Kakek Yoha adalah orang yang baik dan ramah. Suzy pun menolak karena takut merepotkan. "Kakek, terima kasih, tapi aku tidak mau merepotkan Kakek. Lain kali kami baru bertamu ke rumah Kakek, ya?"Ditambah Suzy mereka berjumlah 11 orang. Kalau mereka semua makan di rumah Kakek Yoha, masyarakat desa akan mengira kalau Kakek Yoha sedang mengadakan perjamuan.Masyarakat pedesaan berbeda dengan masyarakat kota. Mereka pasti penasaran dan akan ikut makan di rumah Kakek Yoha, takutnya Kakek Yoha sekeluarga jadi repot.Walaupun Kakek Yoha sudah tua, dia masih rajin bersosialisasi dan memiliki banyak teman.Kakek Yoha memahami kekhawatiran Suzy, dia melambaikan tangan dan menjelaskan, "Tidak apa-apa, malam ini memang ada pesta di rumahku. Aku mendapatkan banyak hasil buruan, mau dibagi-bagi ke masyarakat sekitar."Kemudian Kakek Yoha membalikkan badan, lalu bertanya kepada Pak Gilbert dan Nenek Jenny, "Kalian belum pernah melihat pesta di desa, 'kan? Malam ini aku mau masak sapi kecap, 100 kali
Setelah mengobrol dengan beberapa penduduk desa, Suzy baru tahu bahwa mereka juga sering mengunjungi makam Nenek Qin.Pantas saja makamnya Nenek Qin bersih dan terawat."Dulu nenekmu memberikan kami pengobatan dan obat gratis. Kami tidak akan pernah melupakan jasanya. Semuanya sedih saat mengetahui kepergian nenekmu, kami pun merasa kehilangan." Salah seorang warga bercerita sampai menangis."Kasihan, orang sebaik Sheila tidak pernah merasakan kebahagiaan apa pun," kata Kakek Yoha yang tiba-tiba teringat sesuatu.Sesaat merasakan tatapan Suzy, Kakek Yoha bergegas menjelaskan maksud ucapannya, "Suzy, jangan salah paham. Aku tidak menyalahkanmu, aku menyalahkan kedua orang tua angkatmu yang kejam!"Kebencian tersirat di mata Kakek Yoha. "Mereka berdua tidak punya hati nurani. Mereka tidak pernah menjenguk nenekmu, setiap pulang cuma mempermasalahkan pembagian harga. Begitu mengetahui tidak ada yang bisa didapatkan lagi, mereka sama sekali tidak pernah pulang.""Kalau setiap pulang cuma m
Semua orang antusias mendengarkan penjelasan Suzy. Beberapa masyarakat desa yang duduk di sebelah pun mengacungkan jempol dan memujinya, "Tidak disangka, Suzy masih ingat setiap nama masakannya. Hebