Jika Shawn melakukan hal sebesar membalas dendam pada Berry, dia pasti akan datang untuk memamerkan hal ini pada Camilla."Sudahlah, siapa pun boleh! Dia pantas meninggal, siapa suruh dia sejahat itu! Dia bahkan bisa menindas seorang anak berusia empat tahun!" seru Luna.Luna yang mengikuti Camilla naik ke lantai tujuh merasa kelelahan hingga napasnya terengah-engah. "Camilla, aku akan memberimu uang, sewa lantai bawah, ya.""Pemandangan di luar jendela lantai tujuh bagus," kata Camilla."Bagus apanya?! Tinggi sekali, bahkan kakiku pun gemetaran!" seru Luna."Artinya kamu harus olahraga," kata Camilla sambil menyeka keringat di ujung hidungnya. Kemudian, dia pergi ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.Liam sedang menemani Shella menggambar. Dia terdiam sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan untuk Freddie, menyuruh Freddie untuk membeli rumah."Apa syaratnya, Bos?" tanya Freddie.Liam berpikir sejenak. Camilla suka melukis, jadi harus ada satu ruang baca.
Sedangkan Camilla duduk di sofa dengan ekspresi serbasalah.Apakah dia benar-benar harus tidur sekamar dengan Liam?Saat Liam selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya yang masih basah, dia bertanya pada Camilla yang tampak serbasalah, "Kamu mau ketahuan, ya?"Camilla tentu saja tidak ingin ketahuan. Dia hanya berkata, "Aku ... aku belum mengantuk."Liam hanya meliriknya sekilas tanpa mengucapkan apa pun. Kemudian, dia pergi ke dapur dan menuang segelas air, lalu meminumnya secara perlahan.Camilla diam-diam menatap Liam. Pria ini baru mandi, jadi rambutnya tidak serapi biasanya dan menutupi keningnya, membuatnya terlihat jauh lebih lembut dan ramah.Melihat Liam mengenakan pakaian rumah berwarna abu-abu yang Camilla belikan untuknya, wajah Camilla terasa agak panas. "Pas di badanmu, ya," kata Camilla.Liam hanya menunduk untuk melihat pakaiannya, lalu mengiakan ucapan Camilla sambil meletakkan gelasnya. Kemudian, dia berjalan ke arah kamar.Camilla berpikir, 'Bagaimana kalau mal
Kepala Camilla miring, menunjukkan garis lehernya yang indah, membuat Liam kembali merasa sengsara.Dia menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuh Camilla dengan selimut itu, lalu menarik sisi lain selimut itu dan berbaring.Malam ini, Camilla tidur sangat lelap.Saat cahaya matahari pagi menyinari ruangan, bulu matanya yang panjang bergetar, lalu dia membuka matanya secara perlahan.Ketika dia melihat wajah pria tampan yang dekat dengannya, dia seketika tersentak dan langsung tersadar.Sejak kapan dia berpelukan dengan Liam?Dia bahkan menggunakan lengan Liam sebagai bantalnya!Camilla langsung mendorong Liam dan bertanya, "Kenapa kamu memelukku?"Liam yang bangun karena suara Camilla pun mengernyit dengan kesal dan berkata, "Kamulah yang tidurnya aneh, bersikeras mau memelukku dan nggak bisa dilepas!"Selama semalaman, Liam merasa sangat tersiksa!Sudut bibirnya Camilla berkedut. Saat dia hendak turun dari ranjang, tubuhnya dibalikkan oleh Liam dan ditahan di atas ranjang."Semala
Camilla hampir tertawa dengan absurd. "Apa maksudmu? Jelas-jelas akulah yang seharusnya bilang kalau aku nggak akan menganggap serius kejadian itu!""Saat kita menikah, aku sudah bilang, jangan punya ide yang nggak-nggak. Aku nggak akan menyukai wanita mana pun!" kata Liam. Dengan sebelah tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, dia menatap Camilla dengan tatapan dominan.Camilla merasa tersinggung, dia pun berkata, "Tuan Liam, kamu narsis sekali, ya! Kamu kira semua wanita di dunia ini punya niat tersembunyi terhadapmu?"'Aneh sekali!''Aku yang dicium secara paksa, tapi malah aku yang disalahkan!' pikir Camilla."Memangnya bukan, ya?" Liam mendengus dengan sinis.Dia sudah berpikir keras sepanjang pagi.Dengan pengendalian dirinya, dia tidak mungkin terus-menerus kehilangan kendali seperti ini, pasti Camilla melakukan sesuatu padanya!Adapun bagaimana Camilla melakukannya, seharusnya selama ini, setelah mengetahui bahwa dia tidak menyukai wanita yang genit dan licik, Camilla men
