Aylee ternganga tak percaya dengan benda yang tengah ia jabarkan oleh kedua tangannya. Ia lantas meletakkan benda yang adalah lingerie hitam di atas kasurnya lagi. Ia menatap juga lingerie lainnya yang berwarna Champagne. Memikirkan ia memakai ini membuatnya malu sendiri.
Terdengar Gabe membuka pintu kamar mandi. Aylee segera memasukkan lingerie-lingerie itu ke dalam kotak kembali.
“Kau suka hadiah dariku?” Gabe tersenyum nakal. Aylee mengerucutkan bibirnya.
“Kau membeli ini untuk kesenanganmu sendiri,” ujarnya. Gabe menyeringai, membenarkan dalam hati perkataan perempuan cantik di hadapannya.
“Kau mengintimidasiku lagi.” Gabe terkekeh.
“Kau sungguh ingin aku memakai ini?”
Gabe hanya tersenyum menanggapi tanya Aylee.
**
Martin termangu menatap Michelle yang tertidur dengan tubuh telanjang yang berbalut selimut. Ia memejamkan matanya, ada kepedihan di hatinya ketika melakukan itu terhadap wanita itu. Padahal ia memimpika
“Mungkin buku,” celetuknya membuat Gabe seketika mengernyit dahi. “Kau memang sesuatu,” ucap Gabe takjub. “Stok buku bacaanku habis, mungkin beberapa buku akan aku butuhkan,” terangnya “Aku akan membelikan berapa pun buku yang kau inginkan, jika itu maumu.” Gabe tersenyum senang. Gadis itu baginya memesona dengan segala keunikannya. Dia akui, dia semakin jatuh hati padanya, bukan hanya perihal paras dan tubuhnya yang memikat, tapi ia juga jatuh hati dengan kepribadian gadis itu yang berbeda dari gadis lain pada umumnya. “Baiklah kalau begitu. Tapi mobilku bagaimana?” Aylee menunjuk mobilnya. “Marcus akan membawa mobilmu.” Gabe menaut tangan Aylee untuk mengikutinya memasuki mobilnya. ** Mereka berdua menyusuri pusat perbelanjaan mencari toko buku favorit Aylee, sepanjang perjalanan itu Gabe tak melepas tautan tangannya terhadap Aylee. Tangan Aylee jadi begitu sibuk, satu tangan memegangi mawarnya dan satu tangan dimiliki tangan
Dering ponsel Gabe berbunyi, mata Michelle dan mata Gabe kompak memandang ponsel yang kini ada di genggaman tangan Gabe. Sebelum Gabe sempat mengangkat telepon yang bertuliskan ‘Cantikku' di layar ponsel, Michelle lebih dulu menyambar ponsel itu, dan mematikannya. “Perempuan udik itu tak selugu yang kau pikir, Gabe. Dia hanya, ” “Jangan sebut dia udik, dia wanita berpendidikan,” sergahnya, tak Terima dengan celaan Michelle terhadap wanitanya. “Persetan dengan itu, dia merayu Martin, kau tahu?” Michelle kehabisan akal, Gabe terlihat kokoh dipihak Aylee. “Jangan bicara konyol, sudahlah Michelle, aku harus pulang. Kita bicarakan hubungan kita besok, okay?” “Kalau Aylee tak merayunya mana mungkin Martin setia di sampingnya? Tak ada persahabatan antara lelaki dan perempuan, Gabe. Kau percaya itu? Jika kau terus selugu ini, mereka akan menusukmu dari belakang. Jadi sebelum perasaanmu terlampau dalam pada wanita murahan itu, kau harus mengendalikan h
Gabe remaja menahan tangan Calvin ketika kakaknya menyeret koper keluar dari kamarnya. Gabe menangis memohon agar tak ditinggalkan Calvin. “Cal, jangan pergi aku mohon. Aku tak bisa hidup tanpamu,” rengeknya seperti anak kecil, Gabe saat itu memanglah Gabe yang lemah dan manja. “Aku harus pergi, aku ingin hidup bersama papa.” Calvin melepas jemari Gabe satu persatu dari tangannya. “Aku ikut kalau begitu, Cal.” “Itu tidak bisa. Kau bersama mama,” ucapnya tenang. “Kalau begitu kau tinggallah bersama aku dan mama.” “Aku ingin jadi Seniman seperti papa, jika aku di sini, mama akan menyuruhku menjadi sepertinya.” “Maka jadilah seperti mama demi aku, Cal.” Calvin menyeringai hampa. “Aku tak mau lagi jadi bayang-bayangmu, aku punya hidupku sendiri, dan kau berhenti bergantung padaku, urus hidupmu sendiri, Gabe!” Gabe seperti tercabik hatinya ketika Calvin berkata demikian, pasalnya selama ini ia mengira kakakny
Michelle terus menghubungi Martin, namun pria itu acuh padanya. Bahkan ketika di lokasi syuting pun pria itu terus berusaha menghindari Michelle. Sejak percintaan mereka terjadi, Martin kembali dingin kepada Michelle seperti dahulu. Michelle kian merasa terpuruk, ia merasa dicampakkan oleh dua pria yang ia pikir mencintainya. Bahkan Michelle kini nekat menyambangi kediaman Martin. Eric lantas pasang badan menghalau bertemunya Martin dengan Michelle. “Maaf nona Morgan, Martin saat ini tengah istirahat, dia kurang sehat belakangan ini. Jika ada yang ingin Anda sampaikan padanya, bisa lewat aku saja,” terang Eric. Michelle tersenyum masam. “Bilang padanya ini masalah yang serius, izinkan aku masuk saja, aku yakin dia tak akan keberatan.” “Tidak bisa saat ini, nona Morgan. Besok kalian libur syuting, kalian bisa bertemu besok. Aku akan buatkan janji dengannya, okay?” Michelle tampak kesal namun ia menyetujui tawaran Eric. “Baiklah, tepati janjimu!” Michel
Rumah megah itu disulap menjadi istana pesta yang luar biasa mewah, bahkan ruang pesta hingga mencapai taman belakang yang terdapat kolam renang. Banyak tamu berdatangan, terutama para relasi, kerabat, dan teman-teman Natasya. Gabe dan Aylee sudah datang jauh sebelum pesta dimulai. Aylee dan Gabe kini tampak berbincang dengan ayah dan ibunya, sementara Natasya dan Roman sibuk meladeni para tamu yang datang. “Sayang, apa belum ada tanda-tanda kehadiran cucu kami? Kami berharap kalian segera memilikinya,” seloroh ibu Aylee, Mellisa. Aylee memandang Gabe, pria itu lantas menyeringai. “Mungkin sebentar lagi, bu. Kami sedang berusaha keras.” Gabe mengerlingkan matanya pada Aylee. Wanita itu tersipu. “Ibumu ini seperti biasa, tidak sabaran. Jangan hiraukan itu Gabe, nikmati saja dulu seperti kalian sedang berpacaran. Kalian dahulu belum cukup melalui masa itu,” ayah Aylee, Robin Anderson menepuk bahu Gabe. Pria itu mengangguk, dalam hati ia membenarkan perkataan ay
“Sayang, menginaplah di sini. Mama masih merindukan kalian,” pinta Natasya ketika Gabe berpamitan untuk pulang. “Mamamu benar, Gabe. Lagi pula ini sudah lewat tengah malam.” Roman ikut menimpali. Aylee mengelus dada Gabe. “Kita bermalam di sini, okay?” bujuk Aylee, pria itu tersenyum dan mengangguk pada istrinya. “Itu bagus! Besok kita pergi ke perbukitan juga, kudengar kau suka off road, Aylee?” Aylee terkejut Natasya tahu hobinya, Gabe pun demikian. “Aku suka, tapi aku sudah lama tak melakukannya beberapa tahun belakangan, mama.” “Mari kita lakukan besok, Roman juga menyukai itu, tapi ia lebih sering mengendarai mobil, mungkin sesekali dia harus belajar menaiki motor trail juga.” “Mengendarai motor trail? Bukankah Calvin juga menyukai itu? Ajak dia juga, sayang,” cetus Roman yang langsung membuat wajah Gabe masam. “Maaf tapi Aylee itu sibuk, dia harus mengajar besok,” kilah Gabe. Aylee menggeleng cepat. “Kebetulan bes
Martin tiba di perjamuan hotel dengan senyuman ramah terhadap rekan-rekan artisnya. Ternyata peserta yang hadir cukup banyak, bahkan Martin tak mengenal sebagian peserta. Eric bertutur kalau banyak juga para model junior yang hadir. Mereka tampak semringah menyambut kedatangan senior mereka, Martin.“Senang sekali kau mau meluangkan waktumu untuk berjumpa dengan kami, padahal kau pasti sangat sibuk,” ucap seorang model pria. Martin menjabat tangan mereka. Pandangan Martin lantas tertuju pada seorang gadis yang masih muda, mungkin usianya di awal 20an. Tentu saja ia tinggi, ramping, memiliki wajah yang kecil, rambutnya lurus dan hitam dengan kulit langsat kecokelatan, dia tampak eksotis bak barbie hidup.“Dialah Lucy,” bisik Eric ketika tahu mata Martin tertuju padanya.“Kau bahkan lebih tampan dari yang terlihat di kamera, bisa minta foto?” pinta seorang gadis lain di sebelah Lucy.“Akan ada sesi foto bersama Mart
Pagi hari di kediaman rumah mereka sendiri, Aylee sedang memulas makeup tipis di wajahnya, ia mematut tubuhnya di cermin yang mengenakan terusan berwarna cokelat muda. Gabe mengerjapkan matanya, ia lantas duduk dari berbaringnya.“Sayang, kau akan mengajar?” dia bangkit dan memeluk dari belakang tubuh istrinya.“Hanya sebentar,” Aylee melepas lingkaran tangan Gabe, ia memutar tubuhnya menghadap Gabe.“Hari ini hanya ada jam pagi. Aku pulang cepat.”“Kalau begitu mampirlah ke kantorku. Kau tak pernah datang ke kantor lagi sejak menjadi nyonya Ferdinand.” Gabe mencecap leher jenjang Aylee.“Aku takut menjumpaimu sedang bersama kekasihmu,” sontak Gabe melepas tekanan bibirnya dari leher Aylee.“Maaf soal itu, sayang. Tapi sekarang aku sudah mengakhiri hubunganku dengan Michelle. Aku milikmu seutuhnya.” Tentu Aylee girang bukan main mendengar itu, tapi hati kecilnya merasa t