"Kalung ini?" Suzy sontak mengeluarkan kalung yang dikenakannya.Robert mengangguk. "Omong-omong, makam itu dibangun tak lama setelah kematian mendiang Ratu. Apakah di dunia ada kebetulan seperti ini? Jangan-jangan ... yang di dalam gua memang jasad mendiang Ratu?" Suzy sulit memercayainya, dia menatap Robert sambil tercengang."Harusnya benar ...." Robert menghela napas panjang. "Atau ... masih ada 1 kemungkinan lain.""Apa?" tanya Suzy.Robert menatap Suzy dan menjawab, "Kakek tidak mati.""Bagaimana mungkin?" Suzy hampir menjatuhkan gelas yang dipegangnya.Suzy menarik lengan Robert sambil menggelengkan kepala. "Kakek sudah meninggal 20 tahun yang lalu. Kenapa kamu berpikir seperti itu?""Karena Charles ...." Raut wajah Robert terlihat sangat serius. "Charles terinfeksi darah salamander 20 tahun yang lalu, wanita bernama Airin yang menyelamatkannya. Kakek juga terinfeksi darah salamander, apa mungkin wanita itu juga menyelamatkan Kakek?""Robert, kalau Kakek masih hidup, kenapa tid
Begitu masuk ke dalam mobil, Suzy langsung memberi tahu sopir alamat yang akan dituju."Guru, bagaimana beberapa hari ini? Kota Hanggola seru, 'kan?" tanya Suzy.Selain karena Gilbert yang suka bergerak sendirian, beberapa hari ini Suzy dan Robert juga sibuk mengurus urusannya sendiri. Sejak tiba di Hanggola, Suzy dan Robert belum sempat menemani Gilbert. Jadi, Suzy agak sedikit merasa bersalah."Asyik, kok. Seru, seru, di sini banyak makanan enak." Gilbert tersenyum sambil menyipitkan mata. "Sebelum pulang ke ibu kota, aku harus membantu kalian dulu. Anggap saja sebagai imbalan karena sudah diberikan tumpangan dan makan gratis.""Guru, jangan berkata seperti itu ...." Tiba-tiba Suzy baru menyadari sesuatu. "Guru, kamu sudah mau pulang ke ibu kota?""Iya, aku tidak tenang meninggalkan Nick lama-lama. Entah apa yang dia lakukan selama tidak ada aku," jawab Gilbert."Memangnya Guru berencana pulang kapan?" Suzy tertawa sendiri begitu mengingat ekspresi Nick dan Jean."Kenapa? Kamu mau me
Nenek sangat menyayangi anak dan menantunya. Setiap seminggu sekali, Nenek Qin memetik jamur dan rebung untuk dikirimkan kepada anak dan menantunya.Namun saat Nenek sakit keras, tak ada seorang pun yang memedulikan Nenek. Anak dan menantunya bahkan mengancam Suzy.Ketika Nenek meninggal, anak dan menantunya sama sekali tidak menunjukkan rasa simpati. Mereka tidak mau mengurus pemakaman Nenek, mereka hanya memikirkan rumah yang akan dijual.Suzy sudah memutuskan hubungan dengan kedua orang tua angkatnya. Suzy juga tidak sudi menghubungi mereka.Suzy tenggelam di dalam lamunannya, dia tidak mendengar jelas ucapan Gilbert."Dia sudah menikah?" Gilbert bergumam sendiri. Awalnya dia agak terkejut, tetapi akhirnya dia tersenyum sambil mengangguk kecil. "Baguslah ....""Kenapa, Guru?" Setelah menenangkan diri, Suzy baru menyadari ada yang aneh dengan Gilbert."Guru, kamu kenal Nenek Qin?" Suzy penasaran dan bertanya kepada Gilbert.Gilbert bukanlah orang yang kepo, dia tidak suka ikut campur
"Awalnya aku menolak, tapi dia menyogokku dengan makanan-makanan lezat dan membantuku mencari tanaman-tanaman herbal. Akhirnya aku tersentuh dan bersedia mengajarinya. Dia membawaku ke sebuah gua, di sana aku menemukan asparagus yang selama ini aku cari. Ternyata selama ini dia mempelajari keterampilan medis secara otodidak, tapi keluarganya tidak setuju. Akhirnya aku membawa dia ke ibu kota.""Aku masih terlalu muda, belum bisa mengajari orang. Tapi untungnya dia pintar dan cepat tanggap, guruku mengagumi kemampuannya dan menerimanya jadi murid. Kami belajar bersama-sama selama 3 tahun, masa-masa itu adalah kenangan paling indah ...."Gilbert bercerita sambil sesekali tersenyum."Lalu? Kenapa kamu dan Nenek berpisah?" Suzy lanjut bertanya.Gilbert mengerutkan alis, raut wajahnya terlihat dipenuhi penyesalan. "Aku yang salah. Waktu itu keluarganya datang dan memaksanya pulang, harusnya aku menghalangi mereka. Aku ... aku gagal melindungi nenekmu.""Nenek sendiri bagaimana? Nenek setuju
