Share

Bab 75: Modus

Penulis: path
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-04 14:49:11

Pakaian kotor Argan di keranjang menarik perhatian Mentari. Diangkatnya celana panjang dan kemeja dari dalamnya. Tidak biasanya Argan meletakkan pakaian kantornya di keranjang baju kotor. BIasanya dia akan membawanya ke laundry.

Mentari mempertimbangkan akan mencucinya atau membiarkannya tergeletak di situ.

"Kucuci saja," putusnya kemudian membawanya ke kamar mandi. Diliriknya Feliz di ranjang sebelum dia meninggalkan kamar. Feliz terlelap.

Sebelum Mentari memasukkan celana panjang itu ke dalam ember besar, dia memeriksa kantong celananya terlebih dahulu. Itu yang diajarkan ibu Mentari, untuk memeriksa setiap saku baju sebelum dicuci. Tangan Mentari menyentuh sesuatu, ditariknya keluar.

Sebuah kertas berwarna putih hijau terlipat tidak rapi. Dibukanya kertas itu dan membaca tulisan menggunakan tinta hitam yang tercantum pada kuitansi itu.

Itu kuitansi pembayaran gaji Argan, dengan jumlah tujuh juta rupiah. Diliriknya tanggal pada bagian atas tanda tangan. Seminggu yang lalu.

Satu per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 76: Hilang

    Argan keluar dari kamar dengan tas olahraga bergelantungan di bahunya. Tas itu terlihat padat berisi. PIntu depan dibuka dan ditutup dengan kasar. Mata Mentari tidak memandangi Argan, hanya saat mobil meninggalkan rumah baru dia melirik ke arah jendela.Dalam hati Mentari bersyukur Argan meninggalkan rumah. Dia benar-benar tidak ingin melihat pria itu.Dua hari berlalu, Argan tidak kunjung pulang. Persediaan makanan di kulkas semakin menipis. Begitupun popok, minyak telon dan makanan Feliz. Mentari bisa makan apa saja yang ada, dia bisa memasak nasi goreng berbumbukan bawang putih dan bawang merah saja. Tapi, tidak untuk Feliz."Bagaimana ini?" Mentari memegangi popok Feliz yang tersisa empat buah. "Hanya cukup sampai besok."Setelah menimbang cukup lama, Mentari menetapkan hatinya untuk pergi berbelanja.Sinar matahari menyengat kulit Mentari ketika dia keluar ke halaman depan. Dia hendak memeriksa ojek online yang dipesannya. Belum terlihat, padahal aplikasi menunjukkan bahwa motor

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 77: Kasih Ibu

    "Feliz! Sayang, kamu di mana? Feliz!" Mentari mencari di lahan parkir, namun tidak menemukan anak itu. Dengan wajah dipenuhi ketakutan, Mentari kembali ke tempatnya semula, berpikir mungkin Feliz sudah berada di sana. Tidak ada.Pengendara ojek turun dari motornya dan memandangi sekitarnya tanpa meninggalkan motor. Tidak terlihat anak kecil di jarak pandangnya.Mentari memasuki toko dengan gusar. Pintu kaca dibukanya dengan keras, lalu dibiarkan membanting. Keringat mulai mengucur dari dahinya, pandangannya tidak fokus. Dia mengingat kaos putih dan jaket biru muda Feliz, itulah yang terus dicarinya. Dia melewati setiap rak jualan yang hanya berisi orang-orang dewasa. Saat tiba di tangga, dia memandanginya. Tidak mungkin Feliz naik ke tangga itu.Mentari mengitari toko sekali lagi, namun Feliz masih tidak terlihat. Para pengunjung toko memandanginya sambil bertanya-tanya. Seorang wanita muda berseragam oranye mendekatinya."Mbak? Ada yang bisa kami bantu?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 78: Bersikap Baik

    Argan duduk berpangku kaki di sofa ruang tamu sembari mengirimkan pesan Whatsapp. Mentari heran. Ini hari minggu, biasanya Argan akan keluar bertemu teman-temannya atau ke gym.Tak ada pertanyaan keluar dari mulut Mentari, meskipun ada rasa penasaran. Pertengkaran terakhir mereka masih membekas di benak Mentari. Kalau dia lebih dulu bicara pada Argan, artinya dia kalah. Begitulah yang dipikir Mentari.Persediaan makanan di kulkas cukup untuk makan Feliz selama beberapa hari ke depan, tapi tidak untuk Mentari. Dia hanya berbelanja sedikit sebelumnya untuk menghemat uang. Semalam dia telah memikirkan akan memasak apa untuk dimakannya hari ini.Dia mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat nugget tahu-ikan buat Feliz, tapi matanya tertumbuk pada nugget beku di dalam freezer saat mengambil ikan. Dia menimbang-nimbang akan membuat nugget sendiri atau menggoreng nugget beku saja."Ini saja," putus Mentari meletakkan bungkusan nugget ke atas meja.Setelah menanak nasi, Mentari mulai menggoreng

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 79: Belanja

    Mobil sepi, tak ada yang berbicara, bahkan Feliz. Feliz duduk manis di pangkuan Mentari sambil memandangi kaca depan.Saat berada di lampu merah, Argan menghidupkan radio yang memutarkan tembang-tembang bersemangat. Feliz menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik yang terdengar, meskipun gerakannya tidak seirama.Jalan yang mereka lewati berbeda dari jalan yang biasa mereka lewati saat berbelanja. Mentari mengingatnya."Argan, kita mau ke mana?""Kamu kan yang minta untuk berbelanja.""Ini bukan arah menuju swalayan yang biasa," ujar Mentari memperhatikan area sekitar yang dilewati."Hari ini kita ke swalayan lain. Yang itu belum buka jam segini."Mentari tak ingin bertanya lagi, tidak ingin membuat Argan kesal yang bisa menyulut omelan tanpa akhir.Setelah berkendara selama hampir setengah jam, mereka tiba di sebuah swalayan besar lainnya yang tidak kalah besar dengan swalayan yang biasa mereka kunjungi. Mobil-mobil terparkir di area parkirnya yang sangat luas.Udara panas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 80: Mengeluh

    Perjalanan pulang kembali diisi keheningan, hanya Feliz yang berseru-seru gembira dengan mainan baru di tangannya. Mentari memutuskan membelikan Feliz mainan baru, karena mainan-mainannya yang di rumah sudah mulai ditinggalkan Feliz.Sesampainya di rumah, Argan mengangkat semua belanjaan mereka dan meletakkannya di atas meja."Puas, kan? Aku sudah membelanjakan jauh lebih banyak dari biasanya untukmu hari ini. Jadi, jangan sampai kamu bicara yang bukan-bukan pada Mama, Kak Ajeng juga ibu dan Kak Cahya."Setelah berkata demikian, Argan kembali menuju mobil dan pergi meninggalkan rumah.Tatapan sedih Mentari mengikuti kepergian Argan. Ternyata Argan mengikuti kemauannya untuk berbelanja hanya untuk menyuapnya agar dia tutup mulut dan tidak mengadu pada keluarga mereka."Pantas saja dia bersikap aneh sepanjang pagi ini."Satu demi satu, Mentari meletakkan semua barang yang mereka beli ke tempat seharusnya mereka berada."Itu kewajibannya untuk membiayai hidupku dan Feliz, bukan kemauanku

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 81: Kunjungan

    Ketokan di pintu depan menyentakkan Mentari yang sedang mengganti popok Feliz. Dia membatin, bertanya-tanya siapakah gerangan yang berada di balik pintu. Tak pernah ada seorang pun yang bertamu ke rumah itu selama dia tinggal di sana. Tidak mungkin itu Argan, ini baru jam sebelas. Kalaupun Argan, dia akan memanggil nama Mentari.Setelah mengganti popok Feliz dan menurunkannya di lantai, Mentari ke pintu depan. Dia mengintip dari jendela. Seorang wanita berambut pendek berdiri membelakangi jendela dan pintu. Siapa itu?Tanpa membuka pintu, Mentari bertanya, "Siapa?"Wanita itu berbalik. Senyuman melebar dari bibirnya."Kak Ajeng," ucap Mentari seraya membuka pintu."Hai, Tari. Bagaimana kabarmu?" sapa Ajeng tanpa pelukan atau sentuhan pipi dan pipi seperti yang biasa dilakukan keluarga yang sudah lama tidak bertemu."Kabarku baik, Kak. Kakak apa kabar? Silakan masuk." Mentari memberikan jalan agar Ajeng bisa lewat.Tanpa mengindahkan pertanyaan Mentari, Ajeng memandangi seluruh bagian

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 82: Amukan

    'Gempita, kamu sibuk?'Pesan itu dikirimkan Mentari pada Gempita lewat Whatsapp di sore hari saat Feliz sedang tidur. Namun, hingga menjelang malam, tidak ada tanggapan."Dia pasti masih di kantor."Saat ini Gempita bekerja sebagai staf keuangan di salah satu kantor pengacara yang cukup terkenal. Pekerjaan itu didapatnya dari relasi bapaknya. Meskipun begitu, Gempita bekerja dengan giat, sehingga sering lembur hingga malam hari.Makan malam berlangsung lama, disebabkan Feliz yang menolak nasi tim ayam sayur yang dimasak Mentari. Akhirnya Mentari yang menghabiskan makanan itu, sedangkan Feliz dibuatkannya sop ikan.Argan tidak pulang. Padahal Mentari memiliki banyak pertanyaan baginya.Sepuluh juta, untuk apa uang sebanyak itu? Kebutuhan bulanan aku dan Feliz tidak sampai sebanyak itu. Pengeluaran popok Feliz yang paling banyak, tapi tidak sampai sepuluh juta. Memangnya Feliz menggunakan popok dari emas?Pikiran Mentari begitu gelisah sepanjang malam. Dia memikirkan segala kemungkinan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 83: Begitu Pedih

    Mentari berusaha menenangkan dirinya setelah pertengkarannya dengan Argan kemarin. Sulit. Rasa sakit itu tetap ada, masih membekas jelas.Kemarin, pipinya merah bertandakan jari-jari Argan. Terasa bengkak setiap kali dia memegang pipinya, dan perih. Berulang kali Feliz menyentuh pipi Mentari, seolah dia mengerti apa yang telah terjadi, seolah dia ikut merasakan kepedihan Mentari.Hari ini bengkak di pipi Mentari sudah turun, namun belum benar-benar pulih. Mentari telah mengompresnya dengan es batu, saran yang ditemukannya lewat mesin pencari internet. Masih terasa perih ketika disentuh, namun sudah lebih baik.Hanya luka di hatinya yang tidak membaik. Semakin dipikirkannya, semakin sakit rasanya.Semarah-marahnya Argan, dia tidak pernah main tangan sebelumnya. Mengapa bisa dia melakukannya? Itulah yang terus dipikirkan Mentari. Tak menyangka Argan akan seberani dan setega itu menyakiti Mentari secara fisik.Dia ingin membela diri, karena yang dituduh adalah dirinya, dan dia tidak menud

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07

Bab terbaru

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 113: Lembur

    Ponsel Mentari berdering nyaring, namun karena terburu-buru tiba di toko, ia tidak mengindahkannya. Dan setelah berada di loker, tanpa memeriksa notifikasi, dia mengganti ke mode getar dan menonaktifkan data.Saat makan siang tiba, ia disambut pesan yang tidak diharapkannya ketika kembali mengaktifkan data.Helaan nafas Mentari mengundang tanggapan Feri yang juga sedang istirahat siang.“Ada apa?” tanya Feri prihatin.Tanpa berpikir, Mentari menyahut karena jengkel, “Biasa, perusak hari.”“Perusak hari?” ulang Feri tidak mengerti. Setelah berpikir sejenak karena tidak mendapatkan respon dari Mentari, dia berkata, “Kabar buruk?”Menyadari kalau dia tidak seharusnya mengungkapkan permasalahan pribadinya di tempat kerja, dia menjawab, “Kabar angin.”“Kalau kabar angin, tidak usah diambil pusing.”Ucapan Feri mengalir seperti sungai kecil. Tak satu pun yang didengarkan Mentari, dia terpaku pada pesan di ponselnya.‘Mentari, Mama dan Papa belum bisa kembali minggu ini. Urusannya belum sele

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 112: Pemeriksaan Dokter

    “Argan benar-benar tidak tahu diri, Tari!” berang Cahya saat Mentari baru saja tiba di rumah sore harinya. Cahya menghampirinya yang sedang mencuci tangannya.“Ada apa, Kak?” Tangan Mentari tergantung basah. Airnya menetes di atas lantai. Kemarahan di raut Cahya membuat Mentari kuatir.Sepanjang hari ini pikirannya tidak bisa difokuskan pada pekerjaannya. Dia berkali-kali menelepon ibu untuk mengetahui posisinya dan keadaannya yang sedang mengantarkan Argan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, ibu melupakan ponselnya di rumah. Ponsel itu tergeletak di atas meja kamarnya. Cahya-lah yang mengangkat teleponnya.“Kamu tahu siapa yang membayar biaya taksi online?” Tanpa menunggu jawaban Mentari, Cahya meneruskan, “Ibu!”Kaget, Mentari tidak mampu berkata-kata.“Biaya pulang pergi mereka ibu yang membayari, begitu juga dengan makanan dan minuman yang mereka konsumsi selama berada di rumah sakit,&rdq

