Share

Bab 67: Uang

Author: path
last update Last Updated: 2024-05-31 12:42:23

Hari demi hari lewat begitu lambat. Rutinitas Mentari selalu sama. Mengurus Feliz, memasak, mencuci baju, membereskan rumah dan berjam-jam menonton Tiktok. Tak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya dan tak ada siapapun yang bisa diajaknya bicara.

Pekerjaan Argan menuntutnya untuk bekerja dari pagi hingga malam hari. Begitulah kata Argan sewaktu ditanyai Mentari. Jadi, seharian penuh Mentari hanya bersama Feliz. Mulanya dia menikmatinya, karena tidak perlu meladeni ocehan Argan. Lama-kelamaan, dia merasa kesepian.

Di saat merasa kesepian, dia selalu menelepon ibu atau kakaknya. Namun dia merasa tidak enak hati jika terlalu sering menelepon mereka, mengganggu waktu mereka beraktivitas atau istirahat.

Bekerja adalah salah satu jalan keluar yang dipikirkannya. Selain memiliki kesibukan, dia juga bisa menghasilkan uang untuk dirinya sendiri. Argan belum sebulan bekerja, dia belum mendapatkan gaji, hanya mengandalkan uang yang diberikan kakaknya.

Tak sekalipun Mentari meminta uang dari A
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 68: Tidak Pulang

    Pintu depan terbuka lebar. Mentari menunggui Argan pulang.Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh kurang, tapi Argan belum juga menampakkan diri. Mentari mondar-mandir di teras depan ditemani Feliz yang belum terlelap. Seperti mengerti perasaan ibunya, Feliz menemani Mentari sambil memainkan mobil-mobilan.Lampu mobil tampak dari kejauhan. Mentari yang telah duduk, berdiri hendak menyambut. Mobil semakin mendekat dan melewati rumah. Bukan Argan. Selanjutnya tidak lagi terlihat kendaraan mendekati kompleks perumahan. Angin malam bertiup dingin.Mentari melirik jam dinding. !0.22. Biasanya Argan tiba di rumah sekitar jam sepuluh, sekarang hampir setengah sebelas. Matanya terus melirik jam dinding yang berdetak pelan. Saat jarum panjang berada di angka enam, Mentari mengajak Feliz masuk. Dikuncinya pintu depan dan mematikan lampu ruang tamu, lalu masuk ke kamar.Feliz menguap. Tanpa disusui, Feliz terlelap dengan sendirinya. Ini sudah melewati jam tidur malamnya, dia kelelahan.Pikiran Me

    Last Updated : 2024-05-31
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 69: Sepi

    Malam ini, lagi-lagi Argan tidak pulang. Mentari menungguinya hingga larut malam, namun kabar pun tidak kunjung datang pada Mentari yang telah mengiriminya pesan Whatsapp.Sepanjang pagi, pikiran Mentari berkelana akan keberadaan Argan. Tak ada lagi yang dapat dikerjakannya selain menjagai Feliz. Semua tugas rumah telah dikerjakannya. Dia tidak ingin menunda lagi seperti kemarin. Entah dia tidak ingin Argan marah melihat kondisi rumah yang berantakan, atau dia hanya tidak ingin mendengarkan omelan Argan.Selama berada di Jakarta, perasaannya bercampur aduk tidak karuan. Perasaannya dengan mudah berganti-ganti tatkala sesuatu terjadi. Itu dikarenakan dia tidak memiliki kegiatan lain yang bisa membuatnya sibuk. Pikirannya mengambil alih hidupnya."Kenapa kamu ga menuruti saranku, Tari? Coba saja, coba!" ucap Cahya saat Mentari meneleponnya dan mengeluh tentang perasaannnya."Ga semudah itu, Kak." Kembali Mentari mencari alasan."Kamu tidak akan mengetahui itu akan berhasil atau tidak ji

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 70: Taman Bermain

    Jalan-jalan pagi dan sore menjadi rutinitas Mentari dan Feliz. Keluar dari rumah sederhana yang mereka tempati dan menikmati udara serta suasana di luar rumah seolah membuatnya hidup di dunia yang berbeda. Rumah itu membuatnya hanya memikirkan Argan. Seolah berada dalam penjara."Feliz, kamu mau jalan-jalan?" tanya Mentari saat mereka telah kembali ke depan rumah setelah jalan-jalan pagi.Tanggapan Feliz adalah anggukan kecil sambil memandangi ibunya."Oke, kita akan pergi ke tempat bermain anak-anak. Kamu pasti menyukainya."Semalam Mentari mencaritahu lingkungan sekitar perumahan mereka lewat aplikasi ponselnya. Tidak jauh dari kompleks perumahan mereka, terdapat sebuah taman bermain anak- anak.Sebuah motor berhenti di depan rumah Mentari. Pengendara motor itu memandangi ponselnya, kemudian memandang berkeliling. Tak seorang pun terlihat di jalan maupun di area pekarangan rumah.Pintu rumah terbuka, Mentari dan Feliz keluar. Setelah memastikan pintu terkunci, dia menghampiri driver

    Last Updated : 2024-06-01
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 71: Jatuh

    Suara tangisan meraung membahana di taman bermain. Tanpa memikirkan kondisi kayu-kayu yang dipijaknya, Mentari berlari menuju Feliz.Di bawah, di ujung perosotan, tampak anak kecil terkapar di tanah."Dasar nakal. Mama sudah beritahu tadi, jangan lari-larian. Jatuh, kan?"Seorang ibu yang tadi dilihat Mentari berada dalam taman bermain, mendekati anak yang terkapar di tanah. Bajunya kotor dipenuhi debu. Lututnya mengucurkan darah akibat tergores saat terjatuh tadi. Ibu tadi membantu anak itu berdiri dan menariknya ke tepi taman bermain.Pandangan Mentari berpaling pada Feliz yang duduk di ujung perosotan dengan kedua tangan berpegangan erat pada kusen di sampingnya. Tanpa berpikir panjang, Mentari meraih Feliz, lalu menggendongnya."Feliz, Ibu kira kamu yang jatuh." Pelukan Mentari mendekap Feliz semakin erat.Suara tangisan anak yang terjatuh tadi sudah reda. Ibunya menggiring anak itu keluar dari taman bermain. Mentari memperhatikannya mereka menghilang di jalan depan."Ayo, turun,

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 72: Terjebak

    "Bang, lepasin tangannya."Mentari menoleh. Seorang pria berdiri di sampingnya dan menatap tajam pria yang menyentuh Mentari."Siapa kamu?" tanya pria berkumis."Abang siapa?" pria di samping Mentari balik bertanya.Tidak tahu harus menjawab apa, pria berkumis yang mendekati Mentari, diam dengan tatapan kesal."Ayo!" ajak pria di samping Mentari pada Mentari.Bingung memenuhi pikiran Mentari. Haruskah dia ikut pria yang baru datang ini? Dia pun tidak mengenalnya. Tatapan Mentari menilai pria itu. Penampilannya rapi dan bersih, celana kargo dipadu kaos oblong dan sepatu kets. Wajahnya bening terawat dan rambutnya yang menggunakan styling gel, mengkilap terkena cahaya.'Kelihatannya dia orang baik,' batin Mentari. 'Tunggu, penampilan bisa menipu. Malah mereka lebih berbahaya.' Mentari teringat film Tinder Swindler yang sempat heboh. Dia dan Gempita menonton film itu dengan berbagai komentar antusias.Entah mengapa, kaki Mentari melangkah mengikuti pria elok itu.'Yang penting terlepas d

    Last Updated : 2024-06-02
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 73: Terluput

    Langkah Mentari berhenti di setapak menuju rumah. Wajahnya memucat, tangannya menggendong Feliz semakin erat."Aku tanya, darimana kamu?" Kedua tangan Argan berada di panggang membentuk huruf V miring.Alasan demi alasan muncul di benak Mentari. Yang mana yang harus dipilihnya? Dia melangkah mendekati Argan perlahan, dipenuhi rasa takut.'Kenapa kamu takut, Tari? Kamu tidak berbuat salah.' Suara di pikirannya menguatkannya."Jalan-jalan dengan Feliz," ujar Mentari setenang mungkin."Jalan-jalan? Sembarangan sekali kamu, Tari. Memangnya kamu tahu daerah sini? Bagaimana kalau tersesat."Mentari memandangi Argan yang kini tinggal selangkah di depannya. Dia mencari kekuatiran di wajah suaminya."Egois sekali kamu, ya? Tidak memikirkanku. Nanti aku juga yang repot mencari kamu kalau tersesat. Kalau ketahuan ibu dan Kak Cahya, aku juga yang diomeli. Terpikir di kepalamu semua itu?"'Bodoh sekali aku, bagaimana mungkin aku berharap dia kuatir padaku.'Senyum tersungging di wajah Mentari, "Aku

    Last Updated : 2024-06-03
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 74: Terasing

    "Bu, mam aci."Tangan kecil Feliz menarik-narik gaun tidur Mentari. Tanpa disadari Feliz, jari-jari kecilnya membentuk cubitan kecil di paha ibunya."Aww," teriak Mentari terkejut. Sedari tadi pikirannya menerawang, tidak fokus pada telur di wajan yang mulai berubah warna kehitaman."Aduuuh." Penciuman Mentari dipenuhi sengat aroma gosong. "Aduh, Feliz, telur kita gosong."Dipindahkannya kedua telur mata sapi itu ke piring yang telah disiapkannya di atas meja, kemudian membaliknya. "Masih bisa dimakan. Nanti Ibu makan yang gosong."Feliz berpindah dari lantai ke kursi di samping Mentari. Dia masih makan disuapi ibunya. Pernah diajarkan makan sendiri oleh Mentari, namun Mentari lebih memilih untuk menyuapi Feliz. Dengan begitu, meringankan tugasnya untuk membersihkan bekas makanan Feliz yang bertebaran di sekitarnya."Bu, aci. Aci!" Suara Feliz kembali membuyarkan lamunan Mentari.Sedari tadi Mentari memikirkan mimpinya semalam. Mimpinya aneh. Dia bermimpi sedang bersama pria yang meng

    Last Updated : 2024-06-04
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 75: Modus

    Pakaian kotor Argan di keranjang menarik perhatian Mentari. Diangkatnya celana panjang dan kemeja dari dalamnya. Tidak biasanya Argan meletakkan pakaian kantornya di keranjang baju kotor. BIasanya dia akan membawanya ke laundry.Mentari mempertimbangkan akan mencucinya atau membiarkannya tergeletak di situ."Kucuci saja," putusnya kemudian membawanya ke kamar mandi. Diliriknya Feliz di ranjang sebelum dia meninggalkan kamar. Feliz terlelap.Sebelum Mentari memasukkan celana panjang itu ke dalam ember besar, dia memeriksa kantong celananya terlebih dahulu. Itu yang diajarkan ibu Mentari, untuk memeriksa setiap saku baju sebelum dicuci. Tangan Mentari menyentuh sesuatu, ditariknya keluar.Sebuah kertas berwarna putih hijau terlipat tidak rapi. Dibukanya kertas itu dan membaca tulisan menggunakan tinta hitam yang tercantum pada kuitansi itu.Itu kuitansi pembayaran gaji Argan, dengan jumlah tujuh juta rupiah. Diliriknya tanggal pada bagian atas tanda tangan. Seminggu yang lalu.Satu per

    Last Updated : 2024-06-04

Latest chapter

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 120: Pulang

    Keheranan Mentari masih berlanjut. Dua hari kemudian Argan menyatakan bahwa dia akan kembali ke rumahnya, rumah orang tuanya. "Di sini juga rumahmu, Argan. Keluargamu juga di sini," kata ibu menyahuti pernyataan Argan. "Istri dan anakmu di sini." Ibu menekankan kata-kata itu. "Aku mendapatkan pekerjaan penting, terlalu jauh dan beresiko kalau harus bolak-balik ke sini." Dengusan Cahya terdengar pelan, seperti hendak disembunyikan. "Proyek jalan tol?" tanya ibu. "Iya, Bu. Ini proyek besar yang memerlukan banyak waktu dan fokusku. Jadi, aku benar-benar harus dalam kondisi terbaikku dan berada dalam lingkungan yang sepenuhnya mendukungku," sahut Argan penuh percaya diri sambil melirik Mentari sebelum memasukkan sesendok ayam bumbu ke dalam mulutnya. Mentari tersindir, namun dia tidak ingin menanggapi. Hanya tersirat keheranan di wajahnya. Apakah mertuanya sudah kembali? "Papa dan Mama sudah pulang?" kalimat itu meluncur begitu saja, padahal dia tidak ingin bicara dengan Ar

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 119: Curiga

    Wajah Mentari sepucat kertas putih. Tangkapan matanya seolah tidak dapat diproses otaknya. Matanya mencari-cari ke arah pekarangan rumah. Diapun berjalan maju dengan cepat, berharap motornya ada di pekarangan depan.Kosong.Dia berbalik memandangi kakaknya yang sedang mendekatinya dengan ekspresi bingung."Bu?""Motormu dipinjam Argan, Tari. Ada hal penting yang harus dikerjakannya."Pernyataan ibu menyambar Mentari seperti sebuah petir. Tidak yakin, dia kembali memastikan, "Apa, Bu?""Argan harus menghadiri rapat untuk membahas pelaksanaan proyek jalan tol yang diceritakannya pada kita. Rapat itu mulai jam delapan pagi. Dia hendak meminta izin padamu tadi pagi untuk memakai motormu, tapi kamu masih terlelap, jadi Ibu memberikan kunci motornya."Di telinga Mentari, penjelasan ibu terdengar tidak masuk akal. Setelah yang dilakukan Argan padanya dan motornya seminggu yang lalu, bagaimana mungkin ibu masih meminjamkan motor itu pada Argan?Mulut Mentari menganga, hendak melontarkan keber

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 118: Hilang

    "Dia memang harus ke dokter. Dokter jiwa," seloroh Cahya saat dia mencuci piring. "Kepalanya terbentur, pasti pikirannya terganggu, semakin parah dari sebelumnya."Sindiran Cahya mengundang tatapan tajam ibu. Namun tatapan itu segera teralihkan oleh bayangan Mentari yang muncul dari balik pintu."Ayo, duduk. Ibu ambilkan nasi."Dengan patuh, Mentari duduk sambil berusaha menekan perutnya yang mulai menimbulkan bunyi."Ini rumahmu, Tari. Jangan bodoh dengan membiarkan dirimu kelaparan di rumahmu sendiri."Sigap, Cahya mengeluarkan kembali lauk yang telah dimasukkannya ke lemari. Bahkan dia menuangkan segelas air dan meletakkannya di meja depan Mentari. Dari samping kiri, ibu meletakkan sepiring nasi beserta sendok.Mata Mentari menerawangi makanan di depannya. Rasa laparnya membuncah, namun otakknya tidak mengarahkan tangannya untuk meraih sendok.Kembali, Cahya dengan sigap mengambil tangan kanan Mentari lalu menggenggamkannya pada sendok di hadapannya.Seolah tersadar dari lamunan, M

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 117: Kecelakaan

    Teriakan Mentari membahana hingga ke kamar ibu dan Cahya yang segera keluar, diiringi Feliz dan Winar sambil menenteng mobil-mobilan yang sedang mereka mainkan."Tari, ada apa?" suara panik ibu menyita perhatian Mentari."Di mana Argan?""Ada apa, Tari?" Ada dugaan pada intonasi suara Cahya saat mendengar pertanyaan Mentari.Seperti seorang anak kecil yang ditarik ibunya, Cahya terseret mengikuti tarikan tangan adiknya."Ka, lihat ini," tunjuk Mentari ke arah motornya.Mata Cahya menangkap beberapa garis di badan motor Mentari. Garis-garis itu tidak beraturan seolah memberikan motif baru pada motor Mentari. Cahya berkeliling dan mendapat garis-garis yang sama di bagian motor lainnya.Tak sanggup berkata-kata, Cahya mendongakkan kepalanya memandang Mentari yang dadanya naik-turun.Ibu yang kini juga memandangi motor Mentari pun terdiam."Apa yang dilakukan Argan dengan motorku?"Tanpa menunggu balasan dari ibu dan

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 116: Motor

    Hasil dari pemeriksaan dokter pada kaki Argan adalah dia sudah sembuh total. Begitulah penuturan ibu berdasarkan ucapan dokter. Itulah inti yang ingin didengar Mentari, bukan kronologi pemeriksaan Argan yang disertai bumbu-bumbu pemanis yang berkesan sombong. Argan hanya keseleo, itulah yang tersimpan di benak Mentari sejak mendengar berita Argan kecelakaan.Tak ada lagi bangun tengah malam untuk mengantarkan Argan ke toilet dan tidak ada lagi peran asisten rumah tangga yang harus selalu siap melayani tuan besarnya.Begitulah sangka Mentari."Tari, besok aku ke rumah temanku, ada bisnis yang harus kami diskusikan. Kamu tahu 'kan Dani?"Setengah hati Mentari mendengarkan. Dia baru saja selesai mengoleskan pelembab di wajahnya dan hendak bersiap untuk makan malam.Ketika Mentari dengan acuhnya melangkah ke arah pintu, Argan menghentikannya dengan sebuah berkata, "Kamu harus mengantarkanku."Mentari melirik Argan."Kamu tahu sendiri mobilku tidak di sini, jadi kamu yang harus mengantarka

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 115: Kekesalan

    "Maaf mendadak, Pak. Iya, benar. Iya, Pak. Iya." Mentari meletakkan ponselnya di meja dapur setelah dengan patuh menerima ceramah penuh konsekuensi dari kepala toko akan ketidakhadirannya hari ini. Kepala Cahya menyembul dari balik pintu dapur. Tangannya ditarik Winar hendak menuju kamar "Kamu dimarahi?" Hanya anggukan sebagai jawaban dari Mentari. "Apa kata kepala toko?" Sebenarnya Mentari tidak ingin membahasnya, tapi dia mengerti benar kalau pertanyaan kakaknya menuntut jawaban. "Gajiku dipotong," kata-kata itu berat mengalir dari mulut Mentari. "Berapa?" Dahi Cahya mengernyit. "Ibu, ayo cepat, nanti kita terlambat." Kali ini tarikan keras dari Winar melenyapkan wajah Cahya dari balik pintu. Ada kelegaan hinggap di wajah Mentari. Namun, dalam hati dia meringis. Dua ratus ribu. Tatapan jengkel Mentari melepas kepergian Argan bersama ibu. Tak henti-hentinya dia menyalahkan Argan akan keputusan sembrono kepala toko. 'Keputusan apa itu? Bagaimana mungkin gajinya dipotong du

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 114: Konflik

    "Antarkan aku ke dokter besok." Bukan permintaan, tapi sebuah perintah yang keluar dari mulut Argan membuat darah mengalir deras ke kepala Mentari. Mentari hendak beranjak keluar kamar untuk berangkat kerja, namun langkah kakinya terhenti ketika telinganya menangkap kata-kata Argan. Setelah menghela napas, Mentari berbalik menghadap Argan yang sedang duduk di tepi ranjang berusaha mengeluarkan bungkusan rokok dari dalam kantong celananya. "Aku tidak bisa." Jawaban singkat Mentari disambut amarah oleh Argan. "Pikirmu aku bisa sendirian ke dokter?" Suara bungkus rokok menyentuh kasur terdengar cukup keras. "Aku harus kerja." Mentari menambahkan. "Pekerjaan terus yang kamu urusi, suamimu tidak kamu urusi." Argan kini berdiri menghadap Mentari. Seolah telah menunggu saat Argan mengucapkan kalimat ini, Mentari menyahut menyeringai, "Kalau aku tidak bekerja, siapa yang akan membiayai kebutuhan Feliz?" Sebelum menyambung, Mentari melirik rokok yang tergeletak di atas ranjang, "Dan itu,

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status