Share

BAB 5 Menikahlah Denganku

Penulis: Prisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa kamu bicara seperti itu? Apa kamu sudah gila?”

Usai mengeluarkan kalimat menggemparkan, Reygan mengajak Ayrin pulang terburu-buru. Gadis itu menghempas tangan pria itu yang terus menggandengnya, bahkan nyaris menyeretnya paksa menuju mobil pria itu yang diparkir di garasi rumah.

“Sudah saya bilang kita akan menikah. Kamu yang tidak mau mendengarkan saya sejak awal. Jadi, sekarang jangan salahkan saya!” 

Melihat Reygan yang santai, kening Ayrin mengerut dalam. Ia mencoba menerka, rencana apa yang sebenarnya tengah pria ini susun tanpa ia ketahui?

“Apa salah saya, kenapa kamu harus melakukan ini?” tanya Ayrin, menuntut penjelasan dengan wajah marahnya.

“Kamu tidak salah.” Reygan menatap gadis di hadapannya dengan lembut. “Saya hanya tidak mau menikah dengan kakakmu.”

“Dasar bajingan!” 

Ayrin begitu marah, terlebih melihat pria itu sama sekali tidak merasa bersalah. Padahal, jika pria itu enggan menikahi Daisha, ia bisa langsung menolak perjodohan itu tanpa melibatkannya.

“Dengan atau bukan dengan saya, kamu juga akan tetap menikah. Tidak ada bedanya dengan sekarang.”

Ayrin membuang wajahnya, enggan menatap pria angkuh yang keras kepala itu. “Kalaupun saya harus menikah, saya mau menikah dengan pria yang saya cintai. Bukan dengan pria seperti kamu yang tidak punya hati.”

“Nah, cintai saya kalau begitu. Saya akan menjadi suamimu bagaimanapun caranya. Jadi, lebih baik berikan perasaanmu untuk saya.” 

Reygan segera menyesali ucapannya, tiba-tiba perasaan bersalah menyergap hatinya. Bagaimana bisa ia menyuruh gadis rapuh di hadapannya itu untuk masuk ke dalam neraka yang ia ciptakan. 

“Berhenti bicara omong kosong! Lebih baik saya mati saja daripada harus hidup bersama kamu,” sengit Ayrin dengan berapi-api. 

Entah mengapa dirinya begitu membenci Reygan. Apa yang salah dengan pria itu sebenarnya? Tetapi, tetap saja Ayrin tidak bisa menerima semuanya. Dia tidak mau mimpinya untuk memiliki rumah tangga yang harmonis dan bahagia akan hancur karena permainan Reygan. Pria itu memang sempurna, namun Ayrin tidak menginginkannya. 

“Seharusnya kamu bersyukur. Banyak wanita di luar sana yang memohon untuk saya nikahi, meskipun saya tidak pernah melirik mereka.” Berhadapan dengan Ayrin membuat kesabarannya habis tak tersisa. Gadis itu memang tidak bisa diremehkan. Dia terlihat sangat rapuh dari luar, tapi setelah mendengar kata-katanya, Reygan menyadari kekuatan besar di dalamnya.

“Kalau begitu nikahilah wanita yang memujamumu itu! Jangan ganggu hidup saya!” 

Kali ini Reygan tidak merespon, tetapi dia menarik tubuh Ayrin dan memagut bibir gadis itu dengan kasar. Keangkuhan Ayrin benar-benar membuat kesabarannya lenyap. 

Sementara itu, Ayrin terus meronta. Dia memukul dada Reygan dengan kekuatannya. Meskipun pukulan itu seperti tidak berarti apa-apa, dia tetap tidak menyerah. Dua tidak akan membiarkan pria itu memperlakukannya dengan seenaknya.  Namun, semua usahanya sia-sia, semakin keras pukulannya, maka semakin kasar pula ciuman yang Reygan berikan. 

Anehnya, setelah dia berhenti melawan, pria itu justru memundurkan kepalanya. Sudut bibirnya yang berdarah bahkan membuat Reygan terlihat sedikit merasa bersalah. Pria itu sudah nyaris menyentuh sudut bibirnya, tetapi dia lebih dulu memberikannya tamparan yang begitu keras.

“Itu untuk kekurangajaran kamu!” Dengan suara bergetar, kombinasi marah dan terluka, Ayrin memandang tajam Reygan yang tak berdaya menghadapi perlawanannya. “Saya akan mengatakan yang sebenarnya pada orangtuamu. Kita tidak akan pernah menikah.”

Ayrin berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa membeku lalu berbalik dan melangkah menjauh. Namun, baru beberapa langkah dia merasakan tubuhnya ditarik kembali. Bukan dengan cara yang kasar, melainkan dengan begitu lembut dan hangat sampai Ayrin tidak menghiraukan jika pria yang memeluknya sekarang adalah Reygan.

“Maafkan saya, Rin. Saya tidak bermaksud menyakiti kamu. Cuma kamu yang bisa menolong saya saat ini.” Pengakuan Reygan, juga nada pria itu yang melembut membuat Ayrin urung memberontak. Pria itu melanjutkan, “Sebagai gantinya saya akan melindungi kamu dari orang-orang yang sudah menyakitimu, terutama Daisha. Tidak akan saya biarkan mereka melukaimu walau seujung jari pun.”

Sesaat, penuturan pria itu membuat Ayrin terpaku. Tak menampik, dia merasa terenyuh oleh janji pria itu.

Setelah menenangkan diri dan juga degup jantungnya, wanita itu mencoba berpikir tenang dan kembali menggali informasi.  

“Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Daisha? Kamu tau, dia sangat mencintaimu. Dia cemburu, makanya dia menyakiti saya.”

Ingin rasanya Reygan berteriak, menjawab dengan jujur pertanyaan Ayrin. Namun sayang, dia sudah lebih dulu berjanji pada Veranda. 

“Karena kamu berbeda. Karena itu, saya mau kamu yang menjadi istri saya.” Lagi, pria itu berkata dengan lembut. Ketulusan bahkan terdengar sampai ke telinga Ayrin. “Izinkan saya untuk menjadi lebih baik dan mengenalmu lebih dalam. Saya yakin pernikahan kita akan bahagia nantinya.” 

Sorot lembut pria itu sesaat meruntuhkan dinginnya hati Ayrin. Dia menimbang-nimbang pilihannya. Bagaimana pun, posisinyalah yang paling dirugikan saat ini.

Entah melanjutkan pernikahan dengan Reygan, atau menolaknya … Ayrin tetaplah dicap sebagai wanita penggoda, perusak hubungan kakak tirinya sendiri. 

Untuk itu, setelah menimbang cukup panjang, Ayrin mengembuskan napas panjang dan berujar, “Katakan yang sebenarnya pada orang tuamu. Saya tidak mau mereka salah paham.”

“Jadi, kamu tetap menolak saya?” 

Ayrin tersenyum kecil sambil memperhatikan raut wajah Reygan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pria yang selalu menunjukkan dominasinya itu terlihat lesu. Ada kegetiran yang dia tangkap di wajah pria itu.

“Katakan pada orangtuamu kalau saya tidak hamil. Saya tidak mau menorehkan lagi malu di muka keluargamu. Apa yang terjadi malam itu biarlah cuma kita yang tahu. Saya mau mereka melihat pernikahan kita karena didasari cinta, bukan karena terpaksa.”

Tubuh Reygan membeku seketika. Ayrin bahkan menangkap raut pria itu berubah cerah usai menangkap maksudnya.

“Jadi, kamu mau menikah dengan saya?”

Ayrin hanya mengangguk pelan  dengan canggung. Namun, Reygan tidak mempedulikannya. Dia memeluk tubuh Ayrin dengan erat dan mencium keningnya dengan lembut.

“Saya akan mengatakannya sekarang juga, Rin. Saya harap kamu tidak berubah pikiran.”

Ayrin membalas pelukan Reygan, tanpa sadar jika dirinya baru saja masuk ke dalam perangkap buaya yang lebih besar.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Julia Hasyim
Gilak ya keluarga nya Gilak eh sepupu nya jg sama aja najis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 6 Pernikahan

    Pernikahan dadakan Ayrin dan Reygan berlangsung dengan gemerlap dan meriah. Sebagai ratu sehari, mereka berdiri di pelaminan dengan pakaian pengantin yang memukau. Ayrin terlihat anggun dalam gaunnya yang berkilauan, sementara Reygan gagah dengan setelan mewah yang membalut tubuhnya. Senyum tak pernah lepas dari bibir mereka, meskipun kelelahan mulai terasa sebab ribuan tamu tak kunjung usai menyalami mereka. Di tengah senyumannya, juga lantunan doa-doa tamu, di kejauhan, Ayrin merasakan ketegangan ketika pandangannya bertemu dengan Rayden, cinta masa lalunya yang kini menjadi kakak iparnya. Pria itu menatapnya dengan tatapan tajam, tanpa ekspresi yang jelas, sambil memegang minuman di tangannya. Ayrin merasa detak jantungnya meningkat, menciptakan getaran aneh di dalam dirinya.Ingatannya tiba-tiba kembali pada saat beberapa tahun lalu ketika Rayden tegak di hadapannya untuk mengakhiri hubungan mereka.“Kita tidak bisa melanjutkan semua ini, Rin. Saya akan menikah dengan Veranda. Se

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 7 Malam Pertama?

    "Masih belum tidur?" tanya Reygan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan setengah telanjang. Hanya ada handuk yang melingkari pinggangnya, juga sebuah handuk kecil di leher. Tubuh pria atletis itu terlihat begitu segar.Ayrin menoleh, wajahnya memanas. Selama beberapa saat matanya masih tertuju pada otot-otot di tubuh suaminya."Ayrin," panggil Reygan yang membuyarkan lamunannya. "I..iya. Belum. Kamu baru mandi?" Ayrin menggigit bibir bawahnya dan langsung merutuki pertanyaan bodohnya. "Kamu nggak mandi?" Bukannya menjawab, Reygan malah balik bertanya. "Eh... iya. Aku mandi sekarang." Ayrin segera melangkah, melewati Reygan sambil menahan napasnya. Rasa canggungnya masih belum hilang. "Mau saya bantu?" Kata-kata yang Reygan ucapkan dengan tenangnya itu berhasil menghentikan Ayrin."Bantu... bantu apa?" tanya Ayrin dengan gugup."Kamu bisa buka gaun itu sendiri?" tanya Reygan dengan santai. "Bantu buka resleting belakangnya aja," sahut Ayrin setelah cukup lama diam.Reygan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 8 Degup Jantung

    “Sebaiknya berhenti membandingkan diri kamu sama Ayrin.” Veranda tidak berhenti bertanya dan membandingkan dirinyadengan Ayrin. Ciuman dari siapakah yang lebih menggairahkan untuk Reygan? Apakahpria itu menyentuh istrinya sebelum menemui Veranda di sini—di Puncak?Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Reygan seketika dikuasaiamarah. Ia telah mengorbankan waktunya dengan meninggalkan sang istri untukmenemui kekasihnya. Namun, yang ia dapatkan justru kecurigaan juga rasaketidaknyamanan dari Veranda. “Kenapa?” wanita itu bertanya dengan pandangan menuntut padaReygan.“Sudah jelas kamu yang menang. Kenapa harus terus cemburusama dia.” Reygan berusaha menenangkan perasaan Veranda di sela pikiran danemosinya juga nyaris tersulut.Veranda mendengus kesal. “Tetap saja aku nggak tenang.Meskipun Ayrin nggak mungkin masuk dalam kategori wanitamu, tapi—”Reygan bisa membaca kegundahan hati Veranda. Tanpa banyakbicara lagi, pria itu merengkuh tubuh Veranda lalu mengurung wanita itu dibawa

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 9 Kegelisahan

    “Sudah mau pergi, Mas?” tanya Ayrin yang mengejutkan Reygan. Pria itu terlihat tertegun saat melihat Ayrin yang sudah terjaga. “Kenapa kamu nggak bangunin aku dan selalu pergi diam-diam?” lanjut Ayrin, sementara Reygan masih diam di tempatnya. Sudah tiga minggu telah berlalu sejak Ayrin terbangun tanpa kehadiran Reygan di sisinya. Setiap pagi, rasa kosong itu semakin terasa, menyisakan pertanyaan yang tak terjawab di dalam hati Ayrin. Pada malam di mana Reygan memeluknya, Ayrin merasa seperti ada ikatan yang terjalin. Namun sejak saat itu, semuanya menjadi berbeda. Reygan seperti menghindar darinya.“Tidurmu nyenyak sekali, saya—”“Kamu sudah biasa bangun dan berangkat kerja sepagi ini?” potong Ayrin sambil menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 04.15. Reygan belum menjawab, ponselnya sudah bergetar. Ia menatap Ayrin dengan tatapan yang sulit diartikan. “Saya–”Ayrin membungkam ucapan Reygan dan bersuara, “Kalau memang kamu sibuk sekali sampai harus berangkat pukul segini… lai

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 10 Mengalah Untuk Sementara