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 111: Lelah

    Waktu berlalu begitu cepat. Hal itu disyukuri Mentari. Begitu inginnya dia agar waktu melompat ke minggu depan pada hari kembalinya orang tua Argan. Namun, sebelumnya ada hari senin yang terlebih dahulu harus dilewatinya.Di hari minggu ini, Cahya mengajak seluruh anggota keluarga untuk mengunjungi sebuah arena rekreasi yang letaknya tidak begitu jauh. Suaminya telah melarangnya karena ini akhir bulan, keuangan mereka telah menipis.“Tempat itu tidak mahal. Kita tidak perlu membeli makanan di sana, kita bisa membawa bekal. Hanya perlu membayar ongkos masuk saja,” bantah Cahya saat ditolak Feri. “Aku memiliki uang, kamu tidak perlu mengeluarkan uangmu.”Bisnis penjualan makanan Cahya memang masih berjalan, walaupun keuntungannya semakin berkurang akhir-akhir ini. Dari hari ke hari, pelanggannya semakin sedikit.“Bukankah itu uang tabunganmu untuk keadaan darurat? Kenapa kamu mau menggunakannya sekarang?”Seperti k

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 110: Canggung

    Aroma kecanggungan terhirup pekat di tiap tarikan nafas setiap anggota keluarga pagi itu. Sarapan dalam keheningan bukanlah kebiasaan keluarga itu. Mereka hanya saling menyapa saat duduk di kursi masing-masing kemudian meja makan hening.Sebagai seorang pria dewasa yang menggunakan lebih banyak logika, Feri memecah keheningan, “Kamu harus memeriksakan kakimu lagi, Argan?”“Iya, Kak, senin minggu depan,” sahut Argan setelah memasukkan sepotong ikan dan nasi ke mulutnya. “Menurut dokter, aku harus menjalani terapi kalau tidak ada kemajuan setelah pemeriksaan nanti.”“Di rumah sakit mana?” sambung Feri.“Rumah Sakit Daerah,” jawab Argan singkat lalu menenggak seteguk air. Makanannya tersendat di tempat yang tidak seharusnya.“Lumayan jauh dari sini. Kamu bisa ke sana sendirian?”Pertanyaan itu mengundang lirikan tajam Cahya dan menarik perhatian ibu. Sementara Mentari berlagak seperti tidak mendengar apapun.“Bisa, Kak. Aku bisa naik taksi online,” jawab Argan penuh percaya diri. “Tapi b

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 109: Rumah

    “Selamat sore, Bu, Kak Cahya. Apa kabar?”Sekian lama suara itu tidak terdengar di rumah itu, terasa asing dan canggung. Cahya tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya. Dia berpaling, mengarahkan pandangannya pada pintu menuju dapur.Seolah kejadian-kejadian buruk di antara dia dan Mentari tidak pernah terjadi, Argan segera duduk di sofa terdekat sambil tersenyum dan berujar, “Senang rasanya kembali ke sini.”Hampir saja semburan Cahya terlontar dari mulutnya jika ibu tidak segera berdiri dan menahan tubuhnya yang berpaling menghadap Argan yang masih terus tersenyum memandangi sekeliling ruang tamu sekaligus mengikuti gerakan ibu yang meninggalkan ruang tamu.Pandangan jijik seolah berkata ‘Tidak tahu malu’ dilemparkan Cahya pada Argan. Argan yang melihat Cahya memandanginya dengan gaya sok lugu berujar, “Kak, makin cantik aja.”Sebelum Cahya sempat menanggapi, bunyi dering ponsel Argan yang maksimal menyelanya.“Halo, Ma.... Iya, baru aja tiba .... Iya, Ma, iya. Ga usah kuatir ....

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 108: Kembali

    Keputusan Mentari untuk menelepon Argan dianggap sebagai sebuah kekalahan bagi Cahya.“Mereka yang membutuhkan kamu, mereka yang harus menghubungi kamu. Kenapa kamu berinisiatif bodoh seperti itu?” cerca Cahya setelah Mentari memberitahunya dan ibu.Kata-kata Cahya itu juga telah berputar di benak Mentari berulang kali sebelum dia memutuskan.“Bagaimana pun dia masih suamiku, Kak.”“Bukan alasan tepat!” bantah Cahya. “Seenaknya saja keluarganya keluar masuk dari kehidupan kamu. Kalau kamu tidak dibutuhkan mereka menelantarkan kamu seperti orang pinggiran. Tapi, saat mereka membutuhkanmu, mereka mencarimu dan memperlakukan kamu seperti pelayan mereka.”“Cahya,” tegur ibu keras.Cahya hendak menanggapi teguran ibu, namun dia mengurungkan niatnya.“Apa kata Argan?” Cahya hendak mengatakan ‘pria tidak tahu diri’ sebagai ganti nama Argan, namun lirikan matanya pada ibu yang tampak serius membuatnya menelan kata-kata itu.“Hmm... dia mengatakan kalau dia ditabrak dari belakang oleh sebuah m

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 107: Keputusan Berat

    Sekali lagi Mentari membaca pesan masuk yang muncul di layar depan ponselnya. Dia membuka aplikasi pesan itu dan membaca sekali lagi. Tidak ada yang salah dengan penglihatannya, tulisannya tetap sama seperti yang dibacanya pertama kali.Mentari terdiam, matanya menatap layar ponselnya, namun pikirannya melayang-layang.Setelah beberapa lama memandangi Mentari yang terdiam, Cahya pun mendekati adiknya dan menggoyang tubuhnya, “Ada apa, Tari?”Tersentak, Mentari menatap kakaknya lalu menyodorkan ponselnya yang menyala pada Cahya. Cahya membaca lalu memandang Mentari.“Tanyakan kejelasannya pada Gempita.”Seperti robot, Mentari mengikuti perintah Cahya. Dia segera menelepon Gempita.‘Tari, Argan kecelakaan,’ ucap Gempita mengulangi isi pesannya.Belum sempat Mentari bertanya, Gempita telah mulai menjelaskan, “Tante baru saja meneleponku dan mengabari kalau Argan kecelakaan kemarin. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun hari ini sudah pulang karena Argan tidak ingin berlama-lama di r

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 106: Berita Mengejutkan

    Berita bahwa Mentari memiliki sepeda motor baru menyebar bagai virus di lingkungan tempat tinggalnya. Tetangga Mentari yang tidak pernah menyapanya sebelumnya, berbasa-basi dengannya sambil memperhatikan motor yang sementara didorongnya keluar dari halaman rumah. Dia masih belum mahir mengendarainya di area sempit, begitu pula dengan hal memarkirkan motor.Motor itu seperti mendukung tetangganya, tersangkut di sebuah batu yang menonjol di pinggiran jalan keluar. Mentari mendorongnya sekuat tenaga untuk melewati batu itu.Melihatnya terdiam, tetangganya mendekatinya dan memandangi motor yang sedang didorong Mentari.“Mentari, kamu kerja di mana sampai bisa membeli motor baru?”Wanita yang diajak bicara sedang berjibaku dengan motornya, kembali bertanya, “Kenapa?”Setelah beberapa kali usaha kerasnya tidak membuahkan hasil, dia pun memundurkan motornya dan mengambil jalan yang rata di sebelah batu itu. Dia merasa bodoh dalam hatinya, seharusnya sejak tadi dia melakukannya.“Permisi, Pak

  • Pernikahan Tak Seindah Status di Media Sosial   Bab 105: Ejekan

    “Ada apa ini? Ramai sekali,” serbu Feri dengan nada bicara bersemangat memasuki ruang tamu yang berisik.“Tante Mentari sedang curhat, Pak,” sahut Winar yang bersandar di sofa mendengarkan cerita Mentari.“Itu, Kak, di toko. Bagaimana mungkin ada pelanggan yang sangat pelit seperti si bapak-bapak itu? Dia meminta diskon terus-menerus sampai meminta aku yang membayari biaya pengirimannya barangnya. Belum lagi dia memanggilku dengan kata ‘sayang’.” Amarah Mentari meluap-luap.Cahya yang duduk mengangkat kaki tergelak mendengarnya.“Hari ini adalah hari sial kamu, Tari.”“Ada lagi selain itu?” Feri penasaran.“Hari ini dia mendapatkan ojek online mantan pembalap MotoGP.” Tawa Cahya kembali pecah.Dengan antusias, Mentari kembali mengulang kisahnya pada kakak iparnya, “Waduh, Kak, kecepatannya 200 km/jam. Dia tidak mengenal lampu merah, lubang dan trotoar, semua diterjangnya tanpa rem. Beberapa kali aku hampir terlempar dari motornya. Sudah aku beritahu, tapi tidak digubrisnya. Bintang sa

DMCA.com Protection Status