Share

part 6 kesepakatan

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 08:55:30

Keesokan hari di ruang makan, seisi keluarga tengah menikmati sarapan sambil berbincang riang. Tentu setelah peristiwa kemarin, Ana menjadi santapan lezat sebagai topik pembicaraan.

"Hahaaa...anak kecil itu kamu? Aku tak habis pikir bocah itu akan tinggal disini sekarang hahaha," Ejek Aldi dengan terbahak-bahak.

"Sudah Aldi, kau membuat Ana malu."

Ana yang sudah bermuka merah, hanya bisa diam tertunduk sambil menyantap makanannya.

"Dia seberani itu menyatakan cinta padaku, mana mungkin dia bisa malu hahaha." Aldi memegang perutnya sambil sesekali memukul meja, tak kuat menahan tawa.

"Kakak bisa tidak jangan terus mengungkit itu, itu kan masa lalu."

Di lihat sekilas saja sudah terlihat pipi gadis berkacamata itu telah merah sempurna, dan begitu Aldi melihat kedua pipi merah itu seketika tawanya pecah kembali.

"Hahaha itu wajah atau tomat bisa merah begitu."

Mendengar ejekan sang putra yang mungkin menyakiti hati Ana, lantas Nias segera menyela.

"Aldi bisakah kau tidak mengejek Ana? dari kemarin mama tidak henti mendengar ejekanmu terus, mama pusing mendengarnya."

"Mama serius sekali, aku kan hanya..."

BAK!

"Kakak..." Seketika semua orang terdiam. Semua indra penglihatan yang ada langsung terfokus pada gadis yang baru saja membuat suara menggelegar pada meja. Tangan kecil itu terlihat mengepal seolah kesal dengan ejekan yang tiada henti pagi ini.

"Kakak juga kan pernah menyatakan cinta pada guruku, tapi aku tidak pernah mengejek Kakak karena itu."

Seketika raut Aldi berubah 180 derajat, "A-apa maksudmu, mana ada aku menyatakan cinta pada gurumu," elak Aldi lalu meminum air dari gelas yang terisi penuh dalam sekali teguk.

"Ana siapa nama gurumu?" Nias menghentikan makan, penasaran dengan sosok wanita yang pernah disukai putranya.

"Namanya itu..."

Seketika sebelum berhasil menyebutkan nama, Aldi membungkam mulut Ana secepat mungkin.

"Kalau kau berkata lagi, aku seret kau keluar," ancam Aldi sambil berbisik.

Melihat itu Nias menghentikan sarapannya. "Aldi lepaskan, kau menyakitinya," perintah Nias.

Disisi lain, ketika Ana mendengar ancaman itu tak lantas membuatnya sedikitpun takut. Dia langsung sigap mendorong tubuh sepupunya dan menjerit sekuat tenaga.

"HMMMPP!"

Tangannya yang kecil terus di kepak-kepak, namun sayang beribu sayang, sekuat apapun berusaha, tenaga Aldi jauh lebih besar, membuat gadis berkacamata itu hanya bisa terombang ambing terseret menuju luar.

"Aldi jangan lakukan itu, kau mau membawanya kemana Aldi!" bentak Nias histeris sambil berlari mengejar sang putra.

...

Di garasi...

Berdua, Ana dan Aldi berada dalam satu ruangan sepi yang sama. Raut kesal nampak jelas di wajah cantik Ana, membuat gadis itu sesekali melemparkan tatapan tak suka.

"Kau jangan bilang apa-apa tentang itu ya, kalau tidak..."

"Memangnya apa peduliku, Kakak saja mengejekku seharian kemarin dan juga hari ini, masa aku tidak bisa mengejek Kakak balik."

"Iya deh, aku salah," tegas Aldi tertunduk mengaku salah.

"Sekarang aku tak akan mengejek mu lagi, jadi jangan katakan apapun pada Mama mengerti?"

Semakin dilarang, api semangatnya untuk mengatakan peristiwa memalukan itu malah semakin berkobar-kobar.

"TANTE!" teriak Ana dari dalam garasi.

Secepat mungkin Aldi kembali membungkam mulut gadis itu.

"Kau ini bisa diam tidak? kalau Mama datang ke sini bagaimana, kau tahu kan mama ku selalu ingin aku menikah, bisa-bisa kau yang jadi pengantinnya kalau ketahuan kita disini bersama." Aldi celingukan memastikan tidak ada siapapun disekitar mereka.

Sementara itu Ana langsung terdiam dengan bola mata membulat sempurna. Gadis itu menampar tangan Aldi dengan kasar untuk segera berhenti menutup mulutnya.

"Gak akan, kalau kau teriak aku yang repot," balas Aldi.

Ana menggeleng meyakinkan bahwa dia tidak akan berteriak.

"Kau janji?" tanya Aldi dan dibalas dengan anggukan.

Tangannya yang besar perlahan di angkat hingga gadis itu dapat berbicara kembali dengan lebih nyaman.

"Kakak merusak wajahku," kesal Ana sambil meraba kedua pipinya yang chubby.

"Makannya patuh, disuruh diam malah ngeyel."

Mata cantik gadis itu tak bisa menutupi rasa kesalnya. Jauh di lubuk hati terdalam Ana masih mempertanyakan, mengapa dia dulu bisa jatuh cinta pada seseorang sepertinya?

Melihat pria dihadapannya bersikap angkuh, semakin mendorong Ana untuk memberi pukulan telak di hadapan wajah menyebalkan itu, namun dia tahu hasil dari pukulan itu justru akan berbalik buruk padanya. Jadi apa yang bisa dia lakukan saat ini?

"Kak, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan."

"Kau memangnya siapa berani membuat kesepakatan denganku?"

"Kalau tidak mau ya sudah, aku akan bilang pada Tante." Ana hendak berlari namun kerah bajunya seketika ditarik dari belakang.

"Eitsss... tunggu dulu, kau ingin membuat kesepakatan apa?"

"Sip, masuk perangkap" batin Ana senang.

"Ummm... bagiamana sebagai ganti aku menutup mulut, Kakak memberiku upah per hari, rincian biayanya adalah untuk menyenangkan hatiku soalnya kalau aku tidak bahagia mulutku susah diatur, jadi Kakak setuju dengan ideku kan?"

"Yang benar saja, mana ada biaya seperti itu."

"Tuh kan, hatiku jadi tidak senang sekarang, aduh TANTE..."

Sebelum benar-benar berteriak, Aldi lagi-lagi harus membungkam mulut gadis itu.

"Iya-iya, dasar bocah licik." Aldi mengeluarkan lembaran uang berwarna merah muda beberapa lembar lalu meletakkannya pada kedua tangan gadis berkacamata didepannya.

"Untuk sebulan, kau tidak boleh mengatakan apapun pada Mama oke."

warna merah muda dengan senyum gembira ternyata dapat membawa aura bahagia. Ana mengantongi uang tersebut dalam sakunya lalu membuat isyarat menutup mulut dengan kedua jarinya.

"Aman, biaya tutup mulut diterima."

Setelah melakukan kesepakatan singkat itu, Ana terbirit-birit keluar dan tanpa sengaja matanya dikejutkan dengan sosok wanita yang berdiri seolah menanti dirinya.

"Ana, kau darimana?"

Bab terkait

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 1 mendadak direstui

    Bak! "Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Sudah kesal diperintah untuk menikah, Aldi melayangkan lamaran singkat pada sepupu disampingnya. "Uhuk, kakak bercanda kan?" Ana tampak terkejut namun langsung tertawa sambil memukul bahu pria 32 tahunan disampingnya. "Aku serius, kau juga menginginkannya bukan?" Wajah Aldi mendekat dengan tiba-tiba sampai Ana tak mampu tertawa lagi. "Haha, becanda kakak menyeramkan hari ini, jangan begitulah." Ana mulai takut, berusaha bersikap biasa dalam suasana yang tak tenang. "Dari pada kau melakukan hal aneh terus padaku, lebih baik kita menikah saja bukan?" goda Aldi. "Kapan aku melakukan hal aneh pada kakak, aku tak pernah melakukannya tuh." Aldi mendekatkan wajah. Dia liat setiap ekspresi bocah kecil yang terus menggodanya, tampak lucu ketakutan bagai hamster yang hampir mati karena terkejut. "Memeluk tiba-tiba, memegang tubuhku tanpa izin, dan memegang perutku setiap pagi, kau pikir semua itu apa menurutmu?" "Kita kan seperti sa

