Gilbert menatap wajah setiap anggota tim dan berpesan secara tegas, "Kalian harus memberikan yang terbaik!""Baik, Pak!" Suzy dan yang lainnya menjawab secara serempak.Gilbert mengangguk puas, lalu menepuk pundak Jean dan berkata, "Pak Jean, kutitipkan anak-anak kepadamu.""Pak Gilbert, tenang saja. Aku akan menjaga mereka." Jean berjanji.Nick dan Jean lumayan akrab, Nick juga datang untuk mengantar kepergian mereka. Agar tidak kedengaran orang lain, Nick mengecilkan suaranya dan berbisik kepada Jean, "Jean, aku hanya ingin berpesan, jaga emosimu dan lakukan yang terbaik! Kalau bertemu orang itu, emosimu jangan sampai terpancing! Kalian berdua harus berkompetisi untuk menentukan pemenang."Jean tertegun sebentar, lalu menatap Nick dan menjawab, "Em, aku tahu.""Ambil ini, kamu pasti tidak terbiasa memakan makanan di luar negeri." Nick memberikan sebuah tas kain yang berisi beberapa toples. "Istriku yang menyiapkannya.""Baiklah, terima kasih." Jean tersenyum.Joris memberikan sebuah
Penerbangan selama 13 jam terasa lama dan membosankan. Ditambah, Suzy juga mabuk udara. Perjalanan ini benar-benar membuatnya tersiksa.Selain mengobrol dengan anggota tim, sesekali Suzy memejamkan mata, makan, atau ke toilet. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan saat berada di dalam pesawat.Ketika waktu pendaratan hampir tiba, Suzy langsung membuka matanya dengan semangat."Sudah mau sampai. Ayo, siapkan barang-barang kalian. Jangan sampai ada yang ketinggalan." Sebagai penanggung jawab tim, Jean bertugas untuk mengarahkan anak-anak didiknya.Begitu turun dari pesawat, Suzy meminta izin kepada Jean dan langsung berlari ke toilet."Kamu baik-baik saja?" Christina cemas melihat Suzy yang muntah-muntah sampai pucat."Tidak apa-apa, aku mabuk udara. Setiap naik pesawat pasti mual." Suzy melambaikan tangan, lalu membersihkan mulutnya dan berkata, "Ayo, kita kembali."Setelah Suzy dan Christina kembali berkumpul bersama tim, mereka pun berjalan ke arah pintu keluar. Di saat bersamaan, pons
Raut wajah sekelompok orang ini tampak serius dan tertekan.Penanggung jawab dari kelompok tersebut adalah seorang pria paruh baya bertubuh ramping. Pria paruh baya terlihat berbisik kepada seseorang yang berdiri di sampingnya. Kemudian orang itu mengeluarkan setumpuk paspor dan membawanya ke meja resepsionis.Jelas, sekelompok orang itu juga akan menginap di hotel ini.Sembari menunggu administrasi check-in, pria paruh baya ini tidak sengaja menoleh ke arah lobi. Begitu melihat situasi di lobi, ekspresinya tampak membeku dan matanya yang sipit mengernyit.Pria paruh bayah merenung sejenak, lalu melangkah menghampiri Jean.Secara spontan, anggota tim yang dibawanya juga mengikutinya dari belakang.Jean yang tengah mengobrol santai, sontak merasakan sebuah aura mencekam yang mendekat. Ketika Jean menoleh, terdengar sebuah suara familier yang berkata, "Aku pikir aku salah lihat. Ternyata benar kamu, Pak Jean?"Suara ini ...."Matsumo?" Mata Jean tampak bergetar saat melihat pria paruh ba
Ketika Jean sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan putranya, tiba-tiba Matsumo tertawa dan berkata, "Vedro, ayahmu datang untuk bertanding. Dia masih belum menyerah, dia ingin membuktikan bahwa dia yang benar."Ucapan Matsumo sontak membuat Jean naik pitam. Jean tidak dapat menyembunyikan kebenciannya, raut wajahnya terlihat murung dan penuh kebencian."Matsumo!" bentak Jean yang sudah tak dapat membendung amarahnya."Ini urusan keluargamu, sebaiknya tutup mulutmu!" Jean menatap Matsumo dengan tajam.Matsumo tampak tersenyum santai, seakan-akan meremehkan peringatan yang diberikan Jean.Vedro ingin menjawab, tetapi Matsumo menatapnya dan memberikannya isyarat untuk diam. Kemudian Matsumo menyipitkan matanya sambil menatap Jean. "Oh? Tidak ada hubungannya dengan aku?""Vedro adalah anggota tim sekaligus murid yang aku bina dengan susah payah. Kalian berdua berada di kelompok yang berbeda, kalian adalah lawan, bukan teman. Aku tidak ingin masalah kalian sampai memengaruhi perfo
Matsumo dan timnya terpaksa pergi meninggalkan Hotel Noman."Wah, ternyata Paman hebat menyindir orang." Suzy mengacungkan kedua jempolnya."Tergantung orang, aku tidak begitu menyukai orang Negara Dongying." James memberikan kartu aksesnya kepada Suzy. "Ini, ambil kartu dan paspor kalian."Ketika memberikan paspor dan kartu kepada Jean, Suzy tidak tega melihat Jean yang terlihat sedih dan kecewa. Suzy ingin menghibur Jean, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Suzy mengurungkan niatnya."Christina, kita sekamar." Suzy mengembalikan paspor Christina."Oke." Christina mengangguk.Setelah mendapatkan kartu akses kamar, semuanya masuk ke dalam lift dan beranjak ke kamar masing-masing. Kamar di hotel ini sangat luas, lengkap, dan bersih.Mereka telah melalui perjalanan panjang. Sesampainya di dalam kamar, mereka langsung menyiapkan air panas dan berendam untuk merilekskan tubuh.Di saat bersamaan.Matsumo dan timnya sedang sibuk mencari hotel di sekitar H
Sekitar jam 2 pagi, bulan bersinar menyinari langit."Kamu kejar terus. Aku akan mengadangnya lewat jalan lain." Setelah berpesan kepada asistennya, Lance buru-buru berlari ke gang di arah yang berlawanan.Hujan baru reda, jalanan terasa licin dan terdengar suara percikan air saat kaki menginjak genangan air. Namun Lance sama sekali tidak memedulikan celananya yang basah, dia hanya ingin menangkap Airin!AIrin sangat licik, dia tidak hanya kabur ke Negara Filic, tetapi juga bersembunyi di tengah keramaian Jalan Kuno. Menangkap Airin bukanlah pekerjaan yang mudah.Lance menghabiskan 3 hari untuk mengintai dan mengumpulkan informasi. Akhirnya malam ini Lance mendapatkan kesempatan untuk menangkap Airin, dia tidak mau menyia-nyiakannya.Dengan kecepatan kilat, Lance menelusuri setiap lorong gang. Setelah berlari sejauh 3 km, Lance berhenti saat mendengar suara tawa jahat yang diiringi tangisan seorang wanita.Lance sudah sering menemui hal seperti ini. Sekarang, tugas utamanya adalah mena
"Hati-hati!" Lance bergegas menarik gadis itu ke dalam dekapannya.Tong sampah jatuh berceceran. Di bawah sinaran cahaya bulan, mereka berdua saling bertatapan.Bulu mata gadis ini tampak bergetar, matanya yang jernih terlihat gugup dan panik.Pinggang gadis ini sangat ramping. Lance tercengang melihat kecantikannya, dia merasakan sebuah gejolak aneh yang bergetar di dalam hati."Ah, terima kasih ...." Gadis ini mendorong tubuh Lance.Di tengah kebingungan, Lance melihat gadis ini terhuyung-huyung sambil mendesis kesakitan.Lance ingin mengulurkan tangan, tetapi gadis ini malah mencegatnya. "Aku tidak apa-apa, terima kasih."Lance mengerutkan alis, jelas-jelas kaki kanan gadis ini terkilir, tetapi kenapa dia malah menolak untuk dibantu? Entah apa yang dikhawatirkan gadis ini ....Lance adalah pria yang cuek. Anehnya, malam ini sangat memedulikan keselamatan dan kondisi gadis ini. "Kakimu terluka, kamu tinggal di mana? Biar aku antar."Gadis ini terlihat waspada.Lance tersenyum dan ber
Ketika Suzy sedang melamun, panitia datang dengan membawa setumpuk hasil laporan pemeriksaan.Semua orang mendapatkan hasil laporan pemeriksaan, kecuali Suzy.Ivan dan Christina beranjak ke sisi Suzy. Melihat Suzy yang tidak mendapatkan hasil pemeriksaan, mereka menatap panitia dengan kebingungan."Halo, di mana hasil laporan pemeriksaanku?" tanya Suzy."Maaf, hasil pemeriksaanmu menunjukkan adanya masalah. Kamu harus dicek ulang," jawab salah seorang panitia.Suzy terkejut mendengar jawaban panitia. Apakah darah salamander yang dimiliki memengaruhi hasil pemeriksaan kesehatan?"Apakah cuma aku sendiri yang bermasalah?" Suzy kembali bertanya."Tentu saja tidak. Di tim lain juga ada yang bermasalah, kalian akan menjalani pemeriksaan ulang."Suzy merasa lebih lega setelah mendengar jawaban panitia. Ivan dan Christina yang tadinya gugup pun merasa tenang."Harusnya tidak ada masalah besar. Nanti aku temani," kata Christina.Di saat bersamaan, panitia berkata datang untuk mengingatkan. "Ba
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny