"Hati-hati!" Lance bergegas menarik gadis itu ke dalam dekapannya.Tong sampah jatuh berceceran. Di bawah sinaran cahaya bulan, mereka berdua saling bertatapan.Bulu mata gadis ini tampak bergetar, matanya yang jernih terlihat gugup dan panik.Pinggang gadis ini sangat ramping. Lance tercengang melihat kecantikannya, dia merasakan sebuah gejolak aneh yang bergetar di dalam hati."Ah, terima kasih ...." Gadis ini mendorong tubuh Lance.Di tengah kebingungan, Lance melihat gadis ini terhuyung-huyung sambil mendesis kesakitan.Lance ingin mengulurkan tangan, tetapi gadis ini malah mencegatnya. "Aku tidak apa-apa, terima kasih."Lance mengerutkan alis, jelas-jelas kaki kanan gadis ini terkilir, tetapi kenapa dia malah menolak untuk dibantu? Entah apa yang dikhawatirkan gadis ini ....Lance adalah pria yang cuek. Anehnya, malam ini sangat memedulikan keselamatan dan kondisi gadis ini. "Kakimu terluka, kamu tinggal di mana? Biar aku antar."Gadis ini terlihat waspada.Lance tersenyum dan ber
Ketika Suzy sedang melamun, panitia datang dengan membawa setumpuk hasil laporan pemeriksaan.Semua orang mendapatkan hasil laporan pemeriksaan, kecuali Suzy.Ivan dan Christina beranjak ke sisi Suzy. Melihat Suzy yang tidak mendapatkan hasil pemeriksaan, mereka menatap panitia dengan kebingungan."Halo, di mana hasil laporan pemeriksaanku?" tanya Suzy."Maaf, hasil pemeriksaanmu menunjukkan adanya masalah. Kamu harus dicek ulang," jawab salah seorang panitia.Suzy terkejut mendengar jawaban panitia. Apakah darah salamander yang dimiliki memengaruhi hasil pemeriksaan kesehatan?"Apakah cuma aku sendiri yang bermasalah?" Suzy kembali bertanya."Tentu saja tidak. Di tim lain juga ada yang bermasalah, kalian akan menjalani pemeriksaan ulang."Suzy merasa lebih lega setelah mendengar jawaban panitia. Ivan dan Christina yang tadinya gugup pun merasa tenang."Harusnya tidak ada masalah besar. Nanti aku temani," kata Christina.Di saat bersamaan, panitia berkata datang untuk mengingatkan. "Ba
Saking marahnya, Jean sampai mengeluarkan sumpah serapah. "Jangan konyol! Aku tidak peduli dengan peraturan sampah yang kalian buat! Di mana Suzy? Di mana kalian menyembunyikannya?""Benar! Cepat, serahkan Suzy!""Kami mau melihat Suzy!"Semua anggota tim protes, mereka ingin melihat Suzy. Mereka ingin mengetahui keberadaan Suzy.Jean merasa ada yang janggal. Tiba-tiba hasil pemeriksaan Suzy dinyatakan bermasalah, lalu sekarang malah dipaksa mengundurkan diri dan tidak diizinkan untuk bertemu. Siapa yang akan memercayai omong kosong ini?Keributan ini sontak menarik perhatian kelompok lain. Di tengah keributan, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Mau membuat onar di pangkalan?"Semua orang refleks menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna putih dan berkacamata. Wanita ini terlihat berkharisma dan elegan."Nyonya Lanora!" teriak salah seorang peserta.Lanora adalah salah satu anggota komite pa
Melihat Jean dan yang lainnya serempak ingin mengundurkan diri, ketenangan yang terpancar di wajah Lanora pun seketika sirna.Lanora menatap Jean sambil mengernyit dan bertanya, "Kamu yakin?"Para peserta dari kelompok lain tidak mengerti kenapa Jean dan anggotanya membuat keputusan yang tidak masuk akal. "Kalian sudah gila? Ngapain mengorbankan seluruh peserta hanya gara-gara satu orang?"Matsumo mendengus dan berkata, "Kalian sengaja mencari-cari alasan untuk mengundurkan diri karena takut berhadapan dengan kami, ya?"Sesaat mendengar pertanyaan Matsumo, Vedro yang berdiri di sampingnya pun menimpali, "Guru, sebaiknya kita tidak ikut campur."Matsumo tidak menyangka, murid yang selama ini penurut, tiba-tiba berani membantahnya. Kemudian Matsumo menatap Vedro dengan tajam sambil tersenyum penuh arti. "Vedro, aku tahu kamu ingin bertanding dengan ayahmu. Kalau dia mengundurkan diri, kamu pasti sangat kecewa. Aku juga juga berharap dia tetap melanjutkan kompetisi ini. Aku ingin melihat
Smith mengerutkan alis saat melihat ekspresi Lanora. "Ada apa? Sepertinya kamu tidak membawa berita yang bagus."Lanora tidak menjawab pertanyaan Smith, lalu melirik ke arah Jean dan yang lainnya. Raut wajah Lanora yang serius membuat semua orang gugup."Tolong ikut aku," kata Lanora kepada Jean.Ivan dan yang lainnya cemas, kenapa hanya Jean yang dipanggil?"Tunggu aku," kata Jean kepada Ivan dan yang lainnya.Ivan, Christina, dan yang lainnya mengangguk secara serempak.Setelah Jean pergi bersama Lanora, para peserta kompetisi pun berdiskusi mengenai insiden ini. Matsumo berjalan ke depan, lalu berbicara sambil tersenyum sinis, "Jangan-jangan terjadi sesuatu kepada teman kalian?"Sesaat mendengar ucapan Matsumo, ekspresi Ivan dan Christina pun berubah menjadi murung.Namun sebelum Ivan dan Christina memarahi Matsumo, Smith menatap Matsumo dan membentaknya, "Tutup mulutmu!"Smith menatap Matsumo dengan tatapan penuh kebencian. "Jadi begini tabiat orang Negara Dongying? Setiap tindakan
Siapa yang berani membantah titah pemimpin negara?Semua orang pergi meninggalkan ruang pertemuan. Sekarang hanya tersisa Jean dan anggotanya yang tersisa di dalam ruangan.Jean, Ivan, Christina, dan yang lainnya terlihat sangat kesal. Mereka sulit menerima keputusan akhir yang diberikan oleh kedua pemimpin negara."Suzy saja hilang, apa gunanya memutuskan tetap berhak mengikuti kompetisi. Kalau orangnya tidak ada, bagaimana dia bisa ikut berkompetisi?" Ivan menggertakkan giginya."Apakah Suzy bisa ditemukan? Pak ...." Jantung Christina berdebar kencang, dia mengkhawatirkan keadaan Suzy.Jean kesal, tapi dia juga merasa tidak berdaya. "Apa boleh buat, Raja Nolan telah mengeluarkan titah. Ini, kalian baca sendiri."Semua mata tertuju ke arah ponsel yang diletakkan Jean ke atas meja. Orang-orang terkejut saat membaca isi pesan tersebut.Jean menghela napas panjang. "Sekarang kita hanya bisa memercayai Raja Nolan. Beliau pasti akan mengutus orang untuk datang mencari Suzy. Suzy pasti bisa
Jalan Kuno.Lampu-lampu malam yang remang menerangi gelapnya jalan.Kawasan ini padat dan sempit. Kedua sisi dipenuhi dengan toko-toko yang sebagian besar merupakan bar kecil. Setiap beberapa meter, terdengar musik keras dan suara-suara yang berasal dari bar tersebut.Sesekali, tampak beberapa pemabuk yang berjalan terhuyung-huyung.Dai mengejar Lance sambil berkata, "Kak, kamu hebat banget bisa menebak Airin bakal kembali. Sekarang misi kita sudah selesai.""Aku cuma beruntung." Lance tersenyum.Lance tidak menyangka bisa menangkap Airin secepat ini. Di dalam bayangannya, menangkap Airin mungkin membutuhkan waktu sampai beberapa bulan.Awalnya Lance mengira kalau dirinya harus menetap selama beberapa saat di kawasan ini, tetapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya.Dai menoleh mengikuti arah pandang Lance. Sebuah angka "8" digantung di samping sebuah lampu berwarna biru yang remang. "Bukannya ini bar tempat kita menunggu semalaman? Bagaimana kalau kita minum-minum sebentar?"Sebenarn
Lance mengerutkan alis.Gadis itu?Gadis itu berpegangan pada tembok sambil berjalan perlahan-lahan. Setiap langkah kakinya terlihat berat dan menyakitkan, berbeda jauh dengan penampilannya yang lincah saat di atas panggung.Rasa penasaran pun membuat Lance mempercepat langkahnya untuk mengejar gadis itu.Sesaat mendengar suara langkah kaki, gadis ini langsung menoleh ke belakang. Begitu melihat Lance, ketakutan yang tersirat di wajah gadis ini pun sirna. "Lance? Kok kamu di sini?"Lance menoleh ke arah Bar 8 sambil menjawab, "Aku menemani temanku."Gadis ini menatap Lance dengan curiga. "Oh ya?"Ketika menundukkan kepala, Lance terkejut melihat kaki gadis ini. Dengan diterangi lampu seadanya, Lance melihat kaki gadis ini membengkak."Tidak kamu obati?" tanya Lance.Gadis menjawab dengan canggung, "Di rumahku tidak ada obat. Lagi pula sudah malam ....""Seharusnya kakimu segera diobati dan beristirahat, bukannya ...." Lance mengerutkan alis."Aku juga tidak berdaya, aku harus menjalank
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny