“Aku... tadi... mau cari Rocky. Iya, aku pikir Rocky ada disini.”
“Rocky? Bukannya dia cuti dua hari ini karena harus nganterin mamanya ke Spanyol?” Sarah mengangguk, “Iya, makannya aku lupa. Ya udah aku pergi dulu ya. Key, masuk. Kamu mau sarapan ‘kan sama Arial? Aku pergi ya.” Sarah pergi dengan buru-buru. Ia sampai salah jalan ke arah Ponek hingga harus kembali dengan wajah super tegang. Keyla mengangkat goodie bag pemberian tante Puri, “Kita sarapan bubur ayam, kak.” “Oke, masuk.” Keyla masuk ke dalam ruangan Arial dengan cepat. Kebetulan ia lapar sekali sehingga tidak sabar untuk merasakan bubur Ayam yang sudah disiapkan tante Puri. Yang makan hanya Keyla, karena Arial sibuk mengeringkan rambut Keyla yang basah dengan hairdryer. “Tante Puri kok bisa ya, kak, baiknya tiba-tiba. Dia juga keliatan khawatir banget waktu aku mimisan malem.” “Tahu deh, baru kepikiran mungkin kalo kamu a“Kenapa, Key? Kamu... takut Arial cemburu?” telisik Qairo. Keyla menggeleng, “Enggak-enggak, bukan. Aku... hmm... aku nunggu sampe semunya kondusif, kak.” “Apanya?” “Ehm... jadi semalem tiba-tiba aja tante Puri jadi baik sama aku. Tadi pagi sampe nanyain keadaan aku semalem yang mimisan, sampe nganterin sarapan juga. Aku... seneng banget, kak. Tapi aku juga takut kalo kita langsung bilang, atau tante Puri tahu kita pacaran, nanti tante Puri jadi... gak suka lagi sama aku.” “Oh itu... iya, kakak juga seneng mama jadi baik lagi sama kamu, kayak pertama kalian saling kenal.” “Jadi kita rahasiain ini dulu ya, kak, dari semua orang. Gak papa ‘kan?” Qairo tersenyum, “Semua senyaman kamu aja.” Keyla ikut tersenyum. Wajahnya merah menahan malu dan tidak percaya karena kini ia memiliki kekasih meskipun harus mengkhianati Arial. Lalu sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. Ia dan Arial hanya menikah kontrak, s
Qairo melangkah cepat menghampiri Keyla yang berdiri di parkiran basement, “Sayang, maaf ya lama.” “Gak papa.” Mereka berpelukkan dan tertawa. “Aku... gak mimpi ‘kan?” tanya Keyla begitu pelukkan mereka terlepas. “Enggak, sayang.” Pipi Keyla merona. Baru kali ini rasanya ia merasakan bahagia yang seperti ini bersama Qairo. “Oyah, tadi om Pras nyari kamu ke ruang piket.” “Hah? Terus gimana? Aduh aku lupa belum bilang sama papa mau pergi.” “Ya gak gimana-gimana. Katanya om Pras mau ajak kamu sama Arial dinner bareng sebelum jaga malem. Arial kebetulan ada disitu.” “Hah? Kak Arial ada di ruang piket?” “Iya, lagi ngobrol sama dokter residen. Dia juga yang kasih tahu om Pras kalo kamu pergi.” Keyla menahan nafasnya. Ia tadi mengatakan akan pergi bersama Qairo. Apa Arial mengatakan pada papa ya, kemana ia pergi? “Kakak.. bilang apa sama papa?” “Kat
Qairo bisa melihat flatshoes milik Keyla terlihat dari luar butik. Ia tidak sempat menahan Sarah dan Rocky yang akan masuk. Keringat sebesar biji jagung di dahi Qairo semakin deras keluar. Ia harus menyiapkan jawaban super masuk akal jika dua temannya bisa menemukan Keyla. “Selamat sore,, ada yang bisa saya bantu?” pramuniaga menyambut kedatangan Sarah dan Rocky ramah. “Mbak, saya mau baju yang di manekin itu.” tunjuk Sarah pada sebuah vintage dress berwarna putih. “Oh yang itu, mari, mbak baju-bajunya ada di dalam.” “Oh iya,” Sarah membalikkan badan menatap Qairo yang tak enak diam, “Qai, kamu gak pulang?” “Iya ini mau.” “Ya udah, aku ke dalem dulu ya.” “Iya.” “Mari, mbak, mas.” Pramuniaga mempersilakan Sarah dan Rocky masuk lebih dalam ke butik. Disaat Sarah dan Rocky masuk, Qairo menunggu Keyla keluar dan mereka akan segera pulang. Mereka akan dinner ditempat lain. “Key,
“Kak, buka dong pintunyaaaa.” rajuk Keyla didepan pintu ruang pribadi Arial pagi sebelum praktek rawat jalan dimulai. “Kak, aku mau kasih sesuatu niiih. Buka dong kuncinya.” Keyla mengetuk-ngetuk pintu itu dengan lemas. “Keyla?” tante Puri baru berdiri dibelakang tubuh Keyla. Keyla terperanjat kaget mendapati tante Puri ada disana, “Tante?” “Kamu ngapain disini? Kenapa gak masuk? “Eum... kak Arial lagi ngambek, tan.” “Ah, Arial kayak anak kecil aja. Oyah, sore kemarin kamu kemana? Kok tante gak liat kamu?” Keyla diam. Ia hampir saja lupa bahwa ia dan Qairo sepakat untuk menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang, terlebih dari tante Puri. “Aku abis ketemu temen, tan.” “Oh gitu. Qairo juga ketemu temennya kemarin.” “Oh iya? Aku pikir kak Qairo ada operasi.” “Ada, malemnya.” Keyla manggut-manggut. Jelas ia tahu karena Qairo sekarang selalu melapork
Setelah bertemu bu Fatma, Keyla langsung jaga diruang rawat inap. Ia lebih banyak diam dari biasanya, membuat teman jaganya sedikit kebingungan. Ia pikir Keyla diam karena memikirkan ucapan beberapa staf yang masih diam-diam membicarakannya. “Udah, Key, jangan terlalu di pikirin. Yang penting kamu gak bikin mereka rugi.” Keyla menoleh, “Aku gak mikirin omongan mereka kok. Aku cuma lagi ada masalah.” “Masalah apa?” “Ya ada lah. Aku ke toilet dulu ya.” Sepanjang melangkah menuju toilet, Keyla terus menunduk. Ia sampai tidak sadar didepannya ada Qairo yang tersenyum menungguinya. Qairo keheranan karena kekasihnya seperti tidak memiliki tenaga dalam menjalani hari. Keyla tidak sengaja menubruk tubuh Qairo, membuatnya terperanjat kaget, “Maaf saya gak liat-liat. Maaf.” Ia menunduk merasa bersalah. “Key?” Keyla mengangkat kepalanya, “Kak?” “Kamu kenapa?” Keyla tidak mungkin mengat
Qairo dan Keyla saling tatap. Tuh, ‘kan tebakan Keyla tidak salah. Ia sedikit kesal pada kekasihnya karena yang akan kerepotan adalah dirinya. Menghadapi Arial itu harus ekstra pintar dan sabar, karena tahu sendiri lah wataknya seperti apa. Belum lagi ia pasti mengadu pada papa sehingga sudah pasti Keyla akan diserang dua kali lipat. “Eum... itu kak Qai bercanda aja kok. Dia juga bisa manggil sayang ke yang lain, ke kak Sarah misalnya. Aku juga bisa manggil sayang ke kakak, ke kak Rocky.” “Oyah?” Keyla mengangguk. Orang yang dipanggil namanya itu baru datang. Ia keheranan melihat gerombolan disini, “Ada apa nih? Kok pada ngumpul disini?” Tak ada yang bicara. Arial masih melirik Qairo dan Keyla dengan sinis, sedang Keyla sedang memutar otaknya untuk bisa melawan Arial barang untuk saat ini saja. “Eum, kak Rocky, kita boleh ‘kan saling panggil sayang?” “Sayang? Sayang gimana?” “Kayak... kak Rocky sayang, udah makan siang belum?” Mata Rocky berbinar, ia merasa memiliki
Setelah kejadian Qairo memanggil Keyla secara terang-terangan, Arial tidak diam. Ia membicarakan itu dengan papa. Papa tentu saja sangat kaget dan takut. Bagaimana kalau mereka pacaran diam-diam dibelakang mereka? Dengan begitu, atas usul Arial, papa meminta satu pengawal untuk berjaga di dekat Keyla untuk memantaunya. Kini, saat Keyla kembali jaga malam. Ia duduk dengan canggung karena ada orang yang berdiri memperhatikannya. Teman jaganya apalagi. Ia yang sedari awal tidak masalah dengan kasus Keyla, tetap merasa terancam karena kini tahu Keyla bukanlah anak dari orang sembarangan. “Dok, maaf, istri saya dari sore ini tidak merasakan tendangan bayi. Barusan dia nangis karena takut terjadi apa-apa.” lapor suami pasien pada Keyla yang sedang duduk saja. “Oh iya, sebentar, pak, biar saya cek dulu.” Keyla berdiri dan masuk ke dalam ruang rawat inap. Ia melakukan pengecakan seperti yang sering ia lihat dilakukan oleh dokter residen dan konsulen. Keyla mengambil alat Fetal Dopple
Minggu pagi, Keyla masih bergumul dengan selimut tebal di kamar. Ia baru sampai ke rumah pukul sepuluh malam setelah menyelesaikan tugas laporannya selama berjaga. Arial yang sengaja menunggunya karena enggan Keyla pulang bersama Qairo, sudah bangun dari satu jam lalu. Ia sudah mandi dan rapi dengan baju kaos polo hitamnya dan celana pendek berwarna mocca. “Key, mau sampe kapan kamu tidur terus? Bangun!” Tidak ada jawaban. Arial membuka selimut dan menarik kaki Keyla, “Bangun!” “Ah, kak, aku masih ngantuk. Badan aku tuh rasanya remuk banget. Tolong biarin aku istirahat sejenak.” “Aku udah biarin kamu satu jam ya dari tadi.” Keyla berpegangan pada ujung kasur agar kakinya yang ditarik Arial tidak membuat tubuhnya terusir dari kasur, “Kakak!” “Bangun, mandi. Bukannya kamu mau nemenin aku pergi?” “Gak mau! Semalem ‘kan aku udah bilang gak mau!” “Aku gak nanya, aku perintahkan kamu untuk ikut.” Keyla berusaha sekuat tenaga mempertahankan tubuhnya di kasur. Ia engga