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 2 berontak

    Setelah mendengar balasan singkat itu Ana terdiam. Ruang makan seketika terasa bisu, hanya suara bentrokan sendok dan piring saja yang mengisi kekosongan ruangan yang diselimuti awan mendung. ... Setelah menghabiskan makan malam, Ana bergegas menerobos masuk ruang kamar Aldi. Bak! "Kakak, kita harus bicara!" Wajah Ana tampak serius, sementara Aldi masih setia mencoret tablet dengan stylus pen kesayangannya di meja kerja. Saat Melihat Ana memakai pakaian tidur datang menemuinya, Aldi seketika tersenyum miring. "Kau sedang menyerahkan dirimu sekarang?" Aldi melihat setiap inci pakaian sepupunya yang bercorak boneka. Ana melihat sekilas pakaiannya, dia tahu betul tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan baju yang dia kenakan. "Memangnya aku ini apa menyerahkan diri pada Kakak, aku sedang menuntut pernikahan yang dibicarakan Tante tadi ya, kenapa Kakak mengajakku menikah itu kan tidak masuk akal!" keluh Ana dengan ekspresi kesal. Ana lalu duduk di ranjang tanpa permisi seper

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 3 ajakan pindah

    Rangga menepuk bahu Nias dengan pandangan khawatir. "Ini tidak apa-apa Tante? Mereka seperti tidak saling..." Rangga menggantungkan kalimat. "Tidak apa-apa, mereka memang selalu seperti itu, mungkin bahasa cinta mereka memang seperti itu," jawab Nias tidak ambil pusing. Segera akad pun dimulai, Rangga sebagai kakak mengulurkan tangan untuk melakukan ijab qobul. Tangan Aldi dijabat, lantunan kalimat akad lalu terucap. Momen sakral tersebut begitu terasa hidmat, dan begitu kata sah terlantun. "SAH!" Disaat itu pula air mata Rangga menetes. Dia tertunduk lalu menyela cairan yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi. "Ana..." Begitu melihat sang kakak untuk pertama kali menangis, membuat Ana mendekat secara spontan. "Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Mata Ana tampak polos bertanya. "Kakak baik-baik saja," jawab Rangga mengusap kasar air mata sementara Ana masih menatapnya dengan khawatir. Usapan pelan lantas mendarat di bahu sang adik. "Berbahagialah, tunjukan pada Kakak, ag

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 4 pindah

    "Kau berpikir Aldi cocok menikahi pekerjaannya Ana?" tanya Nias menaikan sebelah alisnya. "Tidak Tante, Ana hanya bercanda, hehe." Mendengar balasan tersebut, wanita dengan rambut diikat itu pada akhirnya dapat mengelus dada dengan tenang. "Untung saja hanya bercanda," batin Nias hampir tak siap menerima orang kedua dengan pemikiran yang sama seperti putranya. "Kalau begitu, besok berangkatnya ya, dan hari ini Tante boleh menginap di sini dulu kan?" "Boleh banget Tante, sebentar aku siapkan dulu kamarnya." Rangga langsung terbirit-birit membereskan kamar untuk sang Tante, sementara Ana sedang tersenyum, bergelut dengan isi pikirannya sendiri. "Ana kau sedang memikirkan apa?" tanya Nias khawatir melihat ekspresi Ana menahan tawa sendirian. "Enggak Tante, Tante mau kedalam dulu? Aku mau mengemasi barang-barangku dulu untuk besok." "Oh yasudah, kau kemasi barang-barang mu saja, Tante ada urusan dulu sebentar disekitar sini." "Baiklah Tante, Ana kedalam dulu ya." Nia

