Share

Bab 115. Andai Jujur

Author: Imamah Nur
last update Last Updated: 2024-02-28 16:32:18

Mendengar suara Bastian Bobby menoleh ke arah pintu dan menelan ludah.

"Karena Abang telah menyia-nyiakannya. Arandita berhak bahagia." Bobby mencoba meluapkan kekesalan.

"Mulai sekarang tidak lagi, aku akan menjamin kebahagiaan istriku, jadi kamu tidak perlu ikut memikirkannya." Bastian menatap Bobby dengan aura dingin.

"Kupegang janji Abang, kalau sampai ingkar, aku bersumpah akan menculik Arandita dan membawanya pergi jauh dari sini, dan Abang tidak akan melihat lagi Arandita seumur hidup Abang."

Arandita terbelalak mendengar ancaman Bobby.

"Kau tenang saja, aku pastikan kau tidak akan punya kesempatan untuk melakukan itu." Bastian menaruh makanan di brankar dan duduk.

"Aku suapi ya Sayang," ujarnya sambil membuka bungkus makanan. Arandita melihat ke arah Bobby sebentar lalu mengangguk.

"Boleh Mas."

Bastian tersenyum ke arah Bobby seolah ingin mengatakan bahwa dirinyalah pemenang atas hati Arandita. Bobby hanya membeku kala melihat Bastian menyuapi Arandita dan melihat Arandita men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 116. Anak Bastian

    "Maaf kalau kali ini lancang, sebenarnya saya malas Pak, takut ada fitnah yang macam-macam lagi tentangku. Sekarang keluarga sudah yakin semua kalau saya adalah pria normal hanya dengan mereka mendengar kabar bahwa Nyonya Arandita keguguran. Saya tidak mau dikabarkan macam-macam lagi berkaitan dengan Friska setelah digosipkan yang tidak benar dengan Bapak.""Ya ampun, jadi kamu bersyukur begitu karena kami kehilangan calon bayi kami?! Aku tidak menyangka kau setega itu pada kami berdua." Bastian menggelengkan kepala."Eh, eh, bukan begitu Pak, saya hanya mengambil hikmahnya saja.""Yasudah kalau kamu tidak mau mengurusi Friska, perintahkan siapa saja yang bisa yang bisa menjaga Friska di rumah sakit!" "Siap Pak!"Bastian menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali duduk di samping Arandita. Kembali ia menggenggam tangan sang istri. "Kau istirahatlah!"Arandita mengangguk lalu merebahkan tubuh dibantu Bastian."Mas tidak kerja hari ini?" Bastian menggeleng."Hari ini hari kita. H

    Last Updated : 2024-02-29
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 117. Buktikan!

    "Itu karena Bastian tidak mau menikah denganku padahal waktu itu aku memang tengah hamil dan kamu sendiri menghilang dari kehidupanku. Aku bukan pura-pura mati tapi memang ingin bunuh diri karena putus asa.""Cih, kau pikir aku percaya? Dasar wanita ular." Lean kembali mendorong tubuh Friska dengan kasar lalu beranjak dari sisinya. Sebelum keluar dari apartemen Friska, pria itu mengangkat kaki dan hendak menginjak bayi yang sedang menangis histeris di atas lantai.Rafi hanya melongo menyaksikan tingkah pria itu yang tidak seperti biasa. Di matanya Lean adalah Leo. Terlebih sikap Friska yang begitu tenang saja melihat putranya hendak disakiti."Kalau kau putra Bastian, menyesal aku membiarkanmu terlahir ke dunia. Kau seharusnya mati!" Lean menatap ke bawah sambil menyeringai. Kasih sayangnya pada bayi yang telah dirawat selama ini berubah menjadi kebencian setelah tahu bayi tersebut bukan anak kandung melainkan anak dari pria yang merupakan musuh besarnya."Bunuhlah dia agar aku tidak

    Last Updated : 2024-03-02
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 118. Banyak kejutan

    "Oke." Bastian langsung menyanggupi permintaan Arandita. Sepertinya ini adalah cara satu-satunya untuk membuktikan bahwa anak itu bukanlah keturunan Bastian."Raf, bawa bayi itu kemari!""Apa?! Pak Bastian tidak salah bicara?""Kau pikir aku mabuk?!""Ah iya Pak maksud saya apa tidak apa-apa jika Nyonya melihat bayi ini?""Dia yang minta!" Bastian langsung menutup panggilan telepon, sedikit kesal dengan Rafi dan semua tingkah yang dia ambil."Ba–ik Pak," ucap Rafi lalu mulai bersiap-siap untuk ke rumah sakit. Ia langsung meminta bayi Friska yang sedang digendong oleh seorang karyawati."Bisakah kau ikut denganku? Aku takut dia menangis sementara aku menyetir."Apa boleh Pak?""Boleh, masalah izin aku yang urus!"Karyawati itu mengangguk dan mengembalikan bayi dari tangan Rafi. Dengan mobil Rafi, mereka menuju rumah sakit.Di luar ruangan Rafi dan seorang perempuan mengetuk pintu kamar rawat Arandita."Masuk!" perintah Bastian. Setelah Rafi membuka pintu pria Itu menahan agar keduanya

    Last Updated : 2024-03-03
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 119. Rencana Jahat Friska

    Setelah 3 hari dirawat di rumah sakit akhirnya Arandita diperbolehkan pulang. Tentu saja Bastian sangat senang. Pagi-pagi sekali dia sudah datang ke rumah sakit bersama Bik Lin untuk membantu berkemas."Akhirnya kamu sehat lagi Sayang," ujarnya sambil mendekap tubuh Arandita yang kini tengah duduk di atas brankar. Bibirnya beberapa kali mengecup kening sang istri.Arandita hanya membalas dengan senyuman, meskipun kata dokter sudah sehat, tetapi bibirnya masih nampak pucat. Hal itu membuat Bastian sedikit ragu untuk membawanya pulang."Tapi kita tunggu dokter dulu ya siapa tahu kamu masih belum sehat benar, ya meskipun katanya kemarin kamu boleh pulang hari ini bisa saja dokter berubah pikiran melihat keadaanmu sekarang. Jadi biarkan dokter mengontrol dulu.""Aku tidak apa-apa Mas, sudah sehat kok, kamu jangan terlalu berpikiran yang berlebihan." Arandita tersenyum untuk meyakinkan Bastian padahal semenjak tengah malam Arandita kembali merasakan pusing dan tubuhnya seakan ingin roboh j

    Last Updated : 2024-03-06
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 120. Terbongkar

    "Aaaargh, panas!" Teriakan melengking dari ruang rawat Arandita mengundang beberapa orang masuk ke dalam."Mas, aku takut." Arandita memeluk Bastian dengan tubuh bergetar. Wajahnya kembali pucat. Sungguh dia ketakutan dengan kenekatan yang dilakukan oleh Friska."Ada apa?" Beberapa warga di rumah sakit masuk ke dalam dengan rasa penasaran."Ada orang gila yang ingin bunuh diri dan mau mengajak istriku," ucap Bastian dengan geram sambil melindungi tubuh istrinya.Friska menyeringai. Tubuhnya yang melepuh membuat dia semakin dendam pada Arandita. Ia maju ke depan dengan mengabaikan rasa sakit dan panas pada wajahnya. Orang-orang memandangnya dengan jijik dan mundur ke belakang."Tolong hentikan dia!" Bastian meminta semua orang agar menahan Friska sedangkan ia tidak bisa bergerak karena Arandita masih menempel pada tubuhnya masih dengan tubuh yang gemetar. Arandita menyembunyikan kepala di bawah ketiak Bastian dan memejamkan mata. Sungguh dia tidak ingin melihat wajah Friska yang beruba

    Last Updated : 2024-03-08
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 121. Gangguan di Jalan

    "Apa perlu aku menjawab? Seharusnya kau bisa menyimpulkan sendiri." Bastian menatap datar Bobby dan yang ditatap hanya menggelengkan kepala. Begitupun dengan Arandita."Hanya satu yang perlu kalian ketahui aku sangat mencintai istriku dan aku tidak akan pernah melepaskan apapun resikonya." Bastian tersenyum pahit ke arah Bobby."Aku hanya ingin mengantarkan makanan yang kalian pesan. Bik Lin masih di luar bersama Annin, anak itu sedang merengek meminta dibelikan mainan." "Terima kasih Bob, kau tidak kerja hari ini? Jangan malas lagi, jangan sia-siakan pengorbanan Mas Bastian yang sudah membantu begitu jauh."Bobby mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam dan menghampiri Arandita. Bobby menaruh masakan Bik Mina di samping Arandita. Sebelum pulang Bik Lin menelpon Bik Mina terlebih dahulu hingga sampai rumah makanan untuk Arandita telah siap diantar ke rumah sakit. Bersama Bobby Bik Lin kembali ke rumah sakit."Cepat sembuh Aran, Annin kembali menganggu hari-hariku karena kamu tidak ad

    Last Updated : 2024-03-10
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 122. Sudah Tahu

    "Lempar pistolnya!" teriak wanita yang bersama Lean. Dia hampir kewalahan menghadapi Bastian dan pembantunya. Lean segera melempar dan wanita itu menangkap dengan sigap."Awas Bik!" teriak Bastian sambil menyenggol bahu wanita yang selama ini telah menjaga layaknya seorang anak. Wanita itu terpental dan jatuh dengan mengaduh kesakitan. Bastian pun ikut jatuh walaupun demikian mereka selama dari tembusan pelor yang berbunyi di udara."Bibi tidak apa-apa?" Bastian membantu Bik Lin bangun sedangkan Arandita masih berusaha mengejar dan merebut Annin dari tanga Lean. "Berikan bayi itu untukku, untuk apa kau mau menculiknya?!" Arandita memukul-mukul lengan Lean dan sekali-kali menendang betisnya. Namun, Lean masih gagah berdiri dan selalu sigap menangkis setiap pukulan dari Arandita."Kau tidak akan mampu melawanku gadis lemah." Lean mencibir Arandita dengan senyuman kecut. Wanita itu langsung berjongkok meraih batu dan hendak dilempar ke arah Lean. Namun, belum sempat batu itu lepas dari t

    Last Updated : 2024-03-12
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 123. Kenyataan Pahit

    Madam Kline menyunggingkan seulas senyuman sambil menatap Lean yang juga balas tersenyum. Sebentar lagi riwayat Bastian akan tamat tanpa perlu bersusah-payah lagi dan mengotori tangan mereka."Tapi aku pikir kalianlah yang pantas pergi dari dunia ini karena kalian lebih jahat dari paman Pramoedya!" Leo berbalik dan kini menodongkan pistol ke arah adik dan ibu kandungnya. Bastian membekap mulut dengan mata membelalak kaget. Dia pikir Leo benar-benar akan menghabisi dirinya dan lebih memihak pada keluarga sendiri. Tenyata dugaannya salah dan terbalik."Lalu apa maksudmu mengatakan dia lebih jahat dari papa?" Pertanyaan terlontar begitu saja dari mulut Bastian. Leo hanya menjawab dengan senyum sinis, ekspresinya tak tertebak. Bastian bergidik ngeri, Leo tidak seperti yang ia kenal dimana begitu supel dan humoris. Kini tatapan pria itu terlihat menakutkan."Apa maksudmu? Sudah tahu papanya dia yang memisahkan kita, kenapa kamu malah menuduh kami yang jahat?" Lean sama sekali tidak paham d

    Last Updated : 2024-03-13

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 144. Ending

    Apa iya air susunya tidak enak? Kalau iya kenapa baru sekarang hal ini terjadi? Kenapa tidak sebelumnya Brian menolak ASI-nya? "Sabar Non, Nyonya besar hanya salah bicara, beliau tidak bermaksud membuat Non Aran sedih." "Iya Bik." Arandita mencoba tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat pias. Bagaimanapun dia tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaannya. "Kalau masih menyusui jangan makan sembarangan, itu ngaruh pada kesehatan anak," ucap nenek lagi dan Arandita hanya manggut-manggut tanpa mau protes sedikitpun. "Atau kamu masuk angin? Bik tolong ambil kerokan dan minyak kayu putih! Biasanya kalau Bastian memuntahkan air susu waktu kecil Amira meminta tolong untuk dikerokin dan akhirnya Bastian mau menyusu lagi." "Oh jadi Mas Bastian juga pernah begini Nek?" Anggukan nenek membuat Arandita dapat menghembuskan nafas lega. Baginya mungkin Brian menurun dari papanya. Bik Lin datang dengan tergesa-gesa dengan benda yang diminta oleh nenek. "Ayo dibuka bajunya biar Brian di

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 143. Penolakan.

    Agresia tidak menggubris seruan Arandita dan malah bergerak cepat menuju pagar rumah yang terbuka lebar. "Cegah dia jangan sampai kabur!" perintah Bastian pada beberapa anak buahnya. Tidak menunggu lama pintu pagar sudah ditutup dan Agresia kebingungan untuk keluar dari pekarangan rumah tersebut. "Gres tunggu!" Akhirnya Arandita bisa menangkap tangan Agresia. "Apa kabar kamu?" "Seperti yang kamu lihat Aran, maaf kalau aku ikut numpang makan di tempat ini. Aku tidak tahu kalau ini adalah rumahmu. Aku pikir kamu masih tinggal di rumah papa." Agresia menunduk dan meremas kedua tangannya. "Tidak masalah siapapun bebas makan di tempat ini karena ini adalah acara syukuran anak pertama kami. makanya pintu pagar kami dibiarkan terbuka lebar biar siapa saja boleh masuk." "Oh ya, selamat ya!" "Makasih." "Jangan pergi, bergabunglah dengan kami semua." "Maafkan atas semua kesalahanku di masa lalu Aran, Aku menyesal sekarang." Arandita menatap Agresia dengan pandangan iba kemudia

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 142. Bertemu Kembali

    "Bastian!" Leo menatap wajah Bastian dengan tatapan sendu. "Maaf aku baru bisa kemari. Istriku melahirkan dan baru saja sadar dari pingsannya." "Arandita pingsan?" Bastian mengangguk. "Tapi sudah enakan." "Lebih baik kamu nggak usah kemari, jangan tinggalkan Arandita sendirian, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" "Ada Bik Lin dan juga papa." Leo menatap Bastian kemudian pada Bobby yang mengangguk kecil. "Paman Pramoedya ... tolong sampaikan maafku pada beliau atas kesalahan Mommy. Semasa hidup Mommy mengatakan ingin meminta maaf langsung pada Paman Pram, sayangnya beliau tidak mau datang menemui Mommy. Saat kami mencoba menemui, beliau selalu menghindar. Aku mengerti beliau masih marah sama perbuatan mommy. Selama tinggal bersamaku mommy mengatakan menyesal melakukan itu semua. Tolong ya Bas bujuk paman Pram agar mau memaafkan mommy biar jenasahnya bisa tenang." Bastian menepuk bahu Leo. "Nanti aku sampaikan. Kamu tidak perlu memikirkan yang lain urus saja pemakaman mom

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 141. Kita Akan Selalu Bersama

    Saat dokter sedang memeriksa Arandita tangis bayinya mereda. Hal itu membuat suster langsung menaruh bayinya ke dalam box bayi. Namun hal itu tidak membuat otot-otot Bastian yang tegang kembali rileks. Dia masih belum bisa bernafas dengan tenang selama kondisi istrinya belum dinyatakan membaik. "Bagaimana Dokter?" tanya Bastian masih dengan wajah pucat karena rasa khawatir yang berlebihan. "Tuan tenang saja sebentar lagi Nyonya Arandita akan sadar." "Saya tidak bisa tenang jika Istri saya belum siuman," ucap Bastian kesal. Bagaimana mungkin dokter menyuruh dirinya tenang sementara Arandita masih belum sadar dari pingsannya. "Sebentar lagi, tidak ada yang serius pada diri pasien mungkin hanya kelelahan saja." Bastian tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia hanya menelpon Bik Lin dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Dia perlu teman untuk menunggui Arandita dan bayinya. Saat Bik Lin meminta sopir untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit Pramoedya mendengarnya lalu me

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 140. Hari Kelahiran dan Kematian

    "Sudah apanya?" tanya Bastian tidak sadar. "Sudah dijahit," jawab dokter seraya tersenyum ramah. "Oh." Bastian manggut-manggut. "Ini Tuan putranya, silahkan diadzani," ucap suster menyerahkan bayi yang baru lahir itu ke tangan Bastian. Ternyata bayinya sudah selesai dibersihkan. Bastian menerima bayi tersebut dan mengadzaninya. Selama melantunkan kalimat adzan Arandita terdiam menghayati kalimat tersebut. Ia terharu sampai menitikkan air mata karena telah dipercayakan oleh Tuan untuk merawat seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Sungguh itu adalah rezeki yang tidak terkira. Ditambah lantunan suara adzan dari bibir Bastian mengalun merdu dan syahdu. Arandita tidak menyangka suara Bastian begitu indah dan lembut menyentuh pendengaran. Suaminya itu seolah muadzin yang kerapkali mengumandangkan adzan di masjid-masjid. Setelah selesai Bastian mengecup kening putranya. "Selama datang jagoan Ayah! Selamat bergabung di keluarga kecil kita." "Sekarang dia harus di IMD Tuan,"

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 139. Melahirkan

    "Pasti, kami akan berusaha semaksimal mungkin Tuan. Tuan tenang saja saya lihat keadaan istri Anda tidak ada masalah dengan kesehatan maupun kandungannya. Jadi insyaallah proses persalinannya akan berjalan lancar." "Aaamiin ya Allah. Saya boleh menemani istri saya Dok?" "Oh tentu saja boleh, ini bisa menjadi semangat juga untuk istri Anda." Bastian mengangguk dan dokter mempersilahkan Bastian untuk ikut masuk sebelum akhirnya menutup pintu. Kini Bastian dan Arandita berada dalam ruang persalinan dibantu oleh seorang dokter dan seorang perawat. Arandita meringis kesakitan kala perutnya mengalami kontraksi kembali. "Aduh sakit Mas," rintihnya lalu kembali turun dari tempat tidur dan berjalan ke sana kemari sambil menahan rasa sakit. "Rasanya aku nggak tahan dengan sakitnya," keluh Arandita, bahkan perempuan itu duduk berdiri duduk berdiri untuk meminimalisir rasa sakit. "Kalau sakit itu tandanya normal karena ada pergerakan dari bayinya. Justru kalau tidak sakit itu yang perlu

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 138. Kontraksi

    Beberapa bulan kemudian Bastian baru pulang ke rumah setelah malam sudah semakin larut. "Kemana aja sih Mas, baru pulang. Dari tadi perutku sakit terus ini," protes Arandita sambil menyalami tangan Bastian lalu membantu membuka jas suaminya. "Biar aku yang naruh tasnya. Sekarang masih sakit?" "Nggak, mungkin karena sudah melihat papanya datang anak kita kembali anteng." "Ternyata kangen juga dia sama papanya ini. Sorry ya Sayang tadi lupa ngabarin, tadi aku sibuk banget. Abis nganterin Rafi ke panti asuhan terus ke rumah sakit," jelas Bastian lalu mencium perut istrinya yang buncit. "Papa kangen sama kamu. Jangan nakal sama mama, kasihan dia sudah gendong kamu selama 8 bulan lebih." Bastian lalu mengusap perut Arandita dengan lembut. "Waduh dia nendang Sayang, mungkin kesal dan mau ikutan protes karena papanya pulang telat," ucap Bastian lalu terkekeh. "Mas ke panti asuhan jenguk putranya Friska?" Bastian mengangguk. "Rafi mau menjemput dia kembali setelah dititipkan pada

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 137. Suami Siaga

    Akibat janjinya pada Arandita akhirnya Bastian mengalah dan memilih tinggal di rumah Pramoedya untuk beberapa hari ke depan sebab di sana banyak orang yang bisa dimintai tolong untuk mengawasi istrinya yang hamil selama dia pergi ke kantor. Jangan lupakan bahwa Arandita menginginkan makan masakan Bobby setiap hari dan Bastian sudah menyetujuinya dalam waktu 7 hari saja. Oleh karena itu agar lebih mudah dalam mengabulkan permintaan Arandita Bastian memilih tinggal di rumah lamanya ini. "Abang yang punya istri kok saya yang dipaksa masak terus?" Kadang Bobby juga protes saat Bastian meminta Bobby menyiapkan makanan untuk Arandita di pagi-pagi buta padahal pria itu masih mengantuk. "Ya mau gimana lagi orang itu ponakan kamu yang menginginkan, mau punya ponakan ileran?!" Begitulah selalu jawaban Bastian yang membuat Bobby mendesah kasar lalu melakukan apa yang diminta oleh Bastian. Selama Bobby memasak Bastian menemani di dapur bahkan terkadang keduanya bekerjasama jika dirasa Bobby sa

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 136. Badmood

    "Ya Allah Sayang, aku jadi bingung harus bahagia atau sedih ini?" Bastian benar-benar bingung, di satu sisi dia senang akan segera mendapatkan momongan Namun, di sisi lainnya dia juga sedih karena dengan kehamilan Arandita membuat dirinya harus menjauh dari sang istri. Sepertinya bayi dalam kandungan Arandita tidak menyukai ayahnya sendiri karena selalu merasa bau saat berdekatan dengannya. "Pokoknya Mas tunggu di situ aja, nggak usah masuk kamar mandi!" Arandita menunjuk ke sisi Bastian. Bastian langsung tidak bergerak. Arandita masuk ke dalam kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Bastian menatap punggung Arandita dengan rasa iba. Ia ingin berbuat seperti suami yang lainnya yang siap siaga dan memijit belakang leher istrinya yang sedang muntah, tetapi apa daya Arandita malah melarangnya dan Bastian sendiri tidak mau Arandita semakin muntah jika dirinya mendekat. Saat selesai muntah Arandita mengibaskan tangan agar Bastian menyingkir dari tempatnya berdiri saat ini. "Ngenes ama

DMCA.com Protection Status