Keyla berdiri tidak tenang menatap jendela besar diruangan papa. Arial dan papa ada disana, duduk bergeming menunggu keputusan lanjutan dari komisi disiplin dan petinggi lain mengenai status praktik klinis yang dilakukan Keyla disini dan diskors yang sedang di jalani Arial.
Kemarin saat rapat, Kepala Panitia Ko-As membacakan permintaan banyak pasien dan staf poli obgyn untuk memindahkan praktik klinis Keyla dari sini. Hal tersebut masih jadi bahan pertimbangan banyak pihak. Mengenai Arial yang bisa kembali praktek hari ini pun masih jadi perbicangan serius. “Kamu lagi mikirin apa, Key?” Keyla menoleh, menatap papa yang duduk begitu tenang, “Aku takut Jasmine gak akan kesini. Dia pasti sembunyi, pa. Dia gak akan berani dateng sampe... aku gak tahu sampe kapan.” “Kamu tenang aja, Key.” tutur Arial datar. Keyla menatap Arial kesal, “Kakak gak kenal sama Jasmine. Dia mana mungkin menyerahkan diri gitu aja. Dia pasti langsung cari taJasmine menuruti permintaan Keyla demi masih bisa melakukan praktik klinis di rumah sakit ini. Semua petinggi rumah sakit, bersama Kepala Bagian Obgyn, Konsulen, dan Panitia Ko-as sudah berunding dan mengambil kesimpulan Keyla dan Arial adalah korban. Esok hari mereka sudah diperbolehkan melakukan aktivitas masing-masing. Sedangkan untuk Jasmine statusnya ditentukan oleh Keyla. Papa dan Arial tidak ikut campur. Mereka tidak pernah tahu apa yang Keyla rasakan sehingga benar-benar membiarkan Keyla mengambil keputusannya sendiri. “Key, hari ini kamu masih jaga di ruang bersalin?” tanya Arial begitu mobil berhenti di parkiran basement. “Heem.” “Kamu tenang aja, orang-orang gak akan ada yang berani macem-macem sama kamu. Kemaren klarifikasi permintaan maaf Jasmine udah di unggah secara luas.” Keyla mengangguk, “Ya udah aku turun duluan ya, kak.” tangannya sudah membuka pintu mobil, tapi ditahan Arial, “Kenapa?” Arial mend
“Kak!” Keyla siap menyecar Arial. “Kami permisi, dok.” salah satu dari dokter residen berpamitan. Mereka langsung balik badan dan menghilang dari hadapan Keyla dan Arial. Keyla menutup mata dan menusap dahinya yang tiba-tiba terasa berputar. Seharusnya saat Arial akan menciumnya ia menghindar atau pergi begitu saja. Ia yakin Arial tidak akan mengejarnya juga. Sekarang semua tinggal penyesalan. Ia juga tinggal menunggu waktu orang-orang kembali menghujatnya. Tak ada sepatah kata pun yang Keyla ucapkan saat pergi meninggalkan Arial. Ia sungguh marah sehingga enggan berbicara dengan suami kontraknya. “Key, cepat atau lambat orang-orang pasti tahu kita suami istri.” gumam Arial. Keyla langsung duduk berjaga di depan ruang perawatan. Disana ia berjaga dengan anak ko-as lain. “Kamu udah bawa kopi di Ponek?” tanya teman lelaki Keyla. “Belum. Nanti aja.” “Ambil sekarang, nanti keburu dihabisin loh. Soaln
“Aku... tadi... mau cari Rocky. Iya, aku pikir Rocky ada disini.” “Rocky? Bukannya dia cuti dua hari ini karena harus nganterin mamanya ke Spanyol?” Sarah mengangguk, “Iya, makannya aku lupa. Ya udah aku pergi dulu ya. Key, masuk. Kamu mau sarapan ‘kan sama Arial? Aku pergi ya.” Sarah pergi dengan buru-buru. Ia sampai salah jalan ke arah Ponek hingga harus kembali dengan wajah super tegang. Keyla mengangkat goodie bag pemberian tante Puri, “Kita sarapan bubur ayam, kak.” “Oke, masuk.” Keyla masuk ke dalam ruangan Arial dengan cepat. Kebetulan ia lapar sekali sehingga tidak sabar untuk merasakan bubur Ayam yang sudah disiapkan tante Puri. Yang makan hanya Keyla, karena Arial sibuk mengeringkan rambut Keyla yang basah dengan hairdryer. “Tante Puri kok bisa ya, kak, baiknya tiba-tiba. Dia juga keliatan khawatir banget waktu aku mimisan malem.” “Tahu deh, baru kepikiran mungkin kalo kamu a
“Kenapa, Key? Kamu... takut Arial cemburu?” telisik Qairo. Keyla menggeleng, “Enggak-enggak, bukan. Aku... hmm... aku nunggu sampe semunya kondusif, kak.” “Apanya?” “Ehm... jadi semalem tiba-tiba aja tante Puri jadi baik sama aku. Tadi pagi sampe nanyain keadaan aku semalem yang mimisan, sampe nganterin sarapan juga. Aku... seneng banget, kak. Tapi aku juga takut kalo kita langsung bilang, atau tante Puri tahu kita pacaran, nanti tante Puri jadi... gak suka lagi sama aku.” “Oh itu... iya, kakak juga seneng mama jadi baik lagi sama kamu, kayak pertama kalian saling kenal.” “Jadi kita rahasiain ini dulu ya, kak, dari semua orang. Gak papa ‘kan?” Qairo tersenyum, “Semua senyaman kamu aja.” Keyla ikut tersenyum. Wajahnya merah menahan malu dan tidak percaya karena kini ia memiliki kekasih meskipun harus mengkhianati Arial. Lalu sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. Ia dan Arial hanya menikah kontrak, s
Qairo melangkah cepat menghampiri Keyla yang berdiri di parkiran basement, “Sayang, maaf ya lama.” “Gak papa.” Mereka berpelukkan dan tertawa. “Aku... gak mimpi ‘kan?” tanya Keyla begitu pelukkan mereka terlepas. “Enggak, sayang.” Pipi Keyla merona. Baru kali ini rasanya ia merasakan bahagia yang seperti ini bersama Qairo. “Oyah, tadi om Pras nyari kamu ke ruang piket.” “Hah? Terus gimana? Aduh aku lupa belum bilang sama papa mau pergi.” “Ya gak gimana-gimana. Katanya om Pras mau ajak kamu sama Arial dinner bareng sebelum jaga malem. Arial kebetulan ada disitu.” “Hah? Kak Arial ada di ruang piket?” “Iya, lagi ngobrol sama dokter residen. Dia juga yang kasih tahu om Pras kalo kamu pergi.” Keyla menahan nafasnya. Ia tadi mengatakan akan pergi bersama Qairo. Apa Arial mengatakan pada papa ya, kemana ia pergi? “Kakak.. bilang apa sama papa?” “Kat
Qairo bisa melihat flatshoes milik Keyla terlihat dari luar butik. Ia tidak sempat menahan Sarah dan Rocky yang akan masuk. Keringat sebesar biji jagung di dahi Qairo semakin deras keluar. Ia harus menyiapkan jawaban super masuk akal jika dua temannya bisa menemukan Keyla. “Selamat sore,, ada yang bisa saya bantu?” pramuniaga menyambut kedatangan Sarah dan Rocky ramah. “Mbak, saya mau baju yang di manekin itu.” tunjuk Sarah pada sebuah vintage dress berwarna putih. “Oh yang itu, mari, mbak baju-bajunya ada di dalam.” “Oh iya,” Sarah membalikkan badan menatap Qairo yang tak enak diam, “Qai, kamu gak pulang?” “Iya ini mau.” “Ya udah, aku ke dalem dulu ya.” “Iya.” “Mari, mbak, mas.” Pramuniaga mempersilakan Sarah dan Rocky masuk lebih dalam ke butik. Disaat Sarah dan Rocky masuk, Qairo menunggu Keyla keluar dan mereka akan segera pulang. Mereka akan dinner ditempat lain. “Key,
“Kak, buka dong pintunyaaaa.” rajuk Keyla didepan pintu ruang pribadi Arial pagi sebelum praktek rawat jalan dimulai. “Kak, aku mau kasih sesuatu niiih. Buka dong kuncinya.” Keyla mengetuk-ngetuk pintu itu dengan lemas. “Keyla?” tante Puri baru berdiri dibelakang tubuh Keyla. Keyla terperanjat kaget mendapati tante Puri ada disana, “Tante?” “Kamu ngapain disini? Kenapa gak masuk? “Eum... kak Arial lagi ngambek, tan.” “Ah, Arial kayak anak kecil aja. Oyah, sore kemarin kamu kemana? Kok tante gak liat kamu?” Keyla diam. Ia hampir saja lupa bahwa ia dan Qairo sepakat untuk menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang, terlebih dari tante Puri. “Aku abis ketemu temen, tan.” “Oh gitu. Qairo juga ketemu temennya kemarin.” “Oh iya? Aku pikir kak Qairo ada operasi.” “Ada, malemnya.” Keyla manggut-manggut. Jelas ia tahu karena Qairo sekarang selalu melapork
Setelah bertemu bu Fatma, Keyla langsung jaga diruang rawat inap. Ia lebih banyak diam dari biasanya, membuat teman jaganya sedikit kebingungan. Ia pikir Keyla diam karena memikirkan ucapan beberapa staf yang masih diam-diam membicarakannya. “Udah, Key, jangan terlalu di pikirin. Yang penting kamu gak bikin mereka rugi.” Keyla menoleh, “Aku gak mikirin omongan mereka kok. Aku cuma lagi ada masalah.” “Masalah apa?” “Ya ada lah. Aku ke toilet dulu ya.” Sepanjang melangkah menuju toilet, Keyla terus menunduk. Ia sampai tidak sadar didepannya ada Qairo yang tersenyum menungguinya. Qairo keheranan karena kekasihnya seperti tidak memiliki tenaga dalam menjalani hari. Keyla tidak sengaja menubruk tubuh Qairo, membuatnya terperanjat kaget, “Maaf saya gak liat-liat. Maaf.” Ia menunduk merasa bersalah. “Key?” Keyla mengangkat kepalanya, “Kak?” “Kamu kenapa?” Keyla tidak mungkin mengat