    “Kita nggak bisa bertemu dulu untuk sementara waktu. Jadi, tolong jangan hubungi aku, terutama di hari libur.”Rupanya, kata-kata Ayrin malam itu begitu membekas untuk Reygan. Terbukti, ketika ia bertemu dengan Veranda usai mereka meluapkan hasrat gila, pria itu mengangkat isu ini pada kekasihnya.“Apa maksud kamu?” tuntut Veranda dengan kesal sambil mendongakkan kepalanya ke arah Reygan yang berbaring di sampingnya. Reygan tahu Veranda akan kesal dan marah. Namun, ia juga harus memikirkan posisi Ayrin. Gadis polos tak bersalah itu tidak boleh lagi jadi korban keegoisannya.“Ayrin sudah mulai curiga. Dia sadar aku selalu menghindar,” balas Reygan dengan gemas. “Yang benar aja. Kita ini sudah jarang ketemu, Rey. Setiap hari kamu sibuk di kantor mertuamu. Kita cuma bisa bertemu saat kamu libur… dan sekarang—”“Aku harus gimana lagi, Ra? Sejak awal kan ini rencana kamu.” Reygan mengacak rambutnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia memotong ucapan Veranda dengan cepat. Veranda mendengus k

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 11 Kekecewaan

    “Malam ini kamu jangan pulang terlalu malam ya, Mas.”Reygan menoleh sambil memasang dasinya. “Ada acara apa memangnya?” Ayrin tersenyum. “Kita jarang sekali makan malam bersama. Aku mau sesekali masak makan malam untuk kamu. Masa kita ketemu waktu sarapan aja. Itu pun cuma sebentar.”“Saya usahakan, ya,” balas Reygan, membuat air muka Ayrin berubah murung. “Saya usahakan pulang cepat, Rin. Kalau sekitar pukul 9 bagaimana?” lanjut Reygan.Senyum Ayrin kembali merekah. “Aku akan menunggu, Mas.” Namun, senyum bahagia Ayrin pagi tadi terasa sia-sia. Ia menunggu pria itu pulang hingga matanya terasa berat dan akhirnya tertidur di sofa. Ternyata Reygan memang tidak kembali ke apartemennya. Ayrin menghela napas berat, kekecewaan memenuhi relung hatinya. Seolah-olah, segala upaya yang dia lakukannya tak berguna. Makan malam yang ia buat dengan sepenuh hati pun tak tersentuh sama sekali.Tangan Ayrin yang gemetar mencoba memegang ponsel, dan setiap panggilan yang tak dijawab hanya mena

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 12 Apa Kamu Menyesal?

    “Sudah siap?” tanya Reygan, suara mesin mobilnya masih terdengar pelan di udara malam yang sejuk.“Apa kamu sudah lama menunggu di sini?” seru Ayrin, suaranya dingin seiring ia mengaitkan sabuk pengaman di tubuhnya. Ada ketidaknyamanan yang terasa di udara, Reygan merasakannya.Reygan menyadari satu hal tentang Ayrin, bahwa gadis itu seringkali menjawab pertanyaan dengan bertanya kembali. "Baru saja sampai," jawabnya sambil menatap tajam Ayrin. "Kamu sudah siap?"Ayrin mengernyitkan dahinya, bertanya dengan nada acuh tak acuh, “Siap apa?”“Loh, saya belum bilang sama kamu?”Ayrin menggeleng. “Bilang apa?”“Mama mau kita makan malam di rumah.”“Kita pulang dulu, kan?”Reygan menggeleng pasti. “Kita langsung ke sana. Kalau pulang dulu takut macet.” Ayrin menghela napas panjang. Sementara Reygan hanya tersenyum sambil melirik ke arah jam tangannya. “Tenang, kita bisa mandi dan ganti di rumah. Masih ada waktu sebelum makan malam. Daripada balik ke apartemen, lebih baik kita mandi di sana

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 13 Mempertahankan Perkawinan

    Suasana di meja makan terasa sangat canggung bagi Ayrin. Apalagi dengan tatapan Rayden dan Veranda yang seolah tak pernah lepas darinya. “Makanmu kok cuma sedikit, Rin. Lagi diet atau makanannya nggak sesuai selera?” tanya Vina tanpa nada menyindir. “Nggak… nggak kok, Ma. Makanannya enak, Ayrin suka,” balas Ayrin dengan salah tingkah karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Vina tersenyum lalu kembali bertanya dengan santai, “Gimana rencana bulan madu kalian? Sudah ada rencana mau pergi ke mana?” Ayrin hanya terdiam, ia melirik ke arah Reygan yang ada di sampingnya. Merasa diperhatikan, Reygan pun menoleh. “Belum ada rencana apa-apa, Ma. Masih nunggu Ayrin selesai koas,” sahut Reygan, berusaha meredakan kecanggungan. Vina mengangguk pelan. “Kalau soal baby gimana? Masih belum ada rencana juga? goda Vina. Wajah Ayrin memerah, ia melirik lagi ke arah suaminya. “Rey mau Ayrin fokus dulu menyelesaikan pendidikannya, Ma,” balas Reygan dengan sabar. Mamanya itu memang senan

Bab terbaru

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 173 Lembar Penutup

    Ayrin duduk dengan gelisah di sebuah bangku kayu yang menghadap kolam. Hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan, harapan, dan kecemasan. Dia terus memandangi jalan setapak yang mengarah ke taman, menunggu kehadiran Lily. Frans telah berjanji untuk membawa gadis itu ke sana, dan saat itu akhirnya tiba.Ketika Lily muncul di kejauhan, melangkah mendekatinya dengan perlahan, Ayrin merasa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya. Gadis itu tumbuh menjadi remaja cantik, penuh pesona, namun di mata Ayrin, Lily masih seperti anak kecil yang dulu pernah hilang dari pelukannya.Mereka saling pandang untuk beberapa saat, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan itu begitu penuh makna, seolah semua yang ingin mereka katakan sudah tercurah dalam tatapan mereka."Lily..." suara Ayrin bergetar saat dia akhirny

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 172 Dia yang hilang (Akhirnya kembali)

    Frans tampak gelisah ketika dia menemui Ayrin di tempat prakteknya. Sejenak mereka hanya saling bertatapan, seolah kata-kata yang ingin diucapkan Frans begitu berat untuk disampaikan."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, Rin," kata Frans akhirnya, suaranya terdengar gemetar.Ayrin menatapnya dengan cemas. "Ada apa sih, Frans? Kenapa akhir-akhir ini kamu aneh sekali?" desaknya, penasaran dan khawatir karena tidak biasanya Frans datang ke tempat prakteknya dengan ekspresi seperti ini."Kamu tidak sakit, kan?" tuntutnya lagi dengan nada gemetar, takut kalau-kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.Frans menggelengkan kepalanya perlahan, tatapannya penuh kebimbangan. Dia menatap Ayrin dengan lekat, seakan mencari keberanian dalam pandangannya sebelum akhirnya

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 171 Seperti putriku yang hilang

    "Selamat datang, silakan duduk," sambut Ayrin dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar bahagia.Lily dan Frans duduk di tempat yang telah disiapkan, dan tanpa menunggu lama, mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia. Suasana terasa nyaman dan akrab, seolah mereka sudah menjadi satu keluarga besar."Wah, masakan Tante memang oke juga," puji Lily dengan jujur setelah mencicipi satu suapan. "Semuanya enak, Tan."Ayrin baru akan menjawab, tetapi Rania dengan cepat menyela. "Iya, dong. Masakan Mama emang yang paling enak," ujarnya penuh kebanggaan. Pujian itu membuat semua orang di meja makan tersenyum."Kalau begitu, aku main ke sini setiap hari deh, biar bisa makan enak terus," goda Lily sambil melirik ke arah Rania.

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 170 Kembali utuh 2

    Setelah semua ketegangan ini mereda, Ayrin dan Reygan kembali ke rumah mereka sambil saling bergandengan tangan, perasaan lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka."Hai, Sayang," sapa mereka pada anak-anaknya yang tengah duduk bersama di ruang keluarga. Rian dan Rania, yang sedang asyik dengan aktivitas mereka, segera menoleh bersamaan. Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan senyum bahagia membuat hati mereka meledak oleh kebahagiaan."Mama dan Papa nggak akan berpisah, kan?" tanya Rian dengan hati-hati setelah beberapa saat lamanya mereka duduk bersama. Ada kekhawatiran di balik tatapan matanya yang polos, kekhawatiran akan perpisahan yang mungkin terjadi lagi.Reygan tersenyum sambil menoleh ke arah Ayrin, tatapannya penuh kasih. "Bodoh kalau Papa melepaskan wanita sebaik Mama, Rian," katanya dengan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 169 Kembali utuh

    Setelah akhirnya pulih, Ayrin memutuskan untuk menemui Lily bersama Reygan.Saat mereka masuk, mata Lily menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Tidak ada lagi sorot tajam dan kebencian seperti dulu. Yang terlihat di sana hanyalah penyesalan yang mendalam. Gadis itu menundukkan kepalanya, suaranya gemetar saat berkata, "Maafkan Lily, Tante. Maafkan sikap Lily selama ini."Ayrin merasakan gelombang kesedihan mengalir di hatinya. Dia mendekati Lily dengan langkah pelan dan mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. "Maafkan Tante juga, Lily. Maaf karena sikap Tante membuatmu salah paham. Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini," balasnya dengan suara bergetar.Lily pun menangis, menumpahkan segala penyesalan dan kesedihannya di dada Ayrin. Dalam dekapan hangat itu, semua ketegangan yang selama ini a

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 168 Di ambang hidup dan mati

    Ayrin menatap wajah Lily yang pucat di ranjang rumah sakit sebelum operasi transplantasi ginjal yang sebentar lagi akan dilakukan. Hatinya serasa diremas melihat betapa rapuhnya gadis itu. Di dalam hatinya, ada perasaan yang tak terlukiskan. Entah dari mana datangnya perasaan ini, setiap kali berada di samping gadis ini, dia merasakan ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka, seolah-olah Lily adalah bagian dari dirinya sendiri.Dengan lembut, Ayrin membelai kepala Lily, sentuhan yang penuh kasih dan kelembutan, seakan gadis itu adalah anaknya sendiri. "Cepatlah sembuh, Lily. Cepatlah kembali pulih. Izinkan Tante meminta maaf padamu. Izinkan Tante menjelaskan semuanya," bisik Ayrin dengan suara yang hangat namun penuh harap. Matanya berkaca-kaca, berharap agar gadis itu segera membuka mata indahnya lagi.Jika dulu Ayrin sangat tidak menyukai tatapan Lily yan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 167 Penebusan dosa

    Reygan duduk di sudut ruang tunggu rumah sakit, dengan tatapan kosong yang menatap ke langit-langit putih yang terang. Setiap hari, ia merasa tersiksa oleh pertanyaan tak terjawab dan rasa bersalah yang membelit hatinya. Air mata sering kali tak bisa ia tahan lagi, mengalir deras ketika melihat Rania yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang perawatan, dan Lily yang masih berjuang untuk hidupnya."Kalau memang dosa-dosaku lah yang menyebabkan semua ini. Tolong limpahkan semuanya padaku, Tuhan. Jangan pada anak istriku. Mereka tidak bersalah. Akulah yang penuh dosa," gumam Reygan dengan suara gemetar, bibirnya bergetar dalam keputusasaan yang mendalam.Tidak hanya Reygan yang dihantui rasa bersalah yang mendalam, tetapi juga Frans. Setiap hari, pria itu duduk di sisi ranjang Lily, memegang tangannya yang lemah, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Kat

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 166 Tak sesuai harapan

    Reygan melangkah masuk ke dalam klub malam yang gemerlap, tempat di mana dia pertama kali bertemu dengan Lily. Lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip dan musik yang menghentak keras tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran yang menghimpit hatinya. Dia menelusuri setiap sudut klub, berharap menemukan gadis itu di antara kerumunan orang. Namun, sia-sia. Lily tidak terlihat di mana pun."Di mana kamu, Lily?" bisiknya putus asa pada diri sendiri, suaranya tenggelam di tengah bisingnya musik. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya dengan setiap detik yang berlalu tanpa menemukan gadis itu.Dia hampir tergoda untuk mengalihkan perasaannya dengan segelas minuman. Namun, saat tangan terulur menuju bar, ponselnya bergetar. Panggilan dari Ayrin menyentak kesadarannya."Lily, Mas. Kami sudah bertemu d

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 165 Masih belum terlambat

    Ayrin dan Reygan kembali bersama ke rumah sakit. Langkah mereka terayun mantap, seakan sudah menemukan keputusan besar yang akan mengubah segalanya. Ketika Frans melihat mereka, matanya langsung menangkap sinyal yang jelas—Ayrin telah membuat keputusan untuk memaafkan suaminya."Jadi, inikah kejutannya?" kata Frans dengan tenang, matanya yang penuh pengertian menatap dalam ke mata Ayrin. Setelah Reygan pergi ke sudut lain ruangan untuk memberi keduanya privasi, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara."Maafkan aku, Frans," gumam Ayrin sambil menundukkan kepalanya, jemarinya saling meremas dengan gelisah. Dia merasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu, tetapi tahu bahwa dia harus melakukannya.Frans mendekat dan memegang kedua pundak Ayrin dengan lembut namun tegas, memaksa wanita itu men

DMCA.com Protection Status