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 5 omel

    Di kamar mandi Aldi menatap pantulan wajahnya pada cermin, kotoran di matanya sudah hilang dan hanya meninggalkan tetes demi tetes air yang jatuh dari ujung dagunya. "Akh sial, aku diremehkan," batin Aldi sambil memegang kening, merasa buruk. "Tapi... Gadis itu bernama Ana kan, aku seperti pernah mendengarnya, dimana ya...?" Kening pria 31 tahunan itu berkerut, telinganya seolah pernah mendengar nama familiar itu. "Kalau dia keponakan ibuku berarti dia sepupu ku. Tapi, kapan aku pernah bertemu dengannya?" Pada dasarnya sejak 31 tahun lalu sampai saat ini keluarga Aldi telah mendapat perlakuan yang berbeda. Itulah yang menyebabkan Aldi sama sekali tak pernah dipertemukan dengan keluarga dari pihak sang ibu. Semakin dipikir lagi, ingatannya malah membawa Aldi pada detik-detik kelam, terutama saat dia menyatakan cinta pada seorang gadis desa yang dia suka. Plak! "Pikiranku ayolah, padahal aku sudah berusaha melupakan kejadian itu." Aldi mendaratkan tamparan di keningnya. "Ah su

Bab terbaru

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 6 kesepakatan

    Keesokan hari di ruang makan, seisi keluarga tengah menikmati sarapan sambil berbincang riang. Tentu setelah peristiwa kemarin, Ana menjadi santapan lezat sebagai topik pembicaraan. "Hahaaa...anak kecil itu kamu? Aku tak habis pikir bocah itu akan tinggal disini sekarang hahaha," Ejek Aldi dengan terbahak-bahak. "Sudah Aldi, kau membuat Ana malu." Ana yang sudah bermuka merah, hanya bisa diam tertunduk sambil menyantap makanannya. "Dia seberani itu menyatakan cinta padaku, mana mungkin dia bisa malu hahaha." Aldi memegang perutnya sambil sesekali memukul meja, tak kuat menahan tawa. "Kakak bisa tidak jangan terus mengungkit itu, itu kan masa lalu." Di lihat sekilas saja sudah terlihat pipi gadis berkacamata itu telah merah sempurna, dan begitu Aldi melihat kedua pipi merah itu seketika tawanya pecah kembali. "Hahaha itu wajah atau tomat bisa merah begitu." Mendengar ejekan sang putra yang mungkin menyakiti hati Ana, lantas Nias segera menyela. "Aldi bisakah kau tid

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 5 omel

    Di kamar mandi Aldi menatap pantulan wajahnya pada cermin, kotoran di matanya sudah hilang dan hanya meninggalkan tetes demi tetes air yang jatuh dari ujung dagunya. "Akh sial, aku diremehkan," batin Aldi sambil memegang kening, merasa buruk. "Tapi... Gadis itu bernama Ana kan, aku seperti pernah mendengarnya, dimana ya...?" Kening pria 31 tahunan itu berkerut, telinganya seolah pernah mendengar nama familiar itu. "Kalau dia keponakan ibuku berarti dia sepupu ku. Tapi, kapan aku pernah bertemu dengannya?" Pada dasarnya sejak 31 tahun lalu sampai saat ini keluarga Aldi telah mendapat perlakuan yang berbeda. Itulah yang menyebabkan Aldi sama sekali tak pernah dipertemukan dengan keluarga dari pihak sang ibu. Semakin dipikir lagi, ingatannya malah membawa Aldi pada detik-detik kelam, terutama saat dia menyatakan cinta pada seorang gadis desa yang dia suka. Plak! "Pikiranku ayolah, padahal aku sudah berusaha melupakan kejadian itu." Aldi mendaratkan tamparan di keningnya. "Ah su

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 4 pindah

    "Kau berpikir Aldi cocok menikahi pekerjaannya Ana?" tanya Nias menaikan sebelah alisnya. "Tidak Tante, Ana hanya bercanda, hehe." Mendengar balasan tersebut, wanita dengan rambut diikat itu pada akhirnya dapat mengelus dada dengan tenang. "Untung saja hanya bercanda," batin Nias hampir tak siap menerima orang kedua dengan pemikiran yang sama seperti putranya. "Kalau begitu, besok berangkatnya ya, dan hari ini Tante boleh menginap di sini dulu kan?" "Boleh banget Tante, sebentar aku siapkan dulu kamarnya." Rangga langsung terbirit-birit membereskan kamar untuk sang Tante, sementara Ana sedang tersenyum, bergelut dengan isi pikirannya sendiri. "Ana kau sedang memikirkan apa?" tanya Nias khawatir melihat ekspresi Ana menahan tawa sendirian. "Enggak Tante, Tante mau kedalam dulu? Aku mau mengemasi barang-barangku dulu untuk besok." "Oh yasudah, kau kemasi barang-barang mu saja, Tante ada urusan dulu sebentar disekitar sini." "Baiklah Tante, Ana kedalam dulu ya." Nia

