Kevin berjalan menuju kamarnya untuk melihat apakah sang istri sudsh terbangun atau belum, ia tidak sempat menghabiskan sarapannya karena nafsu makannya mendadak lenyap terbawa angin sebab tindakan Jihan. Sungguh, dia tidak nyaman perempuan itu berada dirumahnya. Kevin masuk ke dalam kamarnya ternyata Riri masih memejamkan matanya, ia mendekati ranjang itu."Sayang kau sudah bangun?" tanya Kevin kepada sang istri.Riri mulai menggeliat kecil, ketika Kevin mengelus lembut rambut sang istri. Ia mengamit lengan kekar Kevin, seolah tak ingin melepasnya."Sayang...." panggil Kevin."Mmmhhh." jawab Riri dengan suara serak khas orang bangun tidur."Ayo bangun, katanya pengen susu coklat.""Tapi aku malas, Mas.""Terus gimana dong?""Mata aku rasanya masih berat Mas.""Bangun dulu yok, sarapan dulu sama minum susu.""Mmmmm, malas." rengek Riri.Kevin menunduk menatap wajah cantik sang istri yang masih saja terpejam, namun tangannya masih setia dalam dekapan tubuh wanita itu."Jadi mau tidur a
"Ck, sudahlah. Cepatlah kamu suapi wanita manja itu, nanti kamu terlambat ke kantor. Oh ya, nanti aku ikut nebeng ya. Mau ke Kantor kamu." ucap Jihan.Kedua manusia itu menoleh ke arah Jihan, menatapnya dengan aneh."Ke kantor? Mau ngapain?" bukan Kevin ataupun Riri, melainkan Maria yang bertanya. Ya dia yang sedang membawa Kayla masuk, tak sengaja mendengar ucapan Jihan barusan."Tante." lirih Jihan."Mau ngapain kamu ke kantor Kevin?" tanya Maria lagi."Mmmhh, hanya untuk melihat lihat saja Tan. Aku ingin belajar dari kantor Kevin, tak apa kan Tan?" tanya Jihan gugup.Maria menyadari kegugupan Jihan yang tercetak jelas diwajahnya, ia menjadi curiga dengan anak dari sahabatnya itu."Oh, boleh kok." ucap Maria."Tapi Mi...." protes Kevin."Sudahlah Vin, biarkan saja. Dia kan hanya ingin belajar dari kantor kamu.""Tapi Kevin hari ini gak akan ke kantor, Mi. Riri minta ditemenin, gak mau jauh dari aku katanya."Maria menatap datar Riri kemudian tersenyum, Jihan pikir Maria akan marah k
Hari ini Ibu Tio sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, selama berada di rumah sakit. Tio dan Silvi selalu menjaganya, sebab ayah Tio sudah wafat. Dan dirumahnya, Ibu Tio hanya tinggal sendiri yang kadang ditemani oleh keponakan Tio yang tinggal diKota itu.Mereka berdua selalu menjaga wanita paruh baya tersebut, siang dan malam. Namun nyatanya sampa saat ini mereka pulang ke rumah pun, sikap Ibu Tio kepada Silvi tak berubah. Masih menampakan ketidaksukaaannya terhadap perempuan itu yang dianggap sebagai orang ketiga dalam rumah tangga anaknya."Minum obatnya dulu Bu." ucap Silvi lembut.Ibu Tio hanya meliriknya sekilas, terlihat jelas jika ia tak menyukai Silvi."Ben nek kono wae!" jawabnya.(Biar disitu saja!)Ibu Tio mencoba meraih obat dan juga gelas yang berisi air minum itu, namun sayangnya Silvi menaruh gelas itu terlalu jauh dari posisi dimana Ibu Tio berada. Apalagi kondisi Ibu Tio masih terlalu lemah, bahkan beliau saja hanya berada diatas ranjangnya saja.Prang....By
Riri kembali menoleh ke arah Kevin, laki kaki itu menampilkan wajah datarnya kepada para peserta rapat yang hadir diperusahaan."Sayang sedang sibuk ya?" tanya Riri polos."Nggak kok, sayang. Rapatnya akan dilanjutkan oleh asistenku, tapi laporan akan tetap saya periksa. Jika sampai masih ada kesalahan, maka bersiap siaplah kalian angkat kaki dari perusahaan Pratama." tutur Kevin dingin."Baik Tuan."Setelah berkata seperti itu, Kevin segera mematikan sambungan videonya, kemudian ia memandang wajah ayu istrinya yang masih terlihat mengantuk."Mau lanjut tidur tuan putri?" tanya Kevin."Tadinya masih pengen tidur, tapi kok jadi udah gak ngantuk lagi ya sayang?" ujar Riri pelan."Ya sudah kalau begitu, makan buahnya dulu ya sayang. Tadi sudah aku siapin tuh." Riri mengangguk pelan tanda mengiyakan.Kevin beranjak dari tempat duduk untuk mengambil buah yang sudah disiapkannya untuk sang istri, ia membawanya ke tempat Riri berada. Tanpa membuang banyak waktu, Riri telah menghabiskan poton
Sedang asik bercanda dan tertawa bersama dikediaman Pratama, Munculah sosok Jihan disana. Dia baru saja pulamg entah dari mana setelah perdebatannya tadi bersama Riri. Ia menatap tak suka ke arah Riri, hal itu bisa ditangkap jelas oleh Joana.Joana yang heran melihat keberadaan wanita asing dikediaman keluarga kakak angkatnya itu pun mengerutkan dahinya, namun ia merasa tidak asing dengan wajah perempuan itu. Ia menoleh sekilas ke arah Riri yang masih sibuk bercanda dengan anak perempuannya."Kak." panggil Joana karena merasa penasaran dengan perempuan itu, ia masih mencoba mengingat ngingatnya."Iya?" jawab Riri singkat dengan menoleh sekilas kemudian melihat Kayla kembali."Itu siapa?" tanya Joana."Hmmm, mana?"Joana menunjuk Jihan yang sedang berada didapur untuk mengambil minum. Sebagaimana Joana yang masih lupa dengan wajah Jihan, begitupun sebaliknya. Jihan tak mengenali Joana sebab penampilan Joana sekarang terlihat lebih tertutup dari sebelumnya. Ya sejak memutuskan untuk ber
Pov JihanNamaku Rihana Jihan Lestari, seorang wanita cantik bertubuh langsing bak gitar spanyol. Aku perempuan asli Indonesia, namun saat kelas satu SMP keluargaku tiba tiba mengajak pindah secara mendadak dengan alasan bisnis keluarga Papaku yang berada diluar negri mengalami masalah sehingga harus segera diurus. Papanya yang tidak tega untuk meninggalkan keluarga kecilnya, akhirnya memutuskan untuk memboyong mereka semua ke luar negeri.Padahal saat itu, aku sedang melancarkan aksinya untuk mengerjai Kevin plus menikmatinya. Namun itu semua harus gagal total sebab ada seseorang yang mengganggunya, yang membuat dirinya kabur karena ia berpikir saat itu yang mengganggu aksinya adalah seekor hantu.Eh malah ketika ia pulang ke rumah, dihadapkan dengan keluarganya yang sedang ribut berbenah memindahkan barang yang akan dibawa mereka pindah.Cukup lama keluarga kami tinggal di Amerika, saat itu pula aku tak mengetahui bagaimana kabar dari sahabat masa kecilku Kevin. Samar samar aku pern
Jihan yang semakin gugup, mencoba mengalihkan topik. Dia segera mengambil makanan untuk mengisi piringnya."Lebih baik sekarang kita makan saja, nanti keburu dingin makanannya." ucap Jihan.Riri menghentikan makannya sejenak, kemudian melihat ke arah Jihan yang masih sibuk mengiri piringnya."Bukannya tadi sore kamu baru saja makan ya Mbak? Sudah lapar lagi toh, kok kayak Ibu menyusui saja cepet banget kelaperan." celetuk Riri membuat potongan ayam yang sedang diambil oleh Jihan jatuh seketika karena ia kaget mendengar ucapan perempuan itu."Lho, hati hati Mbak. Itu sampai jatuh lauknya." ujar Riri bingung."Ahh, i-iya tadi tangan aku licin makanya sampai jatoh ayamnya." kilah Jihan membuat semua orang yang ada disana memandang aneh ke arahnya.Mereka melanjurkan makannya dalam diam, Jihan menghela napas pelan. Bersyukur karena tidak ada yang mengungkitnya lagi, tanpa disadari Riri melihat hal tersebut dengan mata memicing. Jujur saja Riri masih merasa aneh dengan sikap Jihan, ia yaki
Setelah Riri jauh lebih tenang dari sebelumnya dan berhenti menangis, akhirnya Riri kembali tertidur. Mungkin karena terlalu lelah menangis sehingga membuatnya mengantuk. Kevin membiarkan sang istri tidur dengan nyenyak, ia akan keluar sebentar untuk sarapan pagi terlebih dahulu dan menyiapkan sarapan serta susu hamil untuk Riri nanti ketika sudah bangun. "Lho, Riri mana Vin? Gak ikut kita sarapan bareng?" tanya Mami."Dia ketiduran Mi, sepertinya capek karena terlalu lama menangis." jawab Kevin."Hah, ada apa dengan Riri? Kenapa dia menangis? Tadi juga Mami sempet denger ada ribut ribut, sebenarnya ada apa?" cecar Maria.Kevin menghela napasnya pelan, sebelum menjawab pertanyaan dari Ibunya yang serentetan itu."Tadi Rian datang kemari." "Rian? Untuk apa?""Dia menuduh Riri yang menghasut Joana untuk bercerai dengannya, dia datang dengan tiba tiba dan langsung marah marah pada istriku Mi." ujar Kevin penuh amarah."Apa? Gila dia, datang datang langsung menuduh menantuku yang tidak
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa