Share

part 3 ajakan pindah

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 08:55:30

Rangga menepuk bahu Nias dengan pandangan khawatir.

"Ini tidak apa-apa Tante? Mereka seperti tidak saling..." Rangga menggantungkan kalimat.

"Tidak apa-apa, mereka memang selalu seperti itu, mungkin bahasa cinta mereka memang seperti itu," jawab Nias tidak ambil pusing.

Segera akad pun dimulai, Rangga sebagai kakak mengulurkan tangan untuk melakukan ijab qobul.

Tangan Aldi dijabat, lantunan kalimat akad lalu terucap.

Momen sakral tersebut begitu terasa hidmat, dan begitu kata sah terlantun. "SAH!"

Disaat itu pula air mata Rangga menetes. Dia tertunduk lalu menyela cairan yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi.

"Ana..."

Begitu melihat sang kakak untuk pertama kali menangis, membuat Ana mendekat secara spontan. "Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Mata Ana tampak polos bertanya.

"Kakak baik-baik saja," jawab Rangga mengusap kasar air mata sementara Ana masih menatapnya dengan khawatir.

Usapan pelan lantas mendarat di bahu sang adik. "Berbahagialah, tunjukan pada Kakak, agar Kakak bisa tenang membiarkanmu disini."

"Kakak jangan menangis dong, aku jadi ingin menangis juga kan."

"Dasar kamu, pergilah banyak sesi yang belum kamu selesaikan." Rangga tersenyum sembari mempersilahkan Ana untuk kembali duduk bersama suaminya.

"Haish...malas," dengus Ana merasa berat, memutar bola matanya secara jelas.

Para tamu yang melihat seketika dibuat terkejut mendengar jawaban itu.

Pernikahan yang hanya dihadiri lima orang dari pihak pria dan lima orang dari pihak wanita telah menjadi saksi resminya pernikahan tersebut. Dan kini adalah sesi paling ditunggu oleh setiap pengantin baru, Aldi telah memberikan tangannya untuk segera dicium.

"Cepatlah cium, jangan terus diam," bisik Aldi dengan senyum terang.

"Iya," jawab Ana kesal lalu mencium tangan suaminya secepat kilat.

Kini Aldi mengambil tindakan lagi, dia dengan hati-hati meletakan tangan di kedua bahu sang istri.

"Mau apa?" tanya Ana disertai pandangan curiga.

"Cium kening lah."

"Gak perlu."

"Kau ingin membatalkannya? Aku sudah siap begini."

"Lagian siapa suruh mau cium kening segala."

"Itu tradisi namanya. Tinggal tutup mata aja kenapa susah sekali si, aku yang gerak bukan kau."

"Kalau gak mau, jangan dipaksa dong."

"Cepat tutup mata, aku tak mau tahu," paksa Aldi dan dengan cepat mendaratkan ciuman di kening wanita yang telah sah menjadi istrinya.

Di samping itu Nias termenung bahagia, dia ingat jelas saat dimana Ana baru menginjakan kaki di rumahnya. Wajah lugu dengan kacamata khasnya itu tak pernah luput menjadi jati diri dari seorang Ana. Terlebih dengan lidah ceplas-ceplos yang dia miliki benar-benar tak pernah terpikir akan berakhir menjadi istri seorang gila kerja seperti Aldi.

Waktu itu terjadi dua hari setelah pengumuman kelulusan tes masuk perguruan tinggi.

kilas balik...

Di dapur Ana tengah membalikan telur untuk sarapan. Ditengah aktivitasnya tiba-tiba Rangga datang tergesa-gesa.

"Ana, kemarin kamu lulus tes kan ya, bagaimana kalau kamu ikut sama Tante saja dirumahnya, Tante kan di Jakarta, mereka sepertinya akan menyambut mu dengan baik, Kakak akan bilang pada Tante ya." Rangga menggenggam erat sebelah tangan Ana.

"Lepaskan tangan Ana kak, ini telurnya hampir gosong tuh kan." Ana seperti tak peduli dan fokus pada masakannya.

"Jawab dulu, iya Ana ya kamu mau kan?" desak Rangga.

"Iya-iya terserah Kakak saja." Begitu dijawab Rangga langsung terbirit-birit keluar rumah dengan girang. Meninggalkan sang adik yang bermuka masam akibat telur yang gosong disebelah sisi.

"Akh...padahal ku kira ini percobaan terbaikku," gumamnya lemas meratapi telur yang tak layak lagi untuk dimakan.

Ana tiba-tiba teringat permintaan Rangga tadi, tanpa sengaja dia mengiyakan tanpa berpikir. "Keuangan keluarga kita masih belum berubah ya, walaupun ada beasiswa, apakah itu cukup?" batin Ana berencana tak mengambil studi pendidikan lagi.

Gadis dengan setelan kaos oblong dan celana selutut itu lantas bergegas keluar rumah untuk mencari sang kakak.

Saat indranya menangkap sosok Rangga sedang duduk mengobrol di teras rumah, sontak kedua bola mata gadis itu membulat. "Tante! Benar-benar ada disini?" tanya Ana pada diri sendiri tak menyangka. Dia langsung bersembunyi dan segera melihat pakaian kusut yang melekat di tubuhnya.

"Akh... Aku harus segera ganti baju." Secepat kilat gadis berkacamata itu berlari menuju kamar, mengganti pakaian dengan setelan kemeja dan rok selutut.

"Haish, kenapa Tante datang ke sini lagi, apa jangan jangan..." Ana melirik sang kakak diam-diam dari balik pintu, tampak asyik mengobrol dengan sang tante.

"Sial, gak kedengaran lagi." Ana semakin menempelkan telinga pada pintu, sampai-sampai daun telinganya sedikit terlihat dari balik pintu.

Sang tante yang melihat ujung telinga keponakannya lantas tersenyum tipis. "Ana," panggil Nias.

Mendengar panggilan itu sontak Ana menoleh dengan cepat, kacamatanya langsung dibenarkan dan disana Nias telah duduk sambil tersenyum padanya.

"Haish, aku ketahuan lagi," pekik Ana malu.

"Ana kemarilah, ayo duduk di sini." Nias menepuk bangku di sampingnya mempersilahkan gadis berkacamata itu duduk di sampingnya.

Dengan langkah pelan, Ana mendekat lalu duduk dengan malu-malu.

"Bagaimana kalau hari ini Ana berkemas, dan besok kita berangkat?" Nias silih berganti melihat kedua keponakannya.

Sementara itu tanpa disadari gadis berkacamata itu tengah melemparkan tatapan tajam pada sang kakak. Sampai-sampai Rangga tak bisa berkata-kata dan hanya melemparkan senyum membingungkan.

"Ana bagaimana?" tanya Nias kembali.

"Hmm, Tante sebenarnya Ana tidak berniat mengambil..."

"Ana katanya sangat berterima kasih pada Tante, dia anaknya memang kadang pemalu kadang juga tidak tahu malu," Sela Rangga.

"Kakak!" Bentak Ana lalu berdiri dengan ekspresi kesal.

"Tuh kan, maaf ya Tante harus menitipkan anak spesial ini pada Tante."

"Dan sebenarnya kalau saja orang tua kami tidak meninggal waktu itu..."

"Haha, sudah lah jangan membahas yang sudah lalu, sekarang hanya tinggal melihat Ana saja menempuh cita-citanya, setidaknya orang tua kalian bisa melihat bahwa kalian tidak sendiri di dunia ini, masih ada banyak orang yang juga menyayangi kalian dan mengharapkan kalian bahagia."

"Jadi mau kapan berangkatnya?" Nias menoleh pada keponakan disampingnya.

"Katanya besok saja Tante," celetuk Rangga.

"Kakak, aku belum bilang iya lho."

"Tadi bilang iya."

"Tadi itu aku kan sedang..." Ana menggantungkan kalimat.

"Ana jangan malu-malu, lagi pula tidak ada siapapun dirumah Tante, paling hanya Aldi saja, itupun dia selalu di kamarnya."

"Kak Aldi? Kenapa dia ada di rumah? Dia belum menikah Tante?" tanya Ana heran, tiba-tiba tertarik masuk dalam pembicaraan.

"Huh, Asal tahu saja ya, Tante hampir setiap hari menyuruhnya menikah, tapi dengan santainya dia bilang 'Aldi sudah menikah dengan pekerjaan Aldi ma, jadi jangan menyuruh Aldi menikah lagi' dia bilang begitu coba," jawab Nias antusias dengan nada seolah menirukan putranya.

"Haha, kak Aldi emang cocok menikahi pekerjaannya si," jawab Ana sambil tertawa dan berhasil membuat Rangga dan Nias membulatkan matanya.

"Ana, memang lebih baik kau tutup mulut saja." batin Rangga merasa tak enak.

Bab terkait

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 4 pindah

    "Kau berpikir Aldi cocok menikahi pekerjaannya Ana?" tanya Nias menaikan sebelah alisnya. "Tidak Tante, Ana hanya bercanda, hehe." Mendengar balasan tersebut, wanita dengan rambut diikat itu pada akhirnya dapat mengelus dada dengan tenang. "Untung saja hanya bercanda," batin Nias hampir tak siap menerima orang kedua dengan pemikiran yang sama seperti putranya. "Kalau begitu, besok berangkatnya ya, dan hari ini Tante boleh menginap di sini dulu kan?" "Boleh banget Tante, sebentar aku siapkan dulu kamarnya." Rangga langsung terbirit-birit membereskan kamar untuk sang Tante, sementara Ana sedang tersenyum, bergelut dengan isi pikirannya sendiri. "Ana kau sedang memikirkan apa?" tanya Nias khawatir melihat ekspresi Ana menahan tawa sendirian. "Enggak Tante, Tante mau kedalam dulu? Aku mau mengemasi barang-barangku dulu untuk besok." "Oh yasudah, kau kemasi barang-barang mu saja, Tante ada urusan dulu sebentar disekitar sini." "Baiklah Tante, Ana kedalam dulu ya." Nia

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 5 omel

    Di kamar mandi Aldi menatap pantulan wajahnya pada cermin, kotoran di matanya sudah hilang dan hanya meninggalkan tetes demi tetes air yang jatuh dari ujung dagunya. "Akh sial, aku diremehkan," batin Aldi sambil memegang kening, merasa buruk. "Tapi... Gadis itu bernama Ana kan, aku seperti pernah mendengarnya, dimana ya...?" Kening pria 31 tahunan itu berkerut, telinganya seolah pernah mendengar nama familiar itu. "Kalau dia keponakan ibuku berarti dia sepupu ku. Tapi, kapan aku pernah bertemu dengannya?" Pada dasarnya sejak 31 tahun lalu sampai saat ini keluarga Aldi telah mendapat perlakuan yang berbeda. Itulah yang menyebabkan Aldi sama sekali tak pernah dipertemukan dengan keluarga dari pihak sang ibu. Semakin dipikir lagi, ingatannya malah membawa Aldi pada detik-detik kelam, terutama saat dia menyatakan cinta pada seorang gadis desa yang dia suka. Plak! "Pikiranku ayolah, padahal aku sudah berusaha melupakan kejadian itu." Aldi mendaratkan tamparan di keningnya. "Ah su

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 6 kesepakatan

    Keesokan hari di ruang makan, seisi keluarga tengah menikmati sarapan sambil berbincang riang. Tentu setelah peristiwa kemarin, Ana menjadi santapan lezat sebagai topik pembicaraan. "Hahaaa...anak kecil itu kamu? Aku tak habis pikir bocah itu akan tinggal disini sekarang hahaha," Ejek Aldi dengan terbahak-bahak. "Sudah Aldi, kau membuat Ana malu." Ana yang sudah bermuka merah, hanya bisa diam tertunduk sambil menyantap makanannya. "Dia seberani itu menyatakan cinta padaku, mana mungkin dia bisa malu hahaha." Aldi memegang perutnya sambil sesekali memukul meja, tak kuat menahan tawa. "Kakak bisa tidak jangan terus mengungkit itu, itu kan masa lalu." Di lihat sekilas saja sudah terlihat pipi gadis berkacamata itu telah merah sempurna, dan begitu Aldi melihat kedua pipi merah itu seketika tawanya pecah kembali. "Hahaha itu wajah atau tomat bisa merah begitu." Mendengar ejekan sang putra yang mungkin menyakiti hati Ana, lantas Nias segera menyela. "Aldi bisakah kau tid

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 1 mendadak direstui

    Bak! "Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Sudah kesal diperintah untuk menikah, Aldi melayangkan lamaran singkat pada sepupu disampingnya. "Uhuk, kakak bercanda kan?" Ana tampak terkejut namun langsung tertawa sambil memukul bahu pria 32 tahunan disampingnya. "Aku serius, kau juga menginginkannya bukan?" Wajah Aldi mendekat dengan tiba-tiba sampai Ana tak mampu tertawa lagi. "Haha, becanda kakak menyeramkan hari ini, jangan begitulah." Ana mulai takut, berusaha bersikap biasa dalam suasana yang tak tenang. "Dari pada kau melakukan hal aneh terus padaku, lebih baik kita menikah saja bukan?" goda Aldi. "Kapan aku melakukan hal aneh pada kakak, aku tak pernah melakukannya tuh." Aldi mendekatkan wajah. Dia liat setiap ekspresi bocah kecil yang terus menggodanya, tampak lucu ketakutan bagai hamster yang hampir mati karena terkejut. "Memeluk tiba-tiba, memegang tubuhku tanpa izin, dan memegang perutku setiap pagi, kau pikir semua itu apa menurutmu?" "Kita kan seperti sa

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 2 berontak

    Setelah mendengar balasan singkat itu Ana terdiam. Ruang makan seketika terasa bisu, hanya suara bentrokan sendok dan piring saja yang mengisi kekosongan ruangan yang diselimuti awan mendung. ... Setelah menghabiskan makan malam, Ana bergegas menerobos masuk ruang kamar Aldi. Bak! "Kakak, kita harus bicara!" Wajah Ana tampak serius, sementara Aldi masih setia mencoret tablet dengan stylus pen kesayangannya di meja kerja. Saat Melihat Ana memakai pakaian tidur datang menemuinya, Aldi seketika tersenyum miring. "Kau sedang menyerahkan dirimu sekarang?" Aldi melihat setiap inci pakaian sepupunya yang bercorak boneka. Ana melihat sekilas pakaiannya, dia tahu betul tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan baju yang dia kenakan. "Memangnya aku ini apa menyerahkan diri pada Kakak, aku sedang menuntut pernikahan yang dibicarakan Tante tadi ya, kenapa Kakak mengajakku menikah itu kan tidak masuk akal!" keluh Ana dengan ekspresi kesal. Ana lalu duduk di ranjang tanpa permisi seper

Bab terbaru

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 6 kesepakatan

    Keesokan hari di ruang makan, seisi keluarga tengah menikmati sarapan sambil berbincang riang. Tentu setelah peristiwa kemarin, Ana menjadi santapan lezat sebagai topik pembicaraan. "Hahaaa...anak kecil itu kamu? Aku tak habis pikir bocah itu akan tinggal disini sekarang hahaha," Ejek Aldi dengan terbahak-bahak. "Sudah Aldi, kau membuat Ana malu." Ana yang sudah bermuka merah, hanya bisa diam tertunduk sambil menyantap makanannya. "Dia seberani itu menyatakan cinta padaku, mana mungkin dia bisa malu hahaha." Aldi memegang perutnya sambil sesekali memukul meja, tak kuat menahan tawa. "Kakak bisa tidak jangan terus mengungkit itu, itu kan masa lalu." Di lihat sekilas saja sudah terlihat pipi gadis berkacamata itu telah merah sempurna, dan begitu Aldi melihat kedua pipi merah itu seketika tawanya pecah kembali. "Hahaha itu wajah atau tomat bisa merah begitu." Mendengar ejekan sang putra yang mungkin menyakiti hati Ana, lantas Nias segera menyela. "Aldi bisakah kau tid

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 5 omel

    Di kamar mandi Aldi menatap pantulan wajahnya pada cermin, kotoran di matanya sudah hilang dan hanya meninggalkan tetes demi tetes air yang jatuh dari ujung dagunya. "Akh sial, aku diremehkan," batin Aldi sambil memegang kening, merasa buruk. "Tapi... Gadis itu bernama Ana kan, aku seperti pernah mendengarnya, dimana ya...?" Kening pria 31 tahunan itu berkerut, telinganya seolah pernah mendengar nama familiar itu. "Kalau dia keponakan ibuku berarti dia sepupu ku. Tapi, kapan aku pernah bertemu dengannya?" Pada dasarnya sejak 31 tahun lalu sampai saat ini keluarga Aldi telah mendapat perlakuan yang berbeda. Itulah yang menyebabkan Aldi sama sekali tak pernah dipertemukan dengan keluarga dari pihak sang ibu. Semakin dipikir lagi, ingatannya malah membawa Aldi pada detik-detik kelam, terutama saat dia menyatakan cinta pada seorang gadis desa yang dia suka. Plak! "Pikiranku ayolah, padahal aku sudah berusaha melupakan kejadian itu." Aldi mendaratkan tamparan di keningnya. "Ah su

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 4 pindah

    "Kau berpikir Aldi cocok menikahi pekerjaannya Ana?" tanya Nias menaikan sebelah alisnya. "Tidak Tante, Ana hanya bercanda, hehe." Mendengar balasan tersebut, wanita dengan rambut diikat itu pada akhirnya dapat mengelus dada dengan tenang. "Untung saja hanya bercanda," batin Nias hampir tak siap menerima orang kedua dengan pemikiran yang sama seperti putranya. "Kalau begitu, besok berangkatnya ya, dan hari ini Tante boleh menginap di sini dulu kan?" "Boleh banget Tante, sebentar aku siapkan dulu kamarnya." Rangga langsung terbirit-birit membereskan kamar untuk sang Tante, sementara Ana sedang tersenyum, bergelut dengan isi pikirannya sendiri. "Ana kau sedang memikirkan apa?" tanya Nias khawatir melihat ekspresi Ana menahan tawa sendirian. "Enggak Tante, Tante mau kedalam dulu? Aku mau mengemasi barang-barangku dulu untuk besok." "Oh yasudah, kau kemasi barang-barang mu saja, Tante ada urusan dulu sebentar disekitar sini." "Baiklah Tante, Ana kedalam dulu ya." Nia

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 3 ajakan pindah

    Rangga menepuk bahu Nias dengan pandangan khawatir. "Ini tidak apa-apa Tante? Mereka seperti tidak saling..." Rangga menggantungkan kalimat. "Tidak apa-apa, mereka memang selalu seperti itu, mungkin bahasa cinta mereka memang seperti itu," jawab Nias tidak ambil pusing. Segera akad pun dimulai, Rangga sebagai kakak mengulurkan tangan untuk melakukan ijab qobul. Tangan Aldi dijabat, lantunan kalimat akad lalu terucap. Momen sakral tersebut begitu terasa hidmat, dan begitu kata sah terlantun. "SAH!" Disaat itu pula air mata Rangga menetes. Dia tertunduk lalu menyela cairan yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi. "Ana..." Begitu melihat sang kakak untuk pertama kali menangis, membuat Ana mendekat secara spontan. "Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Mata Ana tampak polos bertanya. "Kakak baik-baik saja," jawab Rangga mengusap kasar air mata sementara Ana masih menatapnya dengan khawatir. Usapan pelan lantas mendarat di bahu sang adik. "Berbahagialah, tunjukan pada Kakak, ag

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 2 berontak

    Setelah mendengar balasan singkat itu Ana terdiam. Ruang makan seketika terasa bisu, hanya suara bentrokan sendok dan piring saja yang mengisi kekosongan ruangan yang diselimuti awan mendung. ... Setelah menghabiskan makan malam, Ana bergegas menerobos masuk ruang kamar Aldi. Bak! "Kakak, kita harus bicara!" Wajah Ana tampak serius, sementara Aldi masih setia mencoret tablet dengan stylus pen kesayangannya di meja kerja. Saat Melihat Ana memakai pakaian tidur datang menemuinya, Aldi seketika tersenyum miring. "Kau sedang menyerahkan dirimu sekarang?" Aldi melihat setiap inci pakaian sepupunya yang bercorak boneka. Ana melihat sekilas pakaiannya, dia tahu betul tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan baju yang dia kenakan. "Memangnya aku ini apa menyerahkan diri pada Kakak, aku sedang menuntut pernikahan yang dibicarakan Tante tadi ya, kenapa Kakak mengajakku menikah itu kan tidak masuk akal!" keluh Ana dengan ekspresi kesal. Ana lalu duduk di ranjang tanpa permisi seper

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 1 mendadak direstui

    Bak! "Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Sudah kesal diperintah untuk menikah, Aldi melayangkan lamaran singkat pada sepupu disampingnya. "Uhuk, kakak bercanda kan?" Ana tampak terkejut namun langsung tertawa sambil memukul bahu pria 32 tahunan disampingnya. "Aku serius, kau juga menginginkannya bukan?" Wajah Aldi mendekat dengan tiba-tiba sampai Ana tak mampu tertawa lagi. "Haha, becanda kakak menyeramkan hari ini, jangan begitulah." Ana mulai takut, berusaha bersikap biasa dalam suasana yang tak tenang. "Dari pada kau melakukan hal aneh terus padaku, lebih baik kita menikah saja bukan?" goda Aldi. "Kapan aku melakukan hal aneh pada kakak, aku tak pernah melakukannya tuh." Aldi mendekatkan wajah. Dia liat setiap ekspresi bocah kecil yang terus menggodanya, tampak lucu ketakutan bagai hamster yang hampir mati karena terkejut. "Memeluk tiba-tiba, memegang tubuhku tanpa izin, dan memegang perutku setiap pagi, kau pikir semua itu apa menurutmu?" "Kita kan seperti sa

DMCA.com Protection Status