak nyaman atas pertanyaannya."Aku juga baru tau. Ini mendadak, Ayah yang menyuruhku kesana" walau dengan wajah acuh tak acuhnya, Leri tetap menjawab pertanyaan Sienna."Kalau begitu, biar aku mengemas bajumu"Leri hanya terdiam dan hanya membiarkan Sienna."Terimakasih" tanpa basa-basi Leri langsung membaringkan tubuhnya dan kedua matanya pergi ke alam mimpinya.Hati Sienna menghangat. Walau terdengar sangat pelan, namun dirinya masih mendengar apa yang tadi di ucapkan oleh Leri....."Sepertinya aku pulang terlambat hari ini. Ada meeting mendadak yang harus kulakukan"From LeriToday 12.50Sienna menghela nafasnya setelah dirinya menatap ponselnya. Nafsu makannya seketika hilang saat dirinya membaca sederet pesan yang baru saja Leri kirim.Setelah hampir 2 hari tidak pulang. Sienna mengira jika suaminya itu akan pulang tepat waktu karena di perkirakan jika Leri akan pulang dari Singapur malam ini. Namun pemberitahuan mendadak yang Leri sampaikan, membuat dirinya seketika tertunduk lemas.Sienna menutup ponselnya seraya menonaktifkan data selulernya. Dan mulai menyantap makan siangnya dengan wajah lesunya."Hei kenapa wajahmu murung begitu? Apa kau ada masalah?" Rein menatap wajah Sienna dengan tatapan khawatirnya. Pasalnya sedaritadi wanita itu hanya mengaduk aduk makanannya tanpa ingin menyentuhnya sedikit pun.Sienna menggeleng gelengkan kepalanya."Tidak, hanya saja aku sedang tidak mood hari ini" jawab Sienna sekenanya seraya tersenyum tipis ke arah rekan kerjanya itu.Rein tersenyum jahil. "Aku tidak mengerti mengapa kau begitu murung. Bukankah seharusnya kau senang? Karena kau kan pengantin baru" godanya lalu terkikik geli.Wajah Sienna langsung merona. "Ap-apasih" salting Sienna. Yang seketika membuat Rein semakin terkikik geli.Drttt drttPonsel Rein bergetar membuat sang empunya langsung menjawab panggilan masuk yang baru saja masuk ke dalam ponselnya."Hn ya, ada apa?" tanya Rein pada seseorang dari sebrang ponselnya."Memangnya harus sekarang?" terlihat jelas ada raut wajah tak suka saat Rein mengucapkan hal tersebut."Baiklah aku akan kesana" setelah mengatakan hal tersebut Rein pun langsung mematikan ponselnya dan menatap Sienna dengan tatapan tak enaknya."Santai saja, pergilah. Aku tau Bos mu itu sangat cerewet right?“ Sienna yang langsung peka terhadap perasaan kawannya itu, dirinya pun langsung menyemangati kawannya."Sungguh menyebalkan!" Rein mengerutu, jengkel pada bosnya sendiri."Maaf, aku harus pergi" Rein menepuk bahu Sienna dengan pelan seraya berdiri dari kursinya."Hn" Sienna mengangguk-anggukkan kepalanya..."Baiklah rapat hari ini selesai, terimakasih yang telah hadir, saya ucapkan terimakasih""Ah, akhirnya selesai juga. Cape banget asli!" keluh Anna dengan tangan yang ia rentangkan untuk menghalau rasa penat yang tengah merajalela di tubuhnya."Ya, kau benar. Rapatnya begitu lama" ujar Sienna dengan lesu, seraya menutup leptopnya.Anna mengercitkan dahinya saat melihatnya. "Kau hari ini aneh sekali, apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?" ujar Anna yang peka, karena sedaritadi sahabatnya itu terlihat tidak baik-baik saja sejak tadi."Aku baik-baik saja kok, kau tenang saja aku hanya lelah. Mungkin itu hanya perasaanmu saja" ucap Sienna, Anna pun mengangguk-anggukkan kepalanya."Oh iya, bagaimana keadaan Eyon? Kudengar dia habis kecelakaan bukan?" tanya Sienna seraya merapihkan berkas-berkas yang ada di atas meja."Ahh, hampir saja aku lupa. Ngomong-ngomong tentang Eyon, hari ini Bara mengajak kita untuk menjenguk Eyon di rumah sakit, kau mau ikut tidak?" tanya Anna yang seketika membuat Sienna langsung terdiam dan membisu di tempatnya.Anna berdecak pelan. Lagi-lagi kawannya itu melamun."Hei Sienna, apa kau benar baik-baik saja?" Anna mengusap bahu Sienna dengan perlahan saat wanita berambut coklat itu, hanya terdiam dan membisu di tempatnya."Ap-apa? Maaf aku sedang melamun tadi" Sienna langsung tersadar dari lamunannya dan menatap malu kawannya itu."Kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Anna dengan raut wajah yang mulai khawatir.Sienna tersenyum tak enak. "Tentu, maaf aku sedikit melamun tadi""HN baiklah. Jadi apa kau mau ikut?" tanya Anna sekali lagi."Ya, tentu saja" jawab Sienna seraya mengangguk-anggukkan kepalanya...20.57Brata Eka Hospital."Kau sepertinya baik-baik saja, lantas mengapa kau masih disini?""Tutup mulut mu!" Eyon menepis tangan Milad saat tangannya memegang bahunya."Aku sedang sakit sial! Bisakah kau diam?" maki Eyon dengan wajah bengisnya."Ahh begitu saja lebay, kurasa Bara mendidik adiknya dengan sangat payah" tambah Alfin dengan wajah khas mengejeknya."Kalian ini sakit apa kenapa sih? Aku sedang sakit gila!" kesabaran Eyon sudah di ujung tanduk, sedaritadi ke enam manusia itu benar-benar sudah menguji kesabarannya."Daripada kalian disini lebih baik kalian pulang saja sana. Dasar pengrusuh" decak Eyon seraya melempar bantalnya ke arah muka Kenos. Namun sayang seribu sayang, ternyata Kenos sudah menepisnya terlebih dahulu"Hei bocah! Aku kan tidak ngapa-ngapain, kenapa aku yang di lempar bantal?" mata Kenos melotot tajam ke arah Eyon, tak terima jika dirinya diperlakukan seperti itu dengan bocah kelas 12 SMA.Melihat sang abang yang tengah menahan amarah, Eyon langsung memohon ampun menggunakan kedua tangannya."Upss sorry dude, sepertinya aku salah mengenai sasaran" ucap Eyon dengan tampang watadosnya seraya melemparkan cengiran khas kudanya.Kenos yang masih memiliki dendam yang belum tersalurkan pun, langsung melempar kembali bantal yang ada di genggamannya ke arah muka Eyon.bughhh"Akhhh gila sakit sekali!" erang Eyon seraya memegangi bagian kepalanya yang sedang di perban."Hufss tak sia-sia juga aku bermain anak panah selama ini" Kenos meniup jari-jarinya dan tersenyum bangga melihat bantalnya mendarat pas mengenai targetnya."Akhhh, kau ini dendaman sekali! Kau tau ini benar-benar sakit tau!" seraya mengusap bagian kepalanya Eyon terus meracau mengutuk Kenos yang telah memperburuk rasa sakit yang ada di kepalanya.Sienna menatap geli kedua pria tersebut, sungguh kelakuan Eyon dan Kenos melebihi tingkah anak SD yang sedang memperebutkan mainannnya.Benar-benar sangat rusuh dan kekanak-kanakan, sangat tidak pantas sekali bagi pria gagah seperti mereka berdua."Kau sudah menghubungi Leri? Dia bilang dia ingin datang kesini juga" Milad bertanya pada Eiko setelah hampir satu jam dirinya menunggu kedatangan kawannya itu."Tidak, tadi dia mengabariku dan dia bilang dia tidak bisa datang kesini sekarang. Katanya dia ada meeting dadakan tadi" ucap Eiko dan menunjukan history chat antara dirinya dengan Leri barusan.Sienna menghela nafas beratnya setelah mendengar perbincangan di antara Eiko dan Milad barusan.Hatinya sedikit kecewa karena Leri tidak datang menjenguk Eyon. Awalnya, ia kira dirinya bisa bertemu Leri disini. Dan berharap, jika pulang nanti dirinya bisa pulang bersama dengan suaminya itu.Namun harapan tinggallah harapan. Kini harapannya pupus setelah mendengar perbincangan milad barusan.Hatinya sedikit kecewa dan lagi-lagi mood-nya menjadi kacau karena Leri."Mpss" Jordan menahan