Beranda / Pernikahan / Pernikahan Paksa / 5. Bagaimana bisa?

Share

5. Bagaimana bisa?

Penulis: EMILIA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seperti yang dikatakan Youra, hari ini mereka akan pergi ke tempat dance di salah satu lapangan dekat kafe sekolah. Awalnya, Chaera menolak, namun Youra memaksa agar Chaera ikut untuk melihat kembali penampilan street dance yang sudah lama Chaera tidak lihat. Chaera berhenti dari hobinya itu karena paksaan orangtuanya, pernikahannya dengan Arga secara tiba-tiba pun menjadi penyebab utama dirinya harus kehilangan semua kesenangannya. 

Namun di sisi lain juga, Chaera tidak ingin semuanya terjadi, ia ingin hidup bebas seperti remaja pada umumnya, ia juga sangat merindukan hobinya tapi kedua orangtuanya berkata lain. 

Mereka akhirnya sampai di lapangan, Youra benar di sini ramai sekali, banyak orang sedang melakukan street dance dengan gesit dan penuh semangat. Chaera tersenyum lebar sekaligus bahagia saat melihat orang-orang yang sedang menari di depan. Youra menatap Chaera di sebelah yang sedang bertepuk tangan lalu berteriak meneriaki para dancer di sana. 

"Chaera, mau beli minum tidak?" tanya Youra. Chaera menoleh lalu mengangguk dan mereka berdua pergi membeli minuman. 

Saat sampai di penjual minuman, Chaera bertemu dengan teman satu grup dancenya di sekolah, yaitu Virlie dan Dasya. Dua orang yang sudah membuat hidupnya hancur dan tertekan karena kata-kata tidak pantas yang dikeluarkan mereka kepada Chaera. 

Chaera menatap lama ke arah keduanya dengan rasa takut, lihat saja pasti Virlie akan menghampirinya. 

"Eh, ngapain di sini?" benar saja, Virlie langsung mendatangi Chaera sambil mendorong pundak Chaera dengan keras hingga ia meringis kesakitan. 

Chaera tidak menjawab pertanyaan Virlie, hanya untuk menatap gadis itu saja rasanya sudah gemetar. Youra tengah pergi ke kamar mandi meninggalkan Chaera sendiri di tempat penjual minuman. 

"Katanya sudah keluar dari dance? " Dasya ikut mendorong pundak Chaera, namun Chaera tetap diam sambil menunduk takut. 

"Mengapa diam saja? Apa mulutmu sedang tidak berfungsi?" tanya Virlie lagi yang malah menarik dagu Chaera hingga dipaksa mendongak ke atas, menatap wajah Virlie yang sudah sedari tadi terlihat kesal. 

"Lep--lepas..." pinta Chaera sambil berusaha melepaskan tangan Virlie dari dagunya. Namun semakin Chaera memberontak, justru Virlie semakin keras menekan. 

"Kau tidak pantas berada di sini! Dasar gadis lemah, penyakitan, pulang saja sana!" bentak Virlie lagi sambil terus menekan dagu Chaera. 

Chaera tak kuasa menahan rasa sakit didagunya, dan hanya beberapa detik setelah perkataan Virlie yang menyakiti hatinya, ia menangis menumpahkan semua rasa sakit dalam dirinya. 

"Cih, cengeng!" pekik Dasya, kemudian tertawa meremehkan. 

"Virlie lepas!" 

Tiba-tiba dari arah lain, Raka datang menghampiri keempatnya sambil melepaskan paksa tangan Virlie dari dagu Chaera. Setelah terlepas, Chaera menjatuhkan tubuhnya yang lemas ke tanah sambil mengatur napas yang mulai kehabisan. 

"Awww sakit, Raka!" ketus Virlie, namun Raka tak meperdulikan, ia lebih memilih menolong dan merangkul tubuh Chaera untuk dibawa ke kursi. 

Chaera terus menghela napas yang mulai kehabisan, Raka yang melihatnya panik dan memilih pergi membeli air putih, setelah itu diberikan kepada Chaera. Chaera meminum air itu lalu mengatur napasnya kembali. 

Duapuluh menit berikutnya, akhirnya Youra datang setelah dari kamar mandi, gadis itu langsung terkejut melihat tubuh Chaera lemas di kursi.

"Chae? Chaera kenapa? Eh, kau apakan dia?!" tanya Youra sambil mendorong pundak Raka dengan keras, ia berpikir bahwa Raka-lah pelakunya. 

"Kau tenang, Chaera bukan karenaku." Jawab Raka, menjeda sebentar perkataannya beberapa detik."Chaera bisa seperti ini karena mereka." Lanjutnya sambil menunjuk ke arah Virlie dan Dasya.

Kedua pelaku itu langsung memasng wajah takut sambil menatap satu sama lain karena aksinya kepergok Raka. Youra menoleh pada Virlie dan Dasya lalu berjalan menghampiri. 

"Apa kalian belum puas membuat hidup Chaera tidak tenang, hah?!" bentak Youra sambil mendorong pundak keduanya.

"Eh, kau tidak perlu kasar!" pekik Virlie ikut mendorong pundak Youra. 

"Kasar? Aku kasar? Eh, adanya kalian! Kalian yang sudah membuat Chaera seperi ini! Dasar tidak punya hati!"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Youra langsung menarik rambut Virlie beserta Dasya hingga kepala keduanya mendongak ke atas, dan mereka akhirnya berkelahi di antara keramaian. 

"Youra, berhenti!" tangan Chaera langsung memisahkan perkelahian mereka dan akhirnya berhasil. 

"Dia yang sudah membuatmu pingsan, Chae." Ucap Youra sambil terus mengatur napas karena rasa kesal pada dirinya.

Namun, Chaera hanya diam dan menjauhkan tubuhnya dari Virlie beserta Dasya, kemudian Raka berjalan menghampiri Virlie. 

"Kalian berdua pergi! Jangan sampai aku melihat wajah kalian lagi di sini!" usir Raka sambil menunjuk ke arah jalan. 

"kok mengusirku, Raka? Aku ke sini ingin melihatmu." Ketus Virlie kesal yang tidak terima diusir Raka begitu saja. 

"Kau ingin pergi, atau aku panggilkan satpam?"

Setelah Raka bertanya seperti itu, Virlie langsung tersontak kaget sambil membulatkan matanya tidak percaya. 

"I--iya, aku pergi." Virlie memanyunkan bibirnya lalu berjalan ke arah Chaera dan menatap Chaera dengan sinis. "Awas saja ya jika aku bertemu kalian lagi, aku akan menampar wajah kalian berdua!" lanjutnya, tiba-tiba tubuhnya langsung ditarik paksa oleh Raka, Virlie semakin kesal dan akhirnya gadis gila itu dan kedua temannya pergi. 

Youra sekaligus Raka bisa bernapas lega, Chaera langsung menduduki kembali tubuhnya di kursi untuk menenangkan kepalanya yang pening, Raka dan Youra ikut duduk juga. 

Raka bisa melihat jelas ekspresi Chaera yang sangat ketakutan, tubuh gadis itu juga terus bergetar sambil berkeringat. 

"Chaera, kau tidak apa-apa?" tanya Raka, membuat gadis yang ada di sampingnya menoleh.

"Aku tidak apa-apa." Jawab Chaera tersenyum untuk menutupi rasa takutnya.

Sebenarnya, Chaera bukan hanya takut dengan Virlie dan Dasya tadi, ia juga takut nanti dilihat Arga atau bisa saja pria itu tiba-tiba datang menghampirinya. Makanya setiap Raka mendekat, Chaera berusaha menjauh agar tidak disangka apa-apa oleh Arga jika pria itu tiba-tiba datang ke tempat ini. 

"Sudah lama kita tidak bertemu, kau bagaimana kabarnya?" tanya Raka tersenyum manis untuk berusaha membuat Chaera nyaman di dekatnya. 

Chaera menoleh pada Raka sambil ikut tersenyum membalas senyum manis Raka yang selalu membuatnya salah tingkah. 

"Baik." Jawab Chaera kaku. "Ka--kau bagaimana juga kabarnya?" tanya Chaera balik. Namun di saat Raka terus menatapnya, Chaera langsung mengalihkan pandangannya ke arah samping sampai membuat Raka tertawa. 

"Tidak usah gugup Chae, santai aja." Kata Raka tertawa kecil. Lalu Chaera kembali menatap Raka dengan wajah yang sudah merah seperti tomat.

"Ekhemmm..." Youra berdeham, membuat Raka dan Chaera menoleh pada gadis di ujung sana yang sudah terlihat kesal. 

"Pacaran saja terus, apa aku akan menjadi nyamuk di sini?" tanya Youra, lalu menaruh kedua tangannya di depan dada sambil memasang wajah marah. 

Raka dan Chaera tertawa keras, kemudian Chaera berjalan menghampiri Youra dan menggoda temanya itu dengan cubitan gemas di pipi. 

"Youra, apa sih? Aku dengan Raka tidak ada hubungan apa-apa, hanya teman biasa." Ucap Chera, lalu kembali mencubit hidung temannya. 

"Oh, ya? Kenapa tidak pacaran saja?" tanya balik Youra sambil tertawa kecil. 

Chaera terdiam setelah mendengar perkataan Youra. Tadinya, tadinya ia sempat mengagumi seorang Raka, namun takdirnya berkata lain. Chaera langsung murung. 

Youra menoleh pada Chaera yang tiba-tiba diam sambil menunduk. "Lah, mengapa wajahmu menjadi cemberut gitu?"

Namun Chaera tetap diam tak membalas pertanyaan Youra. 

---

Arga benar-benar tidak fokus bekerja, sebab ia terus memikirkan ke mana Chaera pergi. Dirinya lebih banyak diam, padahal tugasnya sudah menumpuk di depan. Arga menghela napas kasar lalu berdiri untuk menggerakkan otot-otonya yang kaku dan berjalan ke arah jendela besar di ruangannya. 

Ia menatap ke luar, menikmati pemandangan dari ruang kerjanya yang cukup menenangkan pikiran. Arga terus berpikir ke mana Chaera pergi, dan mengapa gadis itu bisa-bisanya tidak memberitahunya lebih dulu.

"Apa dia pergi sekolah, ya?" tanya Arga pada dirinya sendiri lalu melirik jam tangannya. "Tapi seharusnya dia sudah pulang." Lanjutnya.

Arga semakin dibuat penasaran oleh tingkah Chaera yang semakin hari semakin menantang, ini membuat Arga kesal sekaligus geram dengan sikap Chaera yang tak mematuhi semua perintahnya. Arga memukul tembok ruanganya dengan tangan kanan hingga terasa sakit di pergelangan. Namun itu tak peduli baginya, ia kembali melangkah ke meja kerja untuk mencari kunci mobil dan pergi meninggalkan pekerjaannya untuk mencari Chaera.

---

Raka mengajak Chaera dan Youra ikut dance bersama teman-temannya. Sebelumnya, Chaera tidak mau, namun Raka terus memaksa agar Chaera bisa menjalani hobinya kembali bersama Raka sebagai dukungannya. 

Chaera masih malu-malu saat dirinya menjadi pusat perhatian teman-teman Raka, ia terus bersembunyi di balik tubuh Youra. 

"Chae sini, jangan malu-malu." Pinta Raka, kemudian menarik tangan Chera ke arah teman-temannya. 

Setelah Chaera bisa memberanikan diri, barulah ia mengikuti gerakan Raka dan mereka pun dance bersama. Raka bisa melihat jelas senyum manis Chaera terpapar jelas di bibir gadis itu, ini membuat hati Raka merasa tenang. 

"Oh, jadi di sini."

Semua teman-teman Raka beserta Chaera dan Youra langsung memberhentikan gerakannya ketika mereka melihat dan mendengar siapa orang yang baru saja mengatakan itu. 

Chaera langsung membeku di tempat saat Arga tiba-tiba muncul di depannya. 

"Ar--Arga?"

Mulut Chaera seakan tak bisa mengungkapkan kata-kata apa pun saat Arga terus menatapnya dengan raut wajah marah, apalagi kedua tangan pria itu berada di depan dada. Sudah jelas betul Arga sangat marah kepadanya. 

"Chae, dia siapa?" bisik Youra pada Chaera. Tapi Chaera masih belum bisa berkata apa-apa. 

Tatapan Arga langsung beralih pada Raka yang tengah berdiri di samping Chaera, ia terdiam sebentar sambil mengingat sepertinya Arga pernah bertemu pria ini sebelumnya. 

Arga berjalan ke arah Raka. "Kau lagi, haha." Ucapnya tertawa remeh lalu mendorong pundak Raka menggunakan jari telunjuknya. "Masih berani ternyata dekat-dekat dengan Chaera."

Raka hanya diam tak membalas perlakuan Arga yang membuatnya kesal, senyum sinis pria di depannya itu berhasil membuatnya geram. 

Arga kembali menatap Chaera. "Ternyata, kau keluar untuk bermain bersama sama dia?" sambil menunjuk Raka. Arga langsung menarik tangan Chaera untuk dipaksa pulang, namun Chaera memberontak menolak tarikan Arga.

"Tidak mau!" pekik Chaera.

"Chaera, jangan menolak." Kata Arga. 

"Arga, lepaskan! Aku tidak mau pulang!" pinta Chaera yang masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Arga. 

Semua orang yang berada di situ langsung menoleh pada keributan. 

Tangan Raka langsung melepaskan paksa tangan Arga dari Chaera. Arga reflek menoleh pada Raka. "Kau tidak usah ikut campur!" bentak Arga. 

"Jangan kasar dengan perempuan!" ucap Raka keras, nampaknya kesabaran laki-laki itu sudah habis. 

"Dia istriku!" balas Arga yang tak kalah keras. 

Saat Arga mengatakan itu, raut wajah Raka dan Youra berubah kaget. 

"Sekarang, pulang." Arga menarik paksa lagi Chaera dari tempat.

Raka dan Youra hanya menatap kepergian keduanya, rasa ingin menarik Chaera kembali tak akan bisa sebab mereka takut dengan wajah seram Arga. 

"I--istri?" ucap Youra terbata-bata lalu menoleh pada Raka. "Raka, tidak mungkin!" namun Raka masih hanyut oleh kata-kata Arga tadi. 

---

Setelah Arga sampai di rumah tepatnya di kamar, ia langsung mendorong tubuh Chaera ke tempat tidur. Chaera menangis saat merasakan benturan cukup keras pada punggungnya. 

"Bisa-bisanya kau bermain bersama pria lain, hah?!" bentak Arga, membuat Chaera semakin menangis kencang. Kemudian Arga berjalan ke arah Chaera dengan senyum menyeringai yang terpapar jelas di bibir. Chaera ketakutan dan berusaha lari, namun Arga langsung menangkap Chaera dan menjatuhkah kembali tubuh Chaera ke tempat tidur. 

Arga menekan dagu Chaera keras hingga gadis itu sulit bergerak. "Gadis kecil sudah mulai nakal, hm?" ucapnya sambil tersenyum penuh kemenangan di depan wajah Chaera. 

Chaera menggelengkan kepalanya minta di lepaskan, dan akhirnya tangan Arga terlepas dari dagunya dan pria itu berjalan menjauh dan Chaera bisa bernapas lega. 

Namun tiba-tiba, Chaera melihat Arga membuka dasi dan jas kerjanya, lalu dilempar ke lantai. Pikiran Chaera mendadak liar saat Arga mulai melepas pakaiannya yang hanya menyisakan celana, pemandangan itu berhasil membuat dirinya meneguk ludah kasar. 

Arga berjalan ke arah Chaera lalu dengan cepat, ia mengambil kedua tangan Chaera dan diletakan diatas kepala. 

"Terima hukumanmu, gadis kecil." Bisik Arga sambil tersenyum menyeringai. 

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa    6. Sekretaris licik

    Entah setan apa yang sudah merasuki Arga yang secara tiba-tiba langsung melumati bibir Chaera dengan kasar tanpa memberi gadis itu napas sedetik pun. Chaera memberontak menolak ciuman Arga sambil terus menggelengkan kepalanya, namun Arga terus memegangi mulut Chaera agar mau menerima ciumannya.Arga mungkin sakit hati melihat Chaera pergi bersama pria lain tanpa se-izinnya padahal mereka sudah bersuami istri. Seharusnya, Chaera bisa menjaga perasaan Arga walau istrinya tidak pernah menaruh cinta sekecil apa pun padanya.Arga terpaksa menggigit bibir bawah Chaera dengan kasar agar ia bisa dengan cepat melumati bibir itu, dan akhirnya mulut Chaera reflek terbuka karena rasa sakit, dengan cepat, Arga langsung melahap sekaligus mengabsen tiap deretan gigi hingga membuat suara becekan adu mulut antara dirinya dan juga Chaera di sana.Saliva mereka berjatuhan dan Arga tak memberi Chaera napas, pria itu meluma

  • Pernikahan Paksa    7. Bahagia, tapi...

    Chaera langsung terkejut ketika mendengar perkataan ibunya. Bagaimana tidak, baru saja bangun dari tidur, ia sudah disuruh membuat anak, apa itu tidak gila?Chaera menghela napasnya sambil menoleh ke arah samping, dirinya tak mau menatap sang ibu yang sudah memasang wajah marah.Setelah beberapa detik, Chaera menoleh pada ibunya kembali. "Kenapa ibu tergesa-gesa menyuruhku untuk mempunyai anak?!" Chaera sedikit membentak ibunya, ia tidak peduli, toh ibunya saja tidak pernah mempedulikannya."Padahal, aku masih sekolah! Aku juga punya mimpi yang harus aku capai, kenapa ibu tidak pernah peduli padaku, hah?!" lanjutnya lagi. Tak sanggup menahan rasa sakit dalam dada, dalam hitungan detik, Chaera menangis sejadi-jadinya di hadapan sang ibu.Tapi, ibunya terlihat tidak peduli, wanita paruh baya itu lebih memilih mena

  • Pernikahan Paksa    8. Hari yang buruk

    Chaera sangat terkejut saat melihat Arga berdiri di sana dengan raut wajah marah. Tatapan mata laki-laki itu sangat tajam, bibir beserta alisnya terangkat ke atas ketika melihat Chaera kepergok berdua bersama Raka.Chaera langsung mengalihkan pandangannya menatap Raka, ia takut pada Arga yang mulai berjalan mendekat ke arahnya, lalu mendadak menoleh kembali saat Arga sudah berdiri di sampingnya.Arga menatap wajah Chaera tajam sekilas, kemudian beralih pada Raka sambil menampilkan smirk khasnya. "Masih berani kau dekat-dekat dengan Chaera, hah?!" tiba-tiba, Arga menarik kerah baju Raka hingga tubuh Raka menegak ke atas.Lima detik berikutnya, Raka menonjok keras wajah Raka sampai Raka terjatuh ke tanah. Raka memegang bibirnya dan melihat darah di tangannya, pukulan Arga sangat keras hingga Raka merasakan sakit di kedua sisi bibirnya.&

  • Pernikahan Paksa    9. Kepuasan suami

    Chaera tidak bisa melakukan apa pun kecuali mendesah kencang di depan Arga. Kedua tangannya sudah terikat kembali di belakang punggung dan tubuhnya menungging tanpa daya di depan milik Arga. Kali ini, ia merasakan rasa sakit sekaligus perih saat privasi Arga menerobos masuk lubangnya lebih dalam lagi sampai menyentuh titik prostatnya, hingga tubuhnya bergetar setiap Arga menghentaknya dengan tempo cepat."Akhhh! Aaahh..."Arga menyeringai saat mendengar pekikan Chaera yang lolos saat Tangannya menampar bokong Chaera, bersamaan dengan gerakan di bawah sana, keras, panas dan perih menjadi satu di kulit bokong istrinya.Sedangkan Chaera sudah menangis, menangis bukan karena rasa nikmat oleh permainan Arga, melainkan siksaan panas yang ia terima. Tubuhnya sudah benar-benar lemas, kakinya sudah tidak mampu menompang lagi. Namun, saat dirinya hampir terjatuh

  • Pernikahan Paksa    10. Mual di sekolah

    Chaera berlari sekuat tenaga saat jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan, yang artinya ulangan bahasa akan dimulai beberapa detik lagi. Chaera berlari dalam keadaan sakit di bawah, ditambah kaki lemas dan perutnya yang keram membuatnya semakin sulit berlari dengan cepat.Chaera memberhentikan langkahnya, memegangi perutnya yang kebas akibat ulah Arga kemarin. Dirinya enar-benr sulit melangkah. Chaera melihat kursi di samping lalu berjalan ke arah sana untuk mengistirahatkan kaki dan juga tubuhnya, keadaannya sangat tersiksa hari ini."Shhh... Awww..." Chaera menundukkan kepalanya sambil terus memegangi perutnya dengan kedua tangan, namun percum saja, itu tidak memberikan reaksi apa-apa.Ia mengangkat kepalanya lagi sambil menatap ke arah depan, pikirannya mendadak kosong, materi-materi yang sudah ia hapalkan larut tadi malam mendadak hilang, kepalanya terasa pening dan perutnya mual. Chaera tidak bi

  • Pernikahan Paksa    11. Insiden

    Chaera masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang, ia menatap ke atas atap kamar sambil memikirkan nasibnya yang kian memburuk. Ia tak menyangka ibunya itu meminta uang pada Arga, padahal dari sisi lain keluarganya sangat bercukupan. Chaera tidak ingin berpikir jauh bahwa ibunya memaksa dirinya menikahi Arga hanya untuk kesenangan semata, walaupun mungkin Chaera juga sudah tahu dari awal, karena sebelum pernikahan dilakukan, ibunya mengatakan hal itu. Tapi, Chaera berharap ibunya berhenti memanfaatkan Arga. Drrtt... Drrtt... Drrtt... Suara ponsel di sakunya berbunyi, Chaera berpikir itu pasti Arga, ia malas jika memang benar laki-laki itu yang meneleponnya. Jadi, Chaera lebih memilih mengabaikannya. Chaera menggerakkan tubuhnya untuk lebih dekat pada guling, lalu memeluknya dengan erat dan segera tidur.

  • Pernikahan Paksa    12. Abuse leads to suicide

    Hari-hari yang dijalani Chaera semakin memburuk. Kandungan dalam perutnya mulai terlihat dan Chaera kesulitan untuk pergi ke sekolah karena takut akan terlihat besar. Seragam sekolahnya juga perlahan mulai tidak muat di tubuhnya. Tapi, itu semua bukan penghalang dirinya untuk tidak pergi ke sekolah. Selama ia bisa memakai seragam dan berjalan, Chaera akan tetap pergi ke sekolah bagaimana pun keadaannya, demi cita-cita yang selama ini ia impikanKehidupannya bersama Arga pun semakin buruk saja. Ia selalu diperlakukan layaknya budak oleh laki-laki itu, padahal dirinya tengah mengandung, tetapi Arga sama sekali tak pernah mengasihaninya.Dan hari ini, Chaera berusaha menutupi perutnya yang mulai terlihat besar saat sedang berjalan di koridor sekolah. Banyak murid-murid lain yang sedang berjalan memperhatikannya, dan Chaera takut mereka tahu bahwa dirinya tengah hamil."Dia mengapa memegangi perutnya saja? Atau j

  • Pernikahan Paksa    13. kehangatan dan kesengsaraan

    "Terkadang, aku ingin bertanya pada dunia tentang kehidupanku yang hancur berantakan ini. Mengapa harus aku? Mengapa aku saja yang tersiksa sedangkan orang lain bisa merasakan kebahagiaan di sana? Bukankah ini tidak adil? Jika dunia memang adil, seharusnya tidak memberiku cobaan berat seperti ini. Tolong, aku lelah dengan penyakit yang terus mendorongku pada kematian.""Bukankah aku juga layak bahagia? Bukankah semua orang pantas mendapatkan kebahagiaan? Lalu mengapa aku tersiksa seperti ini, apa kesalahan yang sudah aku perbuat sampai menghasilkan kehidupan yang gila ini?""Atau mungkin aku tidak ditakdirkan untuk hidup? Dan hanya mati jalan satu-satunya untuk mendapatkan kebahagiaan?""Kalau memang itu caranya, akan aku lakukan."Chaera menghela napasnya, lalu menoleh kembali ke arah bawah dari ketinggian gedung yang sekarang ia injaki malam ini. Hatinya sakit, dadanya sesak dan air matanya tak kun

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa    16. Raka bertemu Chaera

    Hae tak menyangka akan menerima berita buruk seperti ini dalam hidupnya, mendengar atasannya itu dibawa ke kantor polisi tanpa sepengetahuan dan tanpa ia tahu motif kejahatan seperti apa yang Arga lakukan, membuat tubuhnya benar-benar lemas. Hae panik sambil berjalan sana sini menunggu seseorang mengangkat teleponnya yang entah sudah keberapa kali. Ia sedang menelepon orangtuanya. "Halo, Hae? Ada apa?" tanya seseorang di sana."Pah, Arga masuk kantor polisi!"***Sudah dua hari ini, Raka tak melihat Chaera masuk sekolah. Ia penasaran apa yang sedang terjadi pada gadis itu, dan ia juga berpikir pasti semua ini karena Arga, laki-laki bangsat yang sudah membuat Chaera menderita. Hari ini Raka menang, berhasil membuat Arga masuk penjara untuk mempertanggungja

  • Pernikahan Paksa    15. Arga diseret ke penjara

    Sudah lebih dari tiga jam Chaera masih dalam keadaan pingsan akibat pendarahan hebat yang dialaminya tadi, karena kandungan di dalam janin Chaera masih kecildan umurnya juga masih muda, gadis itu harus beristirahat penuh. Arga masih duduk di kursi kamar menunggu Chaera sadar dari pingsannya, sedangkan kedua orangtuanya sudah lebih dulu pergi untuk urusan bisnis yang tertunda tadi akibat berita tentang Chaera ini."Shhhh... Awww..."Arga yang tengah bermain ponsel langsung menoleh ke depan ketika mendengar Chaera meringis di sana, ia menaruh ponselnya di dalam saku dan berjalan ke arah tempat tidur."Sadar juga akhirnya, kau membuatku menunggu berjam-jam. Buang-buang waktu saja." Kata Arga angkuh tanpa menoleh ke wajah Chaera.Chaera memega

  • Pernikahan Paksa    14. Pendarahan di sekolah

    Semua murid yang sebelumnya fokus ke arah lapangan, kini beralih menatap Chaera yang tengah berdiri tegang saat Virlie berkata bahwa ada darah di kaki Chaera. Bahkan mereka semua langsung bangun dari duduk dan berlari melihat Chaera dengan langkah tergesa-gesa."Cha--Chaera, kakimu penuh darah," ucap salah satu murid setelah sampai di hadapan Chaera sambil menunjuk ke kaki Chaera.Chaera masih belum berani melihat ke bawah, tapi ia merasakan ada sesuatu yang mengalir pada kakinya dan ia menduga pasti itu adalah darah yang menetes dari rahimnya akibat olahraga lari tadi. Perutnya sudah terasa sakit dan kakinya mulai melemas tak sanggup menahan tubuhnya yang hampir terjatuh.Virlie terus menatap kaki Chaera karena rasa penasaran yang amat dalam pada dirinya sendiri, ia ingin tahu mengapa Chaera mengeluarkan darah dari perutnya, lalu detik berikutnya ia menatap wajah Chaera untuk bertanya.

  • Pernikahan Paksa    13. kehangatan dan kesengsaraan

    "Terkadang, aku ingin bertanya pada dunia tentang kehidupanku yang hancur berantakan ini. Mengapa harus aku? Mengapa aku saja yang tersiksa sedangkan orang lain bisa merasakan kebahagiaan di sana? Bukankah ini tidak adil? Jika dunia memang adil, seharusnya tidak memberiku cobaan berat seperti ini. Tolong, aku lelah dengan penyakit yang terus mendorongku pada kematian.""Bukankah aku juga layak bahagia? Bukankah semua orang pantas mendapatkan kebahagiaan? Lalu mengapa aku tersiksa seperti ini, apa kesalahan yang sudah aku perbuat sampai menghasilkan kehidupan yang gila ini?""Atau mungkin aku tidak ditakdirkan untuk hidup? Dan hanya mati jalan satu-satunya untuk mendapatkan kebahagiaan?""Kalau memang itu caranya, akan aku lakukan."Chaera menghela napasnya, lalu menoleh kembali ke arah bawah dari ketinggian gedung yang sekarang ia injaki malam ini. Hatinya sakit, dadanya sesak dan air matanya tak kun

  • Pernikahan Paksa    12. Abuse leads to suicide

    Hari-hari yang dijalani Chaera semakin memburuk. Kandungan dalam perutnya mulai terlihat dan Chaera kesulitan untuk pergi ke sekolah karena takut akan terlihat besar. Seragam sekolahnya juga perlahan mulai tidak muat di tubuhnya. Tapi, itu semua bukan penghalang dirinya untuk tidak pergi ke sekolah. Selama ia bisa memakai seragam dan berjalan, Chaera akan tetap pergi ke sekolah bagaimana pun keadaannya, demi cita-cita yang selama ini ia impikanKehidupannya bersama Arga pun semakin buruk saja. Ia selalu diperlakukan layaknya budak oleh laki-laki itu, padahal dirinya tengah mengandung, tetapi Arga sama sekali tak pernah mengasihaninya.Dan hari ini, Chaera berusaha menutupi perutnya yang mulai terlihat besar saat sedang berjalan di koridor sekolah. Banyak murid-murid lain yang sedang berjalan memperhatikannya, dan Chaera takut mereka tahu bahwa dirinya tengah hamil."Dia mengapa memegangi perutnya saja? Atau j