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 3 ajakan pindah

    Rangga menepuk bahu Nias dengan pandangan khawatir. "Ini tidak apa-apa Tante? Mereka seperti tidak saling..." Rangga menggantungkan kalimat. "Tidak apa-apa, mereka memang selalu seperti itu, mungkin bahasa cinta mereka memang seperti itu," jawab Nias tidak ambil pusing. Segera akad pun dimulai, Rangga sebagai kakak mengulurkan tangan untuk melakukan ijab qobul. Tangan Aldi dijabat, lantunan kalimat akad lalu terucap. Momen sakral tersebut begitu terasa hidmat, dan begitu kata sah terlantun. "SAH!" Disaat itu pula air mata Rangga menetes. Dia tertunduk lalu menyela cairan yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi. "Ana..." Begitu melihat sang kakak untuk pertama kali menangis, membuat Ana mendekat secara spontan. "Kakak, Kakak tidak apa-apa?" Mata Ana tampak polos bertanya. "Kakak baik-baik saja," jawab Rangga mengusap kasar air mata sementara Ana masih menatapnya dengan khawatir. Usapan pelan lantas mendarat di bahu sang adik. "Berbahagialah, tunjukan pada Kakak, ag

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 2 berontak

    Setelah mendengar balasan singkat itu Ana terdiam. Ruang makan seketika terasa bisu, hanya suara bentrokan sendok dan piring saja yang mengisi kekosongan ruangan yang diselimuti awan mendung. ... Setelah menghabiskan makan malam, Ana bergegas menerobos masuk ruang kamar Aldi. Bak! "Kakak, kita harus bicara!" Wajah Ana tampak serius, sementara Aldi masih setia mencoret tablet dengan stylus pen kesayangannya di meja kerja. Saat Melihat Ana memakai pakaian tidur datang menemuinya, Aldi seketika tersenyum miring. "Kau sedang menyerahkan dirimu sekarang?" Aldi melihat setiap inci pakaian sepupunya yang bercorak boneka. Ana melihat sekilas pakaiannya, dia tahu betul tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan baju yang dia kenakan. "Memangnya aku ini apa menyerahkan diri pada Kakak, aku sedang menuntut pernikahan yang dibicarakan Tante tadi ya, kenapa Kakak mengajakku menikah itu kan tidak masuk akal!" keluh Ana dengan ekspresi kesal. Ana lalu duduk di ranjang tanpa permisi seper

  • Pernikahan Rahasia Dengan Sepupu Tampan   part 1 mendadak direstui

    Bak! "Baiklah, nikahkan saja aku dengannya." Sudah kesal diperintah untuk menikah, Aldi melayangkan lamaran singkat pada sepupu disampingnya. "Uhuk, kakak bercanda kan?" Ana tampak terkejut namun langsung tertawa sambil memukul bahu pria 32 tahunan disampingnya. "Aku serius, kau juga menginginkannya bukan?" Wajah Aldi mendekat dengan tiba-tiba sampai Ana tak mampu tertawa lagi. "Haha, becanda kakak menyeramkan hari ini, jangan begitulah." Ana mulai takut, berusaha bersikap biasa dalam suasana yang tak tenang. "Dari pada kau melakukan hal aneh terus padaku, lebih baik kita menikah saja bukan?" goda Aldi. "Kapan aku melakukan hal aneh pada kakak, aku tak pernah melakukannya tuh." Aldi mendekatkan wajah. Dia liat setiap ekspresi bocah kecil yang terus menggodanya, tampak lucu ketakutan bagai hamster yang hampir mati karena terkejut. "Memeluk tiba-tiba, memegang tubuhku tanpa izin, dan memegang perutku setiap pagi, kau pikir semua itu apa menurutmu?" "Kita kan seperti sa

DMCA.com Protection Status