Share

Bab 3: Lakukan Sesuatu Untukku!

Tirta menatapnya, raut wajahnya dipenuhi kegetiran yang tak mampu ia sembunyikan. Viona tahu ia tidak bisa berbohong di hadapan Tirta, lelaki yang sangat baik dan tulus mencintainya.

Hubungan yang mereka jalin selama empat tahun ini penuh dengan kehangatan dan ketulusan, begitu pula dengan keluarga Tirta yang menerimanya sepenuh hati.

Karena itu, Viona memilih untuk jujur, tak ingin membohongi Tirta atau menyeretnya ke dalam kebohongan yang mengerikan.

"Maksud kamu apa?” tanya Tirta, suaranya tetap lembut meski terlihat jelas ada ketegangan di sana.

Viona yang gelisah hanya menatap kosong, enggan melanjutkan, namun Tirta menatapnya dengan penuh perhatian, "Aku janji nggak akan menghakimi kamu. Tolong, cerita apa yang bikin kamu kayak gini."

Dengan napas berat dan tubuh yang bergetar, Viona mulai bercerita. Perlahan namun pasti, seluruh kejadian subuh itu keluar dari bibirnya.

Tentang bagaimana Padma, mabuk dan kasar, datang ke rumahnya dan merenggut kehormatannya tanpa belas kasihan. Air mata mengalir deras ketika Viona menceritakan semuanya, luka yang bahkan tak sanggup ia lihat pantulannya di cermin.

Seluruh ruangan terasa membeku. Viona menggigil, rasa sakit, jijik, dan marah bercampur menjadi satu, hingga ia kembali terisak.

Di sebelahnya, Tirta mendengarkan dalam diam, kepalan tangannya di atas pangkuan perlahan mengepal semakin kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras, dan Viona dapat melihat api kemarahan yang berkobar di dalam mata lelaki itu.

“Kurang ajar!” desisnya geram, suaranya rendah namun penuh dendam yang tertahan, mencerminkan api amarah yang nyaris tak dapat dikendalikan.

“Kamu harus melaporkan lelaki bejat itu ke polisi, Viona. Dia sudah memperkosa kamu. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,” suara Tirta terdengar tegas, penuh keyakinan yang bulat.

Namun, Viona hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Sungguh, bagaimana mungkin ia melaporkan Padma? Di mana bukti yang bisa ia tunjukkan?

Bayangan dirinya melangkah ke kantor polisi untuk mengadukan kejadian itu seakan menjadi lelucon yang pahit. Padma berasal dari keluarga terpandang, penuh kuasa.

Ayahnya adalah anggota dewan yang terhormat sekaligus pengusaha batu bara yang memiliki pengaruh luas, dan ibunya seorang sosialita dengan lingkar pertemanan berpengaruh.

“Bagi dia, aku ini cuma debu, Tirta. Melaporkannya sama saja dengan bunuh diri. Aku pasti kalah,” ucap Viona lirih.

Ia terbayang hujatan yang akan diterimanya jika kisah ini tersebar ke media sosial—komentar-komentar kejam yang tak hanya akan menghancurkan hidupnya, tapi juga meremukkan jiwanya hingga titik nadir. Tidak! Ia tidak sanggup.

“Aku nggak bisa, Tirta. Dia pasti akan lolos dengan mudah.” Suara Viona terdengar begitu rapuh ketika ia menenggelamkan wajah di kedua telapak tangannya.

Tirta menghela napas panjang, menyadari kebenaran pahit yang tersirat dari kata-kata Viona. Ia tahu siapa Padma, tahu keluarganya yang begitu kuat dan berpengaruh.

Bagi Padma, menggusur hidup orang biasa seperti Viona adalah hal yang sepele, bagaikan mengusir debu.

“Aku nggak pantas buat kamu,” lanjut Viona akhirnya dengan suara bergetar. “Aku bahkan jijik sama diriku sendiri. Kamu bisa pergi sekarang kalau kamu mau,” ucapnya lirih, menatap Tirta dengan keputusasaan.

Hati Viona telah hancur berkeping-keping. Jika Tirta benar-benar meninggalkannya, ia tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidupnya.

Namun, ia pun tak ingin menjadi beban bagi lelaki itu, tak ingin menahan Tirta setelah mengetahui segalanya.

Namun, Tirta mendekat, menatap Viona dengan lembut dan berkata, “Viona, dengar baik-baik. Aku sayang kamu apa adanya. Kamu tetap perempuan yang sempurna dan terhormat, meskipun Padma sudah merenggut kehormatanmu dengan cara yang biadab.”

Sepasang mata Viona yang bulat mengerjap pelan. Kata-kata Tirta merasuk dalam dirinya, menyentuh lubuk hatinya yang paling dalam. “Kamu… sama sekali nggak keberatan?” bisiknya ragu.

Tirta menggeleng, kemudian kembali meraih tangan Viona, menggenggamnya dengan erat seolah hendak memberikan kekuatan.

“Rasa sayangku ke kamu nggak sedangkal itu, Viona. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan ninggalin kamu. Justru sekarang, kamu harus bangkit. Jangan biarkan Padma puas karena sudah menjatuhkan kamu ke titik paling rendah dalam hidup kamu.”

Mendengar kata-kata itu, seberkas harapan mulai muncul dalam diri Viona. Hatinya yang hancur perlahan sembuh, dihangatkan oleh ketulusan cinta Tirta.

Dengan lembut, Tirta menariknya ke dalam pelukan, memeluk Viona erat-erat seolah ingin melindunginya dari segala derita yang ada.

Viona memejamkan mata, merasakan rasa tenang yang telah lama hilang. Bersama Tirta, ia kembali merasa dihargai, merasa aman.

Ia tahu ia telah menemukan harapan untuk masa depan yang selama ini ia kira telah hilang. Harapan itu, yang bernama Tirta Adhyaksa.

Namun, di balik pintu ruang tamu yang sedikit terbuka, Padma berdiri memperhatikan. Tadinya, ia hendak mengambil dompetnya yang tertinggal.

Namun langkahnya terhenti begitu melihat pemandangan di depannya—Viona dan Tirta dalam pelukan erat, keduanya tampak bahagia seolah tak ada yang bisa memisahkan mereka.

Amarah mendidih dalam dada Padma. Giginya menggeletuk, dan tangan yang tergenggam di samping tubuhnya bergetar.

Lihatlah, pikirnya, perempuan itu masih bisa tertawa bahagia setelah apa yang terjadi. Isak tangisnya yang pilu saat memohon maaf hanya kepalsuan belaka.

Tidak hanya seorang pembohong, Viona juga seorang penipu ulung! Padma merasa bagaikan dihantam oleh rasa kehilangan yang dalam, seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan sejak Yuanita, istrinya, meninggal.

Kalau hidup memang setidak adil ini, maka Padma-lah yang akan menciptakan keadilannya sendiri, dan Viona harus merasakan apa yang ia rasakan sekarang—kesakitan yang mengguncang setiap inci tubuhnya.

Ia mengambil ponsel dari saku jaketnya dan menghubungi seseorang yang ia percayai untuk menjalankan perintahnya.

"Lakukan sesuatu untukku," ujar Padma dingin, suaranya seperti serpihan es yang jatuh ke lantai yang dingin, penuh dendam yang tertahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status