"Aku nggak bisa menerima mobil kakakmu! Kondisi kakinya nggak baik, nggak mudah baginya untuk mendapatkan uang. Mobil ini hampir 400 juta, entah sudah berapa lama dia menabung uang itu! Kamu juga nggak boleh menerima pemberian kakakmu," kata Liam.Kemudian, dia berkata lagi, "Aku juga nggak memerlukan imbalan apa pun."Camilla tidak menyangka bahwa Liam yang sombong juga memiliki sisi yang baik hati dan pengertian seperti ini. "Aku akan membayar kakakku!" kata Camilla."Kalau begitu, anggap saja itu mobilmu!" Liam memasukkan kunci mobil itu ke tangannya Camilla, tetapi Camilla menyodorkannya kembali."Aku nggak bisa mengemudi, aku nggak punya SIM," kata Camilla.Liam mengernyit dan bertanya, "Zaman sekarang, masih ada orang yang nggak bisa mengemudi?"Camilla mengangkat bahunya dan berkata, "Aku nggak suka mobil! Terlebih lagi, biaya untuk merawat mobil dan isi bahan bakar sangat mahal. Aku nggak punya uang lebih untuk merawat sebuah mesin pembakar uang!"Camilla harus menabung untuk b
Rambut wanita ini diikat dengan gaya ekor kuda. Dia mengenakan gaun hitam dan sepatu bot tinggi. Dia menyilangkan tangannya dengan sikap yang tidak ramah."Kamu siapa?" tanya Camilla. Dia tidak mengenali wanita ini."Kamu nggak perlu tahu aku siapa!" Leony tidak ingin memberi tahu Camilla namanya karena wanita licik ini tidak layak untuk mengetahui namanya."Aku temannya Shawn Marvin!"Saat Leony menyebut namanya Shawn, ekspresi Camilla yang selalu lembut langsung menjadi dingin. "Ada apa kamu mencariku?"Leony mengamati Camilla dari atas ke bawah dengan tatapan penuh penghinaan.Saat dia jalan-jalan di luar negeri dengan Shawn, dia pernah mendengar tentang Camilla dari Shawn.Kata Shawn, kali ini dia pulang negeri, dia akan melamar Camilla. Leony bahkan menyemangatinya dan menanti pernikahan mereka.Namun, kemarin, saat Leony bertemu dengan Shawn, Shawn sudah mabuk total. Kata Shawn, Camilla sudah meninggalkan dirinya dan menikah dengan pria lain. Shawn terus menangis dan berteriak ke
Dia mengira bahwa pernikahan Camilla hanyalah sebuah trik kecil untuk memancing Shawn. Dia tidak tegas melihat sahabatnya bersedih."Nona cantik, kamu menyukai Shawn, 'kan?" Camilla menatap Leony lekat-lekat, membuat Leony merasa agak panik."Jangan ... jangan asal bicara! Aku nggak menyukainya, kami hanya teman!" seru Leony."Aku harap kalian bisa berpacaran secepatnya, pertahankan dia baik-baik, lalu menghilang bersama dari duniaku!" kata Camilla.Dengan sangat kesal, Leony mengeluarkan pena perekam suara dari tasnya."Aku sudah merekam semuanya, aku akan membiarkan Shawn mendengar semua yang kamu ucapkan, agar dia tahu betapa nggak berperasaannya kamu," kata Leony."Nggak masalah," kata Camilla sambil berbalik dan berjalan menghampiri Susan yang masih menangis. Sedangkan Leony juga mengikutinya."Aku dan Shawn akan menanti berapa lama kamu dan suamimu bisa saling mencintai! Pasangan miskin akan hidup susah, hubungan kalian nggak akan tahan lama!" seru Leony."Kalian akan kecewa kare
Leony yang berada di satu sisi langsung mengeluarkan ponselnya dan berseru, "Baguslah! Ayo lapor polisi!"Namun, Camilla malah menahan Leony, membuat Leony memelototinya dengan kesal. "Muridmu dianiaya, tapi kamu nggak lapor polisi dan malah mau melindunginya? Jangan-jangan kalian sepihak, ya?"Tanpa menghiraukan Leony, Camilla berkata pada Johan, "Pak Johan, kalau kamu nggak minta maaf, aku nggak bisa jamin rekaman ini nggak akan didengar oleh istrimu."Kemudian, Camilla mencari akun WhatsApp istrinya Johan."Camilla, kenapa kamu bisa punya WhatsApp istriku?!" Johan mulai panik."Dengar-dengar, Pak Johan takut istri, jadi aku mencari nomor teleponnya. Reputasi Pak Johan di kalangan kontraktor kurang baik, jadi aku harus selalu punya rencana cadangan untuk melindungi diriku sendiri!" kata Camilla."Kamu!" Johan merasa murka hingga seluruh tubuhnya bergetar.Camilla mengirimkan nomor telepon istrinya Johan ke grup kerja mereka, supaya para mahasiswi lainnya juga menyimpan nomor tersebut