Setelah kejadian penuduhan terhadap Una, kini Rain semakin tau siapa Ibu Kara. Dia jadi lebih hati-hati pada asisten rumah tangganya itu. Tak banyak bicara dia kini pada Ibu Kara. Setiap wanita paruh baya itu mengajaknya berbicara dia kini memilih untuk banyak diam.
"Kenapa kau jadi seperti itu Rain?" Tanya ibunya
"Kenapa bu?"
"Kau jadi tampak berbeda sekang."
"Tidak ada yang terjadi, aku hanya berhati-hati pada asisten rumah tanggaku saja"
====
Hari ini Rain memberanikan diri untuk pergi kekampus, sudah banyak sekali ketertinggalannya distudinya ini. Setelah bersiap diapun kemudian berpamitan dengan Abe.
"Aku pegi kuliah dulu ya." Pamit Rain
"Baiklah, hati-hati." Jawab Abe dingin.
Rain membuka pintu dan pergi sambil melambaikan tangannya tanpa balasan dari suaminya.
Saat sampai dikampur Rain sedikit heran, mengapa kampus tampak sepi berbeda dari hari-hari biasanya.
"Rain..." Seru seseorang dari belakang
Nampak tak ada yang istimewa dari gadis 21tahun ini, tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang nampak tak terurus membuatnya semakin tampak tak menarik bagi siapapun yang memandangnya. Dia memang gadis cuek luar biasa yang selalu berharap bertemu pria kaya raya yang mau mempersuntingnya. Hari ini dia memutuskan berjalan-jalan sendirian ke mall tak jauh dari kosnya di Malang, dengan langkah yang gontai akhinya perjalanan 30 menit itu membawanya kepintu masuk mall. Matanya terus menatap ke lantai dua entah mencari apa, tiba-tiba dia menabrak sesuatu didepannya. "Waduh" teriak Rain KagetTubuhnya terjatuh dan terasa sangat sakit."Maaf, kau tak apa" Ujar pria yang ditabraknya sambil berusaha membantunya berdiri. Mata Rain langsung terbelalak melihat sosok yang begitu tampan didepannya, pria itu menggenakan hem putih dengan celana abu-abu dengan ikat pinggang yang membuatnya nampak semakin menarik matanya. "Ah maafkan aku" Rain berusaha
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan tak terasa sudah 3 bulan lamanya Rain putus kontak dengan Abe, sebenarnya dia ingin sekali memulai lebih dulu menghubungi Abe tapi entah rasanya ada sebuah larangan dari dasar hati yang membuatnya menunda untuk menghubungi pujaan hatinya itu lebih dulu. Setiap menatap nomer kontak Abe dia hanya bisa menarik nafas panjang kemudian bergumam. "Jangan Rain, jangan. Dia tak mungkin membuatmu menunggu jika dihatinya ada dirimu. Tunggu Rain jangan" Entah sudah berapa ratus kali tangannya ingin menghubungi pria yang sangat dikaguminya sejak awal mereka bertemu namun semakin Rain berharap, semakin keras hatinya melarangnya. "kenapa kamu?" Tanya Una yang tiba-tiba muncul dari balik pintuKehadiran Una membuat Rain terkaget-kaget hingga membuatnya membelalakkan matanya. "Ya ampun Una" "Ih kamu seperti melihat hantu saja" "Kamu membuatku kaget Una" "Ah, kamu ini kebanyakan mela