Masih hidup?Suzy terkejut dan mengangkat kepalanya. "Kamu yakin? Lalu kenapa Kakek tidak pernah muncul?""Jangan-jangan ... Kakek ikut mereka kembali ke Klan Youlan?" Suzy tak berani memercayai tebakannya sendiri."Mungkin, kita cari pelan-pelan." Robert menghela napas panjang, dia terlihat agak frustasi."Sisi positifnya ternyata Kakek masih hidup. Asalkan mau mencarinya, kita pasti bisa bertemu Kakek." Suzy menggenggam erat tangan Robert."Em." Robert mengecup kening Suzy, lalu menjawab, "Besok aku ikut ke makam Nenek, ya! Ayo, kita tidur lebih awal.""Oke." Suzy mengecup pipi Robert dengan lembut. "Selamat malam.""Selamat malam."....Keesokan hari, dua mobil beranjak pergi dari vila.Awalnya hanya Robert, Suzy, dan Gilbert yang mau pergi, tetapi begitu tahu bahwa mereka mau mengunjungi makam Nenek Qin, Nenek Jenny juga ngotot mau ikut."Aku masih merasa bersalah, aku ingin mengunjungi dan mendoakannya. Semoga Nenek Qin memaafkanku ...," kata Nenek Jenny.Nenek Jenny sudah tua, se
Setelah melewati perjalanan yang sulit, akhirnya mereka pun tiba di puncak gunung.Suzy sudah lama tidak pulang mengunjungi makam Nenek Qin. Awalnya Suzy mengira makam Nenek pasti dipenuhi rerumputan liar dan kotor, tetapi faktanya berbeda jauh dengan bayangan Suzy ....Makam Nenek Qin sangat bersih, rumput-rumput sudah dipotong dan tak ada sampah sama sekali.Suzy tercengang melihat makam yang ada di hadapannya. Selain ayah dan ibu angkatnya Suzy, Nenek Qin tidak mempunya kerabat lain. Siapa yang berbaik hati datang membersihkan makam Nenek?Ketika Suzy sedang melamun, Gilbert berjalan melewatinya sambil terhuyung-huyung. Sekujur tubuh Gilbert tampak gemetaran ....Sesampainya di depan makam, Gilbert berlutut di hadapan nisan Nenek Qin dan memeluknya dengan lembut. "Sheila ...."Gilbert menangis tersedu-sedu, seolah baru kehilangan kekasih tercinta."Pak Gilbert ...." Lorraine tertegun, lalu menoleh ke arah Suzy.Suzy hanya mengangguk kecil, dia baru bisa menjelaskannya nanti.Beberap
Bagaimanapun masa lalu tidak bisa diulang kembali.Gilbert menarik kembali tatapannya dan lanjut menyusul orang-orang yang sudah mulai menuruni gunung.Simon, Robert, dan yang lainnya kembali ke rumah Nenek Qin."Ayo, kita lihat-lihat ke dalam," kata Nenek Jenny. Dia sangat tertarik dengan gubuk tua ini.Melihat orang-orang yang kelelahan, Suzy pun mengajak mereka masuk dan beristirahat. Untungnya kunci rumah masih tergantung di depan pintu"Hati-hati, ya! Papannya sudah mulai rapuh, jangan sampai jatuh," kata Suzy sambil membuka pintu rumah.Hal pertama yang Simon dan Robert lakukan adalah mengeluarkan kursi-kursi ke halaman. Sopir yang melihatnya pun bergegas turun tangan dan membantu membersihkan kursinya.Rumah tua ini kecil dan sederhana. Dalam waktu kurang dari 2 menit, Suzy sudah selesai mengajak mereka mengelilingi semua ruangan.Setelah kursi dibersihkan, semua orang duduk dan beristirahat di depan rumah sambil mengobrol.Mereka antusias mendengarkan cerita Suzy mengenai beber
Kakek Yoha adalah orang yang baik dan ramah. Suzy pun menolak karena takut merepotkan. "Kakek, terima kasih, tapi aku tidak mau merepotkan Kakek. Lain kali kami baru bertamu ke rumah Kakek, ya?"Ditambah Suzy mereka berjumlah 11 orang. Kalau mereka semua makan di rumah Kakek Yoha, masyarakat desa akan mengira kalau Kakek Yoha sedang mengadakan perjamuan.Masyarakat pedesaan berbeda dengan masyarakat kota. Mereka pasti penasaran dan akan ikut makan di rumah Kakek Yoha, takutnya Kakek Yoha sekeluarga jadi repot.Walaupun Kakek Yoha sudah tua, dia masih rajin bersosialisasi dan memiliki banyak teman.Kakek Yoha memahami kekhawatiran Suzy, dia melambaikan tangan dan menjelaskan, "Tidak apa-apa, malam ini memang ada pesta di rumahku. Aku mendapatkan banyak hasil buruan, mau dibagi-bagi ke masyarakat sekitar."Kemudian Kakek Yoha membalikkan badan, lalu bertanya kepada Pak Gilbert dan Nenek Jenny, "Kalian belum pernah melihat pesta di desa, 'kan? Malam ini aku mau masak sapi kecap, 100 kali