Arial menutup laci di meja ruangannya setelah menyimpan kotak cincin pernikahannya dengan Keyla. Di jari manis tangan kirinya tersemat cincin silver polos yang baru ia kenakan lagi setelah malam selepas akad dua bulan lalu. ‘Mungkin sudah saatnya’, batinnya.
Papa memintanya segera ke ruangannya karena tim Pengacara datang bersama satu orang profesional IT yang akan mengungkap siapa dalang dibalik tersebarnya foto dan rekaman suara itu. Dengan langkah besar Arial berjalan. “Setelah tahu siapa pelakunya gue akan apain tuh orang ya? Gue gak terima Keyla jadi bahan bulan-bulanan satu rumah sakit.” katanya bermonolog. Arial membuka pintu ruangan papa. Ia pikir ia akan disambut oleh tim Pengacara dan profesional IT. Nyatanya di dalam ruangan papa hanya ada tante Puri yang sedang berdiri menunjuk Keyla sinis. Tante Puri membuang nafasnya sambil melirik Arial, “Aku tuh yakin banget, Pras, yang unggah foto dan rekaman suara itu adalah Keyla sendirArial dan Keyla menghentikan prosesi ciuman itu. Mereka menatap tante Puri yang berdiri di lawang pintu dengan terkejut. “Tante Puri?” kata mereka kompak. Tante Puri masih melotot, “Kalian—” Arial duduk disamping Keyla yang malu karena ketahuan sedang melakukan pemanasan, “Ada apa tante kesini? Bukannya tante lagi rapat di aula?” Dengan nafas tertahan tante Puri menunjuk keberadaan tas tangannya di meja papa, “Tante mau ambil tas.” Tante Puri berjalan cepat mengambil tas sambil melirik Keyla, “Ck, belum selesai masalah rekaman suara itu, sekarang kamu lagi merekam aksi kalian buat di unggah lagi di web?” Keyla menatap tante Puri tanpa bicara. Hatinya sedikit kebal karena nyatanya ia hanya terkejut dan tidak merasa sakit hati seperti biasa. Arial bangkit dari sofa, “Saya mau bicara sebentar sama tante.” Arial keluar lebih dulu, disusul tante Puri yang menutup pintu dengan kencang. Arial terus berj
Keyla berdiri tidak tenang menatap jendela besar diruangan papa. Arial dan papa ada disana, duduk bergeming menunggu keputusan lanjutan dari komisi disiplin dan petinggi lain mengenai status praktik klinis yang dilakukan Keyla disini dan diskors yang sedang di jalani Arial. Kemarin saat rapat, Kepala Panitia Ko-As membacakan permintaan banyak pasien dan staf poli obgyn untuk memindahkan praktik klinis Keyla dari sini. Hal tersebut masih jadi bahan pertimbangan banyak pihak. Mengenai Arial yang bisa kembali praktek hari ini pun masih jadi perbicangan serius. “Kamu lagi mikirin apa, Key?” Keyla menoleh, menatap papa yang duduk begitu tenang, “Aku takut Jasmine gak akan kesini. Dia pasti sembunyi, pa. Dia gak akan berani dateng sampe... aku gak tahu sampe kapan.” “Kamu tenang aja, Key.” tutur Arial datar. Keyla menatap Arial kesal, “Kakak gak kenal sama Jasmine. Dia mana mungkin menyerahkan diri gitu aja. Dia pasti langsung cari ta
Jasmine menuruti permintaan Keyla demi masih bisa melakukan praktik klinis di rumah sakit ini. Semua petinggi rumah sakit, bersama Kepala Bagian Obgyn, Konsulen, dan Panitia Ko-as sudah berunding dan mengambil kesimpulan Keyla dan Arial adalah korban. Esok hari mereka sudah diperbolehkan melakukan aktivitas masing-masing. Sedangkan untuk Jasmine statusnya ditentukan oleh Keyla. Papa dan Arial tidak ikut campur. Mereka tidak pernah tahu apa yang Keyla rasakan sehingga benar-benar membiarkan Keyla mengambil keputusannya sendiri. “Key, hari ini kamu masih jaga di ruang bersalin?” tanya Arial begitu mobil berhenti di parkiran basement. “Heem.” “Kamu tenang aja, orang-orang gak akan ada yang berani macem-macem sama kamu. Kemaren klarifikasi permintaan maaf Jasmine udah di unggah secara luas.” Keyla mengangguk, “Ya udah aku turun duluan ya, kak.” tangannya sudah membuka pintu mobil, tapi ditahan Arial, “Kenapa?” Arial mend
“Kak!” Keyla siap menyecar Arial. “Kami permisi, dok.” salah satu dari dokter residen berpamitan. Mereka langsung balik badan dan menghilang dari hadapan Keyla dan Arial. Keyla menutup mata dan menusap dahinya yang tiba-tiba terasa berputar. Seharusnya saat Arial akan menciumnya ia menghindar atau pergi begitu saja. Ia yakin Arial tidak akan mengejarnya juga. Sekarang semua tinggal penyesalan. Ia juga tinggal menunggu waktu orang-orang kembali menghujatnya. Tak ada sepatah kata pun yang Keyla ucapkan saat pergi meninggalkan Arial. Ia sungguh marah sehingga enggan berbicara dengan suami kontraknya. “Key, cepat atau lambat orang-orang pasti tahu kita suami istri.” gumam Arial. Keyla langsung duduk berjaga di depan ruang perawatan. Disana ia berjaga dengan anak ko-as lain. “Kamu udah bawa kopi di Ponek?” tanya teman lelaki Keyla. “Belum. Nanti aja.” “Ambil sekarang, nanti keburu dihabisin loh. Soaln
“Aku... tadi... mau cari Rocky. Iya, aku pikir Rocky ada disini.” “Rocky? Bukannya dia cuti dua hari ini karena harus nganterin mamanya ke Spanyol?” Sarah mengangguk, “Iya, makannya aku lupa. Ya udah aku pergi dulu ya. Key, masuk. Kamu mau sarapan ‘kan sama Arial? Aku pergi ya.” Sarah pergi dengan buru-buru. Ia sampai salah jalan ke arah Ponek hingga harus kembali dengan wajah super tegang. Keyla mengangkat goodie bag pemberian tante Puri, “Kita sarapan bubur ayam, kak.” “Oke, masuk.” Keyla masuk ke dalam ruangan Arial dengan cepat. Kebetulan ia lapar sekali sehingga tidak sabar untuk merasakan bubur Ayam yang sudah disiapkan tante Puri. Yang makan hanya Keyla, karena Arial sibuk mengeringkan rambut Keyla yang basah dengan hairdryer. “Tante Puri kok bisa ya, kak, baiknya tiba-tiba. Dia juga keliatan khawatir banget waktu aku mimisan malem.” “Tahu deh, baru kepikiran mungkin kalo kamu a
“Kenapa, Key? Kamu... takut Arial cemburu?” telisik Qairo. Keyla menggeleng, “Enggak-enggak, bukan. Aku... hmm... aku nunggu sampe semunya kondusif, kak.” “Apanya?” “Ehm... jadi semalem tiba-tiba aja tante Puri jadi baik sama aku. Tadi pagi sampe nanyain keadaan aku semalem yang mimisan, sampe nganterin sarapan juga. Aku... seneng banget, kak. Tapi aku juga takut kalo kita langsung bilang, atau tante Puri tahu kita pacaran, nanti tante Puri jadi... gak suka lagi sama aku.” “Oh itu... iya, kakak juga seneng mama jadi baik lagi sama kamu, kayak pertama kalian saling kenal.” “Jadi kita rahasiain ini dulu ya, kak, dari semua orang. Gak papa ‘kan?” Qairo tersenyum, “Semua senyaman kamu aja.” Keyla ikut tersenyum. Wajahnya merah menahan malu dan tidak percaya karena kini ia memiliki kekasih meskipun harus mengkhianati Arial. Lalu sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. Ia dan Arial hanya menikah kontrak, s
Qairo melangkah cepat menghampiri Keyla yang berdiri di parkiran basement, “Sayang, maaf ya lama.” “Gak papa.” Mereka berpelukkan dan tertawa. “Aku... gak mimpi ‘kan?” tanya Keyla begitu pelukkan mereka terlepas. “Enggak, sayang.” Pipi Keyla merona. Baru kali ini rasanya ia merasakan bahagia yang seperti ini bersama Qairo. “Oyah, tadi om Pras nyari kamu ke ruang piket.” “Hah? Terus gimana? Aduh aku lupa belum bilang sama papa mau pergi.” “Ya gak gimana-gimana. Katanya om Pras mau ajak kamu sama Arial dinner bareng sebelum jaga malem. Arial kebetulan ada disitu.” “Hah? Kak Arial ada di ruang piket?” “Iya, lagi ngobrol sama dokter residen. Dia juga yang kasih tahu om Pras kalo kamu pergi.” Keyla menahan nafasnya. Ia tadi mengatakan akan pergi bersama Qairo. Apa Arial mengatakan pada papa ya, kemana ia pergi? “Kakak.. bilang apa sama papa?” “Kat
Qairo bisa melihat flatshoes milik Keyla terlihat dari luar butik. Ia tidak sempat menahan Sarah dan Rocky yang akan masuk. Keringat sebesar biji jagung di dahi Qairo semakin deras keluar. Ia harus menyiapkan jawaban super masuk akal jika dua temannya bisa menemukan Keyla. “Selamat sore,, ada yang bisa saya bantu?” pramuniaga menyambut kedatangan Sarah dan Rocky ramah. “Mbak, saya mau baju yang di manekin itu.” tunjuk Sarah pada sebuah vintage dress berwarna putih. “Oh yang itu, mari, mbak baju-bajunya ada di dalam.” “Oh iya,” Sarah membalikkan badan menatap Qairo yang tak enak diam, “Qai, kamu gak pulang?” “Iya ini mau.” “Ya udah, aku ke dalem dulu ya.” “Iya.” “Mari, mbak, mas.” Pramuniaga mempersilakan Sarah dan Rocky masuk lebih dalam ke butik. Disaat Sarah dan Rocky masuk, Qairo menunggu Keyla keluar dan mereka akan segera pulang. Mereka akan dinner ditempat lain. “Key,