  • Pernikahan Paksa    11. Insiden

    Chaera masuk ke kamar dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang, ia menatap ke atas atap kamar sambil memikirkan nasibnya yang kian memburuk. Ia tak menyangka ibunya itu meminta uang pada Arga, padahal dari sisi lain keluarganya sangat bercukupan. Chaera tidak ingin berpikir jauh bahwa ibunya memaksa dirinya menikahi Arga hanya untuk kesenangan semata, walaupun mungkin Chaera juga sudah tahu dari awal, karena sebelum pernikahan dilakukan, ibunya mengatakan hal itu. Tapi, Chaera berharap ibunya berhenti memanfaatkan Arga. Drrtt... Drrtt... Drrtt... Suara ponsel di sakunya berbunyi, Chaera berpikir itu pasti Arga, ia malas jika memang benar laki-laki itu yang meneleponnya. Jadi, Chaera lebih memilih mengabaikannya. Chaera menggerakkan tubuhnya untuk lebih dekat pada guling, lalu memeluknya dengan erat dan segera tidur.

  • Pernikahan Paksa    10. Mual di sekolah

    Chaera berlari sekuat tenaga saat jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan, yang artinya ulangan bahasa akan dimulai beberapa detik lagi. Chaera berlari dalam keadaan sakit di bawah, ditambah kaki lemas dan perutnya yang keram membuatnya semakin sulit berlari dengan cepat.Chaera memberhentikan langkahnya, memegangi perutnya yang kebas akibat ulah Arga kemarin. Dirinya enar-benr sulit melangkah. Chaera melihat kursi di samping lalu berjalan ke arah sana untuk mengistirahatkan kaki dan juga tubuhnya, keadaannya sangat tersiksa hari ini."Shhh... Awww..." Chaera menundukkan kepalanya sambil terus memegangi perutnya dengan kedua tangan, namun percum saja, itu tidak memberikan reaksi apa-apa.Ia mengangkat kepalanya lagi sambil menatap ke arah depan, pikirannya mendadak kosong, materi-materi yang sudah ia hapalkan larut tadi malam mendadak hilang, kepalanya terasa pening dan perutnya mual. Chaera tidak bi

  • Pernikahan Paksa    9. Kepuasan suami

    Chaera tidak bisa melakukan apa pun kecuali mendesah kencang di depan Arga. Kedua tangannya sudah terikat kembali di belakang punggung dan tubuhnya menungging tanpa daya di depan milik Arga. Kali ini, ia merasakan rasa sakit sekaligus perih saat privasi Arga menerobos masuk lubangnya lebih dalam lagi sampai menyentuh titik prostatnya, hingga tubuhnya bergetar setiap Arga menghentaknya dengan tempo cepat."Akhhh! Aaahh..."Arga menyeringai saat mendengar pekikan Chaera yang lolos saat Tangannya menampar bokong Chaera, bersamaan dengan gerakan di bawah sana, keras, panas dan perih menjadi satu di kulit bokong istrinya.Sedangkan Chaera sudah menangis, menangis bukan karena rasa nikmat oleh permainan Arga, melainkan siksaan panas yang ia terima. Tubuhnya sudah benar-benar lemas, kakinya sudah tidak mampu menompang lagi. Namun, saat dirinya hampir terjatuh

  • Pernikahan Paksa    8. Hari yang buruk

    Chaera sangat terkejut saat melihat Arga berdiri di sana dengan raut wajah marah. Tatapan mata laki-laki itu sangat tajam, bibir beserta alisnya terangkat ke atas ketika melihat Chaera kepergok berdua bersama Raka.Chaera langsung mengalihkan pandangannya menatap Raka, ia takut pada Arga yang mulai berjalan mendekat ke arahnya, lalu mendadak menoleh kembali saat Arga sudah berdiri di sampingnya.Arga menatap wajah Chaera tajam sekilas, kemudian beralih pada Raka sambil menampilkan smirk khasnya. "Masih berani kau dekat-dekat dengan Chaera, hah?!" tiba-tiba, Arga menarik kerah baju Raka hingga tubuh Raka menegak ke atas.Lima detik berikutnya, Raka menonjok keras wajah Raka sampai Raka terjatuh ke tanah. Raka memegang bibirnya dan melihat darah di tangannya, pukulan Arga sangat keras hingga Raka merasakan sakit di kedua sisi bibirnya.&

DMCA.com Protection Status