Rain sungguh sangat bahagia hari ini, dia akhirnya bisa menjawab semua pertanyaan yang berbulan-bulan ini membuatnya tak nyaman."Aku pamit pulang ya?" Rain mulain membereskan tasnya dan bersiap pulang."Tunggu dulu, biar aku antar pulang" Cegah Abe sambil memandang Rain penuh harap"Kalian masih ngobrol kan?" "Tidak, tunggu sebentar lagi ya"Melihat Abe yang begitu berharap, Rain kembali duduk ditempatnya tadi."Biar aku bayar dulu, setelah itu ku antar pulang ya" "Baik lah, aku tunggu, ngak enak kalau pulang terlalu larut""Larut? Ini masih jam 5 sore nona" Goda Abe pada Rain.Setelah membayar pesanan, mereka pun menuju tempat parkir."Nanti turun didepan gang kaya kemarin?" Tanya Abe sambil membukakan pintu depan mobilnya mempersilahkan sambil mempersilahkan Rain Naik."Iya" Jawab Rain singkatSetelah mereka masuk mobil, Abe pun menyalakan mesin mobil merahnya itu.Mobilpun mulai menuruni
Hari ini Rain bangun lebih pagi, dia kemudian bersiap dengan pakaian terbaiknya serta make up sebisanya.Melihat sahabatnya terlihat rapi Una pun tergelitik untuk mengetahui apa rancana Rain hari ini."Mau kemana, pagi-pagi udah rapi aja?""Abe mengajakku keluar" Jawab Rain dengan senyum genit."Ow, pantas saja sejak pagi kau sudah siap-siap. Memangnya mau kemana?""Mau ke Mall""Hah...mall, mmmmm Rain, mall itu bukanya jam 10. Ini jam 7 saja belum""Aku kan harus bersiap-siap biar maksimal""Maksimal? yang ada Abe datang make up mu dah luntur nona"Mendengar penjelasan temannya ini Rain pun tersipu malu."Baiknya kau sarapan dulu, jadi begitu Abe datang kau masih cantik dan bersemangat. Kalau kau tak sarapan, begitu Abe datang kamu malah lemes"Rain tertawa kencang, dia memang terlalu bersemangat untuk pertemuannya kali ini. "Ya dech aku mau sarapan d
Sesampainya dirumah sakit, Rain menuju UGD. Disana nampak ibunya sedang kebingungan"Ayah mana bu?" Tanya Rain"Masih dirawat nak, untung kau cepat datang nak""Ayah kenapa?""Gula darahnya naik, tadi dia tak sadarkan diri""Ya Allah, ayah""Ibu sedang bingung bayar rumah sakit, jika tidak bayar nanti ayahmu tak boleh pulang"Mendengar percakapan ibu dan anak itu Abe pun menghampiri."Ibu" Sapa Abe"Dia siapa nak?" Tanya Ibu pada Rain"Dia temanku" Rain memperkenalkan Abe"Oh teman Rain""Iya bu, Say Abe"Ibu kemudian menarik tangan Rain, dengan wajah tak percaya ibupun kembali bertanya."Kau nemu pria seperti ini dimana?""Dia temanku ibu""Kalia
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Rain pun tiba, hari dimana dia akan menemani Abe menghadiri acara pernikahan sepupunya. Semau kemungkinan ada didalam pikirannya, dia sangat cemas jika diacara itu dia akan bertemu keluarga dan teman-teman Abe.Baju yang dibelikan Abe sudah siap dipakainya, sepatu dan tas yang semua berharga mahal itu pun segera dikenakannya."Kau cantik sekali hari ini" Sapa Una saat melihat sahabatnya itu selesai bersiap"Iya aku tak menyangka Abe begitu baik""Baik, kaya, tampan, mmmmm... kau sangat beruntung bisa mengenalnya Rain""Seperti mimpi bisa bertemu dengannya"Una nampak sangat bahagia melihat sahabatnya itu hari ini, mereka kemudian berbincang panjang hingga akhirnya Abe mengirimkan pesan singkat yang memberitahukan kalau dia sudah tiba didepan gang."Ah itu Abe, aku pergi dulu ya, daaa" Pamit Rain pada Una sambil mengunci pintu kamar kosnya."Hati-hati Rain""Iya... kau baik-baik di kosan
Rain kembali kekamar kosnya dengan hati yang sangat kacau, Una yang melihatnya begitu sedih menghapiri"Kenapa Rain""Una, ternyata Abe itu laki-laki bajingan" Rain kemudian menagis sesegukan"Kau ini bicara apa?""Dia tadi mengajakku menikah kontrak dengannya""Apaaa....mungkin dia bercanda""Mana mungkin dia bercanda, dia bilang dia hanya akan menikahiku beberapa tahun saja" Tangis Rain semakin menjadi-jadi"Ah kenapa kau tak tanyakan maksudnya dulu, jangan langsung marah begini""Sudah... sudah jelas dia bajingan. Kalau dia laki-laki baik mana mungkin dia mengajakku nikah kontrak begini""Ya sudah, tinggalkan saja dia""Aku tak menyangka dia seperti itu""Rain, tenang lah. Sudah jangan kau ingat lagi"Rain kemudian menangis sejadi-jadinya dan Una hanya bisa terdiam melihatnya.Una kemudian meninggalkan Rain yang mulai mengantuk. Dia tak berani banyak bicara akan apa yang terjadi pada sahaba
Seminggu setelah meninggalnya ayah Rain, Merekapun kembali kerumah Abe di Malang. Rumah yang ini berada dibelakang mall dimana pertama kali bertemu. Rumah berlantai dua yang sangat mewah dengan cat putih dengan pilar yang membuat rumah ini terlihat sangat megah. Setibanya dirumah Abe mempersilahkan Rain masuk."Masuklah, kau tinggal disini sekarng, nanti ku bantu mengambil barang-barang dikosanmu""Bukannya dulu kau bilang ini rumah temanmu?""Saat itu aku hanya pura-pura saja""Pura-pura?" Ujar Rain dengan wajah datar"Ayo masuk"Rain nampak begitu takjub dengan dekorasi rumah itu, sangat berkelas tak seperti rumahnya yang dindingnya saja tak di aci."Kau tidur dikamar utama di lantai dua ya, aku sudah meminta asisten rumah tangga untuk membereskannya"Hati Rain masih tak menentu, entah dia harus senang atau sedih menjalani pernikahan pura-pura ini, dia kemudian menuju kamarnya dengan
Setelah kejadian penuduhan terhadap Una, kini Rain semakin tau siapa Ibu Kara. Dia jadi lebih hati-hati pada asisten rumah tangganya itu. Tak banyak bicara dia kini pada Ibu Kara. Setiap wanita paruh baya itu mengajaknya berbicara dia kini memilih untuk banyak diam."Kenapa kau jadi seperti itu Rain?" Tanya ibunya"Kenapa bu?""Kau jadi tampak berbeda sekang.""Tidak ada yang terjadi, aku hanya berhati-hati pada asisten rumah tanggaku saja"====Hari ini Rain memberanikan diri untuk pergi kekampus, sudah banyak sekali ketertinggalannya distudinya ini. Setelah bersiap diapun kemudian berpamitan dengan Abe."Aku pegi kuliah dulu ya." Pamit Rain"Baiklah, hati-hati." Jawab Abe dingin.Rain membuka pintu dan pergi sambil melambaikan tangannya tanpa balasan dari suaminya.Saat sampai dikampur Rain sedikit heran, mengapa kampus tampak sepi berbeda dari hari-hari biasanya."Rain..." Seru seseorang dari belakang
Pagi ini udara di Malang sangat sejuk, embut turun dengan begitu indah membuat suasana menjadi sangat lembut. Rain bersiap untuk pergi kuliah karena minggu lalu tak datang satu haripun karena mengurusi suaminya dirumah sakit.Tak mau menghabiskan waktu, diapun segera turun untuk sarapan pagi. Ibu Kara nampak sudah menyiapkan sepotong roti dengan selai anggur kesukaannya beserta segelas susu yang selalu harus diminum anggota keluarga Abe setiap hari.Setelah Rain menyelesaikan sarapannya Unapun menghampiri."Hari ini kau akan berangkat kuliah juga?" Tanya Una"Iya aku sudah ketinggalan jauh sekali" Ujar Rain sambil menghela nafas panjang.Una kemudian membuka tas yang dibawanya, dia kemudian terkaget ketika melihat didalam tasnya itu ada sebuah benda yang tak dikenalnya."Hei itukan..." Teriak Rain kaget melihat sapu tangan Abe ada didalam tas sahabatnya itu."Rain aku tidak tau bagaimana benda ini ada disini" Ujar Una terkaget
Hari ini Keluarga Abe memilih pulang ke Malang untuk masa penyembuhan Abe, Mereka merasa jika tinggal di Surabaya, Abe ngak akan bisa istirahat secara total karena dia akan selalu menginggat akan pekerjaannya yang tak pernah berkurang.Mobil pun disiapkan untuk keberangkatan mereka semua ke Malang, tak lupa mereka membawa sedikit perbekalan untuk cemilan selama diperjalanan.Setelah semua siap merekapun berangkat. Perjalanan hari ini tanpa hambatan, cukup 2 jam saja mereka sudah tiba dirumah Malang."Selamat datang" Sambut Ibu Rain saat mereka membuka pintu"Ibu apa kabar?" Rain menyapa dengan penuh kerinduan"Alhamdulillah baik. Ibu dan Ibu Kara sudah memasak untuk kalian semua, ayo segera disantap. Kalian pasti kelaparan.""Terima kasih, yuk kita makan" dan merekapun bergegas menuju ruang makan.Obrolan ringanpun bersautan terdengar selama makan siang itu, ayam goreng buatan ibu laris disantap anak-anak sedang Abe lebih memilih maka
Sorepun menjelang, Gia yang terlelap akhirnya terbangun. Begitu bangun dia segera meminta duduk disamping papinya."Gia peluk papi ya, biar papi cepat sembuh" Gia kemudian memeluk Abe dengan manja"Gia kangen papi ya?" Abe nemerima pelukan putri kecilnya itu dengan sangat mesra"Iya papi jangan sakit, Gia sediiiiiiih kalau papi ngak peluk Gia""Papi ngak lama kok sakitnya, setelah sembuh papi janji ngak akan sakit lagi biar bisa peluk Gia terus ya""Iya papi, tapi papi ya kakak Gio sekarang ngak mau bobo bareng Gia lagi""Kenapa begitu?" Tanya Abe"Katanya Gia kalau nangis kenceng, bikin pusing"Melihat tingkah Gia, Rainpun tak kuasa menahan gemes."Gia, boleh mami cubit pipinya?" Pinta Rain sambil mencubit Gia"Mami gemes ya sama aku, ya kan aku anak papi yang paling gemesin"Saat Rain sedang berbincang dengan Gia tiba-tiba Isa masuk keruangan itu dengan wajah tak senang."Gia sedang apa disini? Ayo
Sakitnya Abe hingga dirawat dirumah sakit, membuat Rain tak dapat mengikuti praktikum yang sudah dia jadwalkan minggu lalu. Hal ini membuat pihak kampus menghubunginya via sambungan telepon.Kriiinggg... Ponsel Rain berbunyi kencang"Halo.." Rain menjawab singkat"Selamat pagi, benar ini Rain Purnamawati?" Tanya penelepon dengan sopan"Benar itu saya, maaf ini dengan siapa ya?""Ini dari kampus kak, kakak minggu ini ada jadwal praktikum tapi tidak kakak hadiri""Oh iya, maaf saya lupa. Suami saya sakit. Jadi bagaimana ya?""Masih bisa dijadwalkan ulang kak, tapi baru semester depan""Mmmm... ya sudah tak apa biar semester depan saya ulang, saya tidak bisa meninggalkan suami saya saat ini.""Tak apa kak, saya hanya menyampaikan saja""Terima kasih infonya ya"Rain kemudian menutup sambungan telepon tadi dengan wajah sedih."Kamu kenapa?" Tanya Abe yang masih terbaring lemah ditempat tidur"Tadi
"Raiiin..." Bisik Abe sambil meraih tangang istrinyaRain terbangun dan segera menghilangkan kantuknya"Ada apa?""Pasangkan pispot... aku mau buang air kecil""Pasang? Pispot itu yang mana?" Rain kebingungan"Biasanya ada dibawah tempat tidur"Rain membungkuk dan melihat sebuah benda berbahan stainless, setelah meraihnya Rain nampak kebingungan"Bagaimana memasangnya?""Aku mau pipis, buruan sedikit kenapa sih?" Abe mulai kesalRain yang kebingungan kemudian mencoba memasangkan pispot untuk Abe."Aku harus memegang....""Cepat kau mau aku mengotori kasur ku""Iya sabar"Rain hanya menutup matanya sambil menunggu suaminya itu selesai buang air kecil. Dia tak menyangka merawat orang sakit benar-benar butuh keberanian yang besar. Setelah Abe selesai, Rain kemudian nampak bingung melepas pispot tersebut."Apa yang kau lihat..." Abe nampak tak nyaman"Ah tidak.. baik... sebenta
Tiba didalam kamarnya perut Abe terasa sangat sakit, seperti ditendang dengan sangat kencang. Abe yang tak kuasa dengan rasa sakit itu kemudian berteriak dengan sangat keras."Aaaaah...." Abe tersungkur sambil memegangi perutnyaRain yang mendengar teriakan suaminya itu dari balik kamar segera menghampiri dengan sangat cemas."Abe.. ada apa?" Rain mencoba menbaringkan suaminya yang masih sangat kesakitan"Papi.... papi kenapa?" Lia menghampiri papinya sambil berusaha menghubungi dokter lewat ponselnya"Halo dokter, papiku sakit tolong kemari... cepatttt" Pekik Lia sambil terus memeluk papinya"Ada apa ini?" Mama menghampiri sambil terkaget"Sakit ma, perutku sakit sekali" Jawab Abe sambil terus memegangin perutnya."Beri Abe ruang, ayo bawakan air hangat untuk meredam sakitnya" Perintah mama pada Lia dan Rain."Baik ma, aku saja yang ambilkan" Ujar Rain sambil bergegas menuju dapur.Tak berapa lama kemudian Rain m
Tak terasa malampun tiba dan Rain kembali kekamarnya, sebelum sampai ditangga rumah ponselnya berdering. Buru-buru Rain menjawab panggilan telepon itu."Halo..." Rain menjawab dengan nada lirih"Hai Rain, besok ada kurir yang akan antarkan teko untuk menggantikan teko nenek yang kau pecahkan" Terdengar Abe berbicara sedikit terburu-buru""Baiklah, oh iya aku mau minta ijin. Temanku Una mau tinggal disini dengan ku, Apa boleh?""Terserah kau saja, aku sedang sibuk" Jawab Abe singkat."Oooh, baiklah salam ke......" Belum selesai Rain mengucapkan salam Abe sudah lebih dulu menutup teleponnya.Mendengar ijin Abe, Rain tersenyum lebar. Dia kemudian berjalan dengan setengah berlari menuju kamar tidurnya."Ibu, tadi Abe sudah mengijinkan Una tinggal disini" Rain sangat riang"Kau ini, apa kau tak pertimbangkan apa yang ibu bilang tadi""Ibu jangan begitu, Una sangat membutuhkan bantuan ku. Mengertilah""Baik, tapi jika s
Setelah kejadian pecahnya teko antik milik Nenek, Rain merasa sangat bersalah. Dia berusaha menenangkan diri namun dia benar-benar tak sanggup menutupi ketakutannya itu."Sudah Rain, nanti juga Abe pasti mau mengerti" Ujar Una berusaha untuk menenangkan Rain"Kau tak tau siapa Abe, dia pasti sangat marah akan apa yang ku perbuat ini""Tapi kan memang sudah pecah mau bagaimana lagi?"Tak lama kemudian ponsel Rain kembali berdering"Abe..." Rain terkaget, dia berusaha menenangkan diri kemudian mengangkat ponselnya"Iya Abe" Jawab Rain sambil mengangkat telepon"Sudah, jangan pakai apapun dirumah itu apa lagi jika barang itu punya keluargaku." Abe terdengar sangat marah"Iya, tadi aku tidak sengaja...""Nanti aku ganti pokoknya sampai aku datang pakai saja barang-barang yang sudah diluar tak perlu kau mencari-cari barang yang ada dilemari""Iya Abe... Maaf"Abe langsung mematikan sambungan teleponnya, Rain tau