tawanya."Apa sebegitu sedihnya, saat Leri tidak jadi datang kemari heh?" goda Jordan yang membuat Sienna langsung salting dibuatnya."Eh eng-enggak kok. Bukan begitu" kilah Sienna dengan wajah yang mulai bersemu merah."Duh sepertinya aku harus memberitahu Leri, jika Istrinya sedang menunggunya" sahut killa seraya menyenggol lengan Sienna dengan pelan."Kau benar, apa aku langsung telfon saja ya sekarang?" tambah Seraline yang semakin membuat wajah Sienna semakin memerah."Ka-kalian apaan sih, mana ada" Sienna membuang wajahnya ke sembarang arah, berusaha menghindar dari godaan-godaan setan yang tengah mengganggu dirinya.Semua orang yang ada di kamar rawat inap Eyon seketika tertawa, menertawai Sienna yang tengah menahan malu."Akhh padahal jika ada Leri lebih seru, pasti dia akan ku bully habis-habisan. Cik sayang sekali dia tidak bisa dat-"Cklek"Maaf, aku datang terlambat."Belum sempat ian menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba suara pintu yang di buka membuat ucapannya seketika langsung terpotong."Leri?" ian melongo menatap kehadiran Leri yang sangat tiba-tiba......TBC"Leri?" ian melongo menatap kehadiran Leri yang sangat tiba-tiba."Maaf aku terlambat" ucap Leri dengan muka temboknya."kau?" ian menatap penampilan Leri dari atas hingga kebawah."Kau baik-baik saja?" tanya ian saat dirinya melihat penampilan kawannya yang benar-benar acak-acakan saat ini.Baju yang sudah lusuh serta dasi yang sudah hilang dari leher pria tersebut, membuat ian seketika langsung menatap Leri keheranan."Bukannya kau ada meeting dadakan tadi? Kenapa kau bisa ada disini?" Zehran terheran heran tak mengerti dengan kakaknya yang satu ini.Leri terdiam tak menjawab pertanyaan Zehran dan malah mengedarkan pandangannya ke arah seluruh penjuru ruang rawat inap Eyon.Sebenarnya, ia ingin menjelaskan mengapa dirinya begitu tiba-tiba datang kesini. Namun Leri terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya.Bugh. Alvin menonjok bahu Leri."Shh" desis Leri."Ada apa dengan mu?" sengit Leri dengan wajah dinginnya.Alvin mengangkat kedua tangannya."Santai bung, aku hanya ingin menyadar
Sienna mengelap peluh yang ada di dahinya seraya mengecek waktu di jam tangannya."Ini sudah jam lima, apakah masih keburu?" cemas Sienna, karena hari ini rencananya, ia akan mengadakan pertemuan dengan Zehran, yaitu adik iparnya sendiri untuk membahas kerja samanya yang akan berlangsung."Permisi, apakah ada Tuan Zehran?" tanya Sienna saat dirinya sampai di depan meja bawahan adik iparnya itu."Ada Nona. Mohon maaf atas dengan nama siapa?" tanyanya dengan sopan. "Sienna, Sienna Galasharsyah" sahut Sienna."Oh Bu Sienna, silahkan masuk Bu" ucap bawahan tersebut seraya menunjuk ke arah ruangan Zehran."Terimakasih ya. Aku permisi" jawab Sienna dan berjalan ke arah ruangan Zehran.Tok tok tok"Masuk"Sienna mulai membuka pintunya saat ada sahutan dari dalam ruangan tersebut."Maaf membuatmu menung-""Sienna?" ucapan Sienna seketika terhenti saat tiba tiba dirinya melihat kehadiran suaminya."Le-Leri?" tubuh Sienna seketika mematung, saat matanya bertabrakan dengan mata kelam milik Leri
"Shh" Sienna mengerjapkan kedua matanya. Rasa sakit yang melanda kepalanya membuatnya tak kuasa bangun dari tidurnya."Apa kelapamu masih sakit?" Sienna menolehkan wajahnya ke samping. Dirinya melihat suaminya kini tengah duduk di samping tubuhnya yang tengah berbaring di atas kasur."Ya" singkatnya.Leri bangkit dari kasur dan mengambil beberapa tablet obat yang sejak tadi ia siapkan untuk Sienna."Minumlah. Kau bisa bangun?" Sienna sejenak hanya menatap Leri. Dengan wajah yang begitu datar, entah mengapa perkataan dan perbuatan suaminya itu sangat berbeda sekali."Bantu aku" ucap Sienna seraya memegang kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.Leri membantu Sienna agar istrinya itu, bisa duduk di atas kasur."Terimakasih"Lalu Sienna meminum obatnya."Kau ingin ke rumah sakit? Tubuhmu sejak sore sangat panas. Lebih baik kita ke rumah sakit" meski wajah Leri terlihat kaku, namun Sienna bisa mendengar jika suaminya itu sedang khawatir pada dirinya.Dengan lemah Sienna menggelengkan kep
Sienna menaruh semua makanan yang telah ia masak. Pagi ini tubuhnya sudah merasa lebih baik sehingga membuat dirinya mampu untuk menyiapkan sarapan untuk Leri."Kau lihat tas ku?" tanya Leri yang baru saja turun dari tangga terlihat sedang mencari tasnya melalui ekor matanya.Sienna tersenyum kecil. Dirinya menghampiri Leri dan memberikan tas gemblok suaminya."Terimakasih. Bisakah kau pakaikan dasiku?" pinta Leri karena sedaritadi entah mengapa dasinya tak kunjung rapih.Sienna langsung mengambil alih dasi yang tengah mengatung di leher Leri dan mulai memakaikannya. Sepanjang dirinya memakaikan dasi di Leher Leri, Sienna beberapa kali mengalihkan tatapan matanya saat matanya dan mata Leri saling bertubrukan."Terimakasih" ucap Leri seusai Sienna memakaikan dasinya dan langsung duduk di atas kursi makannya."Apakah kau pulang malam hari ini?" tanya Leri di sela-sela suapan nasinya."Tidak. Kenapa?""Bunda meminta kita untuk menginap malam ini. Katanya besok dia ingin mengajak kita jal
"Aku menyukaimu."DegSpontan Leri langsung mengalihkan tatapan matanya kepada seorang wanita yang kini tengah duduk di hadapannya saat ini."Apa?" tanya Leri dengan satu alis yang terangkat."Ya, aku mencintaimu!" ulangnya dengan tegas, menatap sahabatnya itu dengan tatapan seriusnya."Kau.." lidah Leri sesaat menjadi kelu. Ia pasti salah dengarkan."Kau bercanda ya!" dengus Leri dengan wajah dinginnya. Sienna menggigit bibirnya setelah melihat reaksi Leri. Secara tak langsung, perasaannya langsung di tolak oleh kawannya itu."Tidak! Aku tidak bercanda!" meski dirinya sudah melihat penolakan Leri yang begitu jelas, namun itu takkan menggoyahkan niatnya."Sienna, apa kau tidak sal-""Aku mencintaimu Leri!" potong Sienna dan untuk kesekian kalinya ia menegaskan ucapannya.DegTubuh Leri sesaat menjadi kaku, melihat sorot mata Sienna yang terlihat begitu yakin saat mengatakan hal tersebut, membuatnya yakin jika saat ini Sienna sungguh-sungguh menyatakan perasaannya.Ini di luar dugaann
BughBugh"Ban*sat! DASAR BAJINGAN!" dengan dada yang bergemuruh, Elang kembali menonjok wajah Leri yang sudah bonyok.BughBugh"BERHENTI! KUMOHON HENTIKAN!" teriak Sienna, kini tangisnya pecah saat melihat semua kekacauan yang terjadi di rumahnya.Setelah kejadian tadi pagi, Leri langsung mendatangi rumahnya dan menjelaskan semuanya pada ketiga kakaknya.Dan mulai saat itu, semua kekacauan ini di mulai.Leon menarik Elang yang tengah mencengkram kerah baju Leri dan memisahkannya dari Leri.Dirinya pun melirik Frans (adik keduanya), menyuruhnya untuk membawa Sienna pergi dari sini."Tenanglah, Mari kita bicara dengan tenang" ujar Leon berusaha menenangkan Elang yang sudah terbakar api amarah.Frans mengetatkan rahangnya. Rasanya, ingin sekali dirinya menonjok wajah Leri sekali lagi. Meski tadi dirinya sempat melayangkan pukulannya kepada Leri tapi itu masih tidak cukup.Seandainya saja Sienna (adik bungsunya) tidak menangis dan menghentikan dirinya, ia tidak akan melepaskan seorang b