Sementara itu diluar kota sana, Silvi sedang menemani Tio untuk mengurus bisnisnya. Kebetulan sekali itu adalah tempat kelagiran Tio, karena saat ini mereka berada dikota tersebut maka Tio memutuskan untuk mengajak Silvi ke rumahnya. Sebelumnya beberapa hari yang lalu mereka hanya menginap dihotel, sebenarnya waktu itu Tio sudah mengajak Silvi ke rumah orang tuanya langsung namun Silvi menolak. Dengan alasan karena orang tua Tio belum mengetahui secara langsung pernikahan mereka, apalagi mereka baru menikah secara siri.Kedua orang tua Tio hanya tahu Zara sebagai menantu mereka, makanya Silvi butuh waktu untuk mempersiapkan diri untuk bertemu dengan orang tua suaminya itu.Mobil yang dikendarai oleh Tio dan Silvi sudah memasuki pelataran rumah, degub jantung Silvi seakan bekerja lebih cepat dari biasanya. Ia deg degan karena sebentar lagi akan bertemu dengan mertuanya, semoga saja orang tua Tio bisa menerimanya dengan baik."Sayang, ayo turun kita sudah sampai." ucap Tio sambil memega
"Oke, maaf kalau membuat kamu tidak nyaman Ri. Sebenarnya aku hanya ingin minta maaf saja sama kamu dan anak kita atas apa yang dulu aku lakukan sama kalian berdua, aku sangat memyesal sekali. Jika waktu dapat diputar kembali aku ingin mempertahankan kalian disamping aku Ri." ujar Rian dengan berkaca kaca."Aku harap kamu mau memaafkan semua kesalahanku."Mungkin ini yang dinamakan penyesalan, penyesalan yang membuat siapapun yang merasakannya menjadi sesak. Ya penyesalan memang selalu datang diakhir, karena kalau diawal namanya berubah menjadi pendaftaran. Apalagi ketika kita masih mempunyai sedikit rasa yang terpendam untuk orang itu, tetapi orang itu lebih bahagia bersama dengan yang lain dari pada dengan dirinya."Aku sudah memaafkan kamu sejak lama, tapi kalau untuk melupakan semua yang telah terjadi rasanya masih sulit. Apalagi saat kamu mengusir aku dan menjatuhkan talak, tidakkah kamu perduli dengan anak kamu yang masih sangat kecil? Semuanya masih membekas diingatan ini, jik
Esok hari,Riri bangun lebih dulu dari pada suamuinya, ia tersenyum mengingat kejadian semalam. Padahal awalnya ia sedang menangis bahkan Kevin juga terlihat emosi karena perkara mantan suami Riri, namun malah berujung pada kegiatan panas mereka. Ia melihat wajah Kevin yang terlelap dengan damai. Riri meringis ketika baru menurunkan kedua kakinya kebawah, area sensitivnya begitu nyeri ."Ssshhh, aduuhhh. Nyeri sekali rasanya, astaga suamiku itu yah benar benar deh membuat aku menjadi susah berjalan saja. Hampir aja semalam aku dibuat pingsan olehnya!" celoteh Riri.Riri berjalan dengan posisi sedikit ngangkang, semalam Kevin benar benar menggempurnya habis habisan. Meskipun lembut karena tak ingin menyakiti anak dalam kandungan istrinya, nyatanya Kevin seakan tidak mengenal lelah hingga memintanya sampai beberapa ronde. Mungkin jika semalam Riri tidak sampai tertidur, Kevin akan mengajaknya berolah raga sampai pagi.Setelah selesai membersihkan dirinya dan tampak lebih segar, Riri kem
"Mmmm, Sayang..." ucap Riri."Yaa?""Ituuu, kamu tidak mau pakai bajukah? Itu belalai sampai melambai lambai kesana kemari loh!"Ucapan Riri sukses membuat Kevin tersadar, dan dia langsung menoleh ke bawah. Dan benar saja ternyata dia tidak memakai apapun, astaga!"Aaaaaaaaaaa....." teriak Kevin.Astoge!Kevin berteriak kencang, sampai Riri menutup kedua telinganya yang terasa berdenging bahkan matanya pun ikut tertutup saat ini. Baru kali ini Riri mendengar suaminya itu berteriak seperti itu, dan itu sukses membuatnya terkejud."Astaga! Sayang. Kenapa berteriak sih!" teriak Riri juga karena kalau ia berbicara dengan nada biasa pasti tidak akan terdengar oleh Kevin, karena saking kencangnya pria itu berteriak."Eh, kok pakek nanya sih sayang. Aku kan malu sama kamu!" ucap Kevin.HahRiri melongo, "Buat apa malu, kan aku udah sering lihat! Kalau kita sedang berolahraga Mas.""Eh, iya ya. He he he, lupa."Doeng.....Riri menepuk keningnya sendiri melihat tingkah sang suami, sedangkan or
"Saya paham. Terima kasih Dok.""Berarti istri saya diperbolehkan pulang kan?""Iya Tuan."Setelah selesai, Dokter Selena dan para petugas medis kembali ke ruangannya sendiri sebab masih harus menangani pasiennya yang lain. Tepat saat itu Mami sudsh kembali ke ruangan Riri bersama dengan Kayla.Namun Maria heran karena Kevin sedang bersiap untuk kembali menggendong Riri."Lho, mau dibawa kemana menantu Mami Vin?""Pulang Mi." jawab Kevin."Pulang?" beo Maria."Iya, Riri hanya kelelahan saja dan kekurangan cairan jadi tidak perlu dirawat inap Mi.""Tunggu, maksudnya kelelahan? Memangnya Riri masih mengerjakan aktivitas yang berat berat?""Mmmm, n-nggak Mi. Hanya saja semalam kami...." ucap Kevin menggantung."Astaga Kevin! Jadi istrimu begini karena kelakuan kamu?""He he, maaf Mi.""Ya sudah ayo kita pulang sekarang." ujar Maria berjalan terlebih dahulu."Eeehh, kamu mau ngapain?" tanya Maria ketika ia berbalik badan dan melihat Kevin yang akan kembali menggendong tubuh Riri."Ya mau
Kevin berjalan menuju kamarnya untuk melihat apakah sang istri sudsh terbangun atau belum, ia tidak sempat menghabiskan sarapannya karena nafsu makannya mendadak lenyap terbawa angin sebab tindakan Jihan. Sungguh, dia tidak nyaman perempuan itu berada dirumahnya. Kevin masuk ke dalam kamarnya ternyata Riri masih memejamkan matanya, ia mendekati ranjang itu."Sayang kau sudah bangun?" tanya Kevin kepada sang istri.Riri mulai menggeliat kecil, ketika Kevin mengelus lembut rambut sang istri. Ia mengamit lengan kekar Kevin, seolah tak ingin melepasnya."Sayang...." panggil Kevin."Mmmhhh." jawab Riri dengan suara serak khas orang bangun tidur."Ayo bangun, katanya pengen susu coklat.""Tapi aku malas, Mas.""Terus gimana dong?""Mata aku rasanya masih berat Mas.""Bangun dulu yok, sarapan dulu sama minum susu.""Mmmmm, malas." rengek Riri.Kevin menunduk menatap wajah cantik sang istri yang masih saja terpejam, namun tangannya masih setia dalam dekapan tubuh wanita itu."Jadi mau tidur a
"Ck, sudahlah. Cepatlah kamu suapi wanita manja itu, nanti kamu terlambat ke kantor. Oh ya, nanti aku ikut nebeng ya. Mau ke Kantor kamu." ucap Jihan.Kedua manusia itu menoleh ke arah Jihan, menatapnya dengan aneh."Ke kantor? Mau ngapain?" bukan Kevin ataupun Riri, melainkan Maria yang bertanya. Ya dia yang sedang membawa Kayla masuk, tak sengaja mendengar ucapan Jihan barusan."Tante." lirih Jihan."Mau ngapain kamu ke kantor Kevin?" tanya Maria lagi."Mmmhh, hanya untuk melihat lihat saja Tan. Aku ingin belajar dari kantor Kevin, tak apa kan Tan?" tanya Jihan gugup.Maria menyadari kegugupan Jihan yang tercetak jelas diwajahnya, ia menjadi curiga dengan anak dari sahabatnya itu."Oh, boleh kok." ucap Maria."Tapi Mi...." protes Kevin."Sudahlah Vin, biarkan saja. Dia kan hanya ingin belajar dari kantor kamu.""Tapi Kevin hari ini gak akan ke kantor, Mi. Riri minta ditemenin, gak mau jauh dari aku katanya."Maria menatap datar Riri kemudian tersenyum, Jihan pikir Maria akan marah k
Hari ini Ibu Tio sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, selama berada di rumah sakit. Tio dan Silvi selalu menjaganya, sebab ayah Tio sudah wafat. Dan dirumahnya, Ibu Tio hanya tinggal sendiri yang kadang ditemani oleh keponakan Tio yang tinggal diKota itu.Mereka berdua selalu menjaga wanita paruh baya tersebut, siang dan malam. Namun nyatanya sampa saat ini mereka pulang ke rumah pun, sikap Ibu Tio kepada Silvi tak berubah. Masih menampakan ketidaksukaaannya terhadap perempuan itu yang dianggap sebagai orang ketiga dalam rumah tangga anaknya."Minum obatnya dulu Bu." ucap Silvi lembut.Ibu Tio hanya meliriknya sekilas, terlihat jelas jika ia tak menyukai Silvi."Ben nek kono wae!" jawabnya.(Biar disitu saja!)Ibu Tio mencoba meraih obat dan juga gelas yang berisi air minum itu, namun sayangnya Silvi menaruh gelas itu terlalu jauh dari posisi dimana Ibu Tio berada. Apalagi kondisi Ibu Tio masih terlalu lemah, bahkan beliau saja hanya berada diatas ranjangnya saja.Prang....By