Penerbangan selama 13 jam terasa lama dan membosankan. Ditambah, Suzy juga mabuk udara. Perjalanan ini benar-benar membuatnya tersiksa.Selain mengobrol dengan anggota tim, sesekali Suzy memejamkan mata, makan, atau ke toilet. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan saat berada di dalam pesawat.Ketika waktu pendaratan hampir tiba, Suzy langsung membuka matanya dengan semangat."Sudah mau sampai. Ayo, siapkan barang-barang kalian. Jangan sampai ada yang ketinggalan." Sebagai penanggung jawab tim, Jean bertugas untuk mengarahkan anak-anak didiknya.Begitu turun dari pesawat, Suzy meminta izin kepada Jean dan langsung berlari ke toilet."Kamu baik-baik saja?" Christina cemas melihat Suzy yang muntah-muntah sampai pucat."Tidak apa-apa, aku mabuk udara. Setiap naik pesawat pasti mual." Suzy melambaikan tangan, lalu membersihkan mulutnya dan berkata, "Ayo, kita kembali."Setelah Suzy dan Christina kembali berkumpul bersama tim, mereka pun berjalan ke arah pintu keluar. Di saat bersamaan, pons
Raut wajah sekelompok orang ini tampak serius dan tertekan.Penanggung jawab dari kelompok tersebut adalah seorang pria paruh baya bertubuh ramping. Pria paruh baya terlihat berbisik kepada seseorang yang berdiri di sampingnya. Kemudian orang itu mengeluarkan setumpuk paspor dan membawanya ke meja resepsionis.Jelas, sekelompok orang itu juga akan menginap di hotel ini.Sembari menunggu administrasi check-in, pria paruh baya ini tidak sengaja menoleh ke arah lobi. Begitu melihat situasi di lobi, ekspresinya tampak membeku dan matanya yang sipit mengernyit.Pria paruh bayah merenung sejenak, lalu melangkah menghampiri Jean.Secara spontan, anggota tim yang dibawanya juga mengikutinya dari belakang.Jean yang tengah mengobrol santai, sontak merasakan sebuah aura mencekam yang mendekat. Ketika Jean menoleh, terdengar sebuah suara familier yang berkata, "Aku pikir aku salah lihat. Ternyata benar kamu, Pak Jean?"Suara ini ...."Matsumo?" Mata Jean tampak bergetar saat melihat pria paruh ba
Ketika Jean sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan putranya, tiba-tiba Matsumo tertawa dan berkata, "Vedro, ayahmu datang untuk bertanding. Dia masih belum menyerah, dia ingin membuktikan bahwa dia yang benar."Ucapan Matsumo sontak membuat Jean naik pitam. Jean tidak dapat menyembunyikan kebenciannya, raut wajahnya terlihat murung dan penuh kebencian."Matsumo!" bentak Jean yang sudah tak dapat membendung amarahnya."Ini urusan keluargamu, sebaiknya tutup mulutmu!" Jean menatap Matsumo dengan tajam.Matsumo tampak tersenyum santai, seakan-akan meremehkan peringatan yang diberikan Jean.Vedro ingin menjawab, tetapi Matsumo menatapnya dan memberikannya isyarat untuk diam. Kemudian Matsumo menyipitkan matanya sambil menatap Jean. "Oh? Tidak ada hubungannya dengan aku?""Vedro adalah anggota tim sekaligus murid yang aku bina dengan susah payah. Kalian berdua berada di kelompok yang berbeda, kalian adalah lawan, bukan teman. Aku tidak ingin masalah kalian sampai memengaruhi perfo
Matsumo dan timnya terpaksa pergi meninggalkan Hotel Noman."Wah, ternyata Paman hebat menyindir orang." Suzy mengacungkan kedua jempolnya."Tergantung orang, aku tidak begitu menyukai orang Negara Dongying." James memberikan kartu aksesnya kepada Suzy. "Ini, ambil kartu dan paspor kalian."Ketika memberikan paspor dan kartu kepada Jean, Suzy tidak tega melihat Jean yang terlihat sedih dan kecewa. Suzy ingin menghibur Jean, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Suzy mengurungkan niatnya."Christina, kita sekamar." Suzy mengembalikan paspor Christina."Oke." Christina mengangguk.Setelah mendapatkan kartu akses kamar, semuanya masuk ke dalam lift dan beranjak ke kamar masing-masing. Kamar di hotel ini sangat luas, lengkap, dan bersih.Mereka telah melalui perjalanan panjang. Sesampainya di dalam kamar, mereka langsung menyiapkan air panas dan berendam untuk merilekskan tubuh.Di saat bersamaan.Matsumo dan timnya sedang sibuk mencari hotel di sekitar H
Sekitar jam 2 pagi, bulan bersinar menyinari langit."Kamu kejar terus. Aku akan mengadangnya lewat jalan lain." Setelah berpesan kepada asistennya, Lance buru-buru berlari ke gang di arah yang berlawanan.Hujan baru reda, jalanan terasa licin dan terdengar suara percikan air saat kaki menginjak genangan air. Namun Lance sama sekali tidak memedulikan celananya yang basah, dia hanya ingin menangkap Airin!AIrin sangat licik, dia tidak hanya kabur ke Negara Filic, tetapi juga bersembunyi di tengah keramaian Jalan Kuno. Menangkap Airin bukanlah pekerjaan yang mudah.Lance menghabiskan 3 hari untuk mengintai dan mengumpulkan informasi. Akhirnya malam ini Lance mendapatkan kesempatan untuk menangkap Airin, dia tidak mau menyia-nyiakannya.Dengan kecepatan kilat, Lance menelusuri setiap lorong gang. Setelah berlari sejauh 3 km, Lance berhenti saat mendengar suara tawa jahat yang diiringi tangisan seorang wanita.Lance sudah sering menemui hal seperti ini. Sekarang, tugas utamanya adalah mena
"Hati-hati!" Lance bergegas menarik gadis itu ke dalam dekapannya.Tong sampah jatuh berceceran. Di bawah sinaran cahaya bulan, mereka berdua saling bertatapan.Bulu mata gadis ini tampak bergetar, matanya yang jernih terlihat gugup dan panik.Pinggang gadis ini sangat ramping. Lance tercengang melihat kecantikannya, dia merasakan sebuah gejolak aneh yang bergetar di dalam hati."Ah, terima kasih ...." Gadis ini mendorong tubuh Lance.Di tengah kebingungan, Lance melihat gadis ini terhuyung-huyung sambil mendesis kesakitan.Lance ingin mengulurkan tangan, tetapi gadis ini malah mencegatnya. "Aku tidak apa-apa, terima kasih."Lance mengerutkan alis, jelas-jelas kaki kanan gadis ini terkilir, tetapi kenapa dia malah menolak untuk dibantu? Entah apa yang dikhawatirkan gadis ini ....Lance adalah pria yang cuek. Anehnya, malam ini sangat memedulikan keselamatan dan kondisi gadis ini. "Kakimu terluka, kamu tinggal di mana? Biar aku antar."Gadis ini terlihat waspada.Lance tersenyum dan ber
Ketika Suzy sedang melamun, panitia datang dengan membawa setumpuk hasil laporan pemeriksaan.Semua orang mendapatkan hasil laporan pemeriksaan, kecuali Suzy.Ivan dan Christina beranjak ke sisi Suzy. Melihat Suzy yang tidak mendapatkan hasil pemeriksaan, mereka menatap panitia dengan kebingungan."Halo, di mana hasil laporan pemeriksaanku?" tanya Suzy."Maaf, hasil pemeriksaanmu menunjukkan adanya masalah. Kamu harus dicek ulang," jawab salah seorang panitia.Suzy terkejut mendengar jawaban panitia. Apakah darah salamander yang dimiliki memengaruhi hasil pemeriksaan kesehatan?"Apakah cuma aku sendiri yang bermasalah?" Suzy kembali bertanya."Tentu saja tidak. Di tim lain juga ada yang bermasalah, kalian akan menjalani pemeriksaan ulang."Suzy merasa lebih lega setelah mendengar jawaban panitia. Ivan dan Christina yang tadinya gugup pun merasa tenang."Harusnya tidak ada masalah besar. Nanti aku temani," kata Christina.Di saat bersamaan, panitia berkata datang untuk mengingatkan. "Ba
Saking marahnya, Jean sampai mengeluarkan sumpah serapah. "Jangan konyol! Aku tidak peduli dengan peraturan sampah yang kalian buat! Di mana Suzy? Di mana kalian menyembunyikannya?""Benar! Cepat, serahkan Suzy!""Kami mau melihat Suzy!"Semua anggota tim protes, mereka ingin melihat Suzy. Mereka ingin mengetahui keberadaan Suzy.Jean merasa ada yang janggal. Tiba-tiba hasil pemeriksaan Suzy dinyatakan bermasalah, lalu sekarang malah dipaksa mengundurkan diri dan tidak diizinkan untuk bertemu. Siapa yang akan memercayai omong kosong ini?Keributan ini sontak menarik perhatian kelompok lain. Di tengah keributan, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Mau membuat onar di pangkalan?"Semua orang refleks menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna putih dan berkacamata. Wanita ini terlihat berkharisma dan elegan."Nyonya Lanora!" teriak salah seorang peserta.Lanora adalah salah satu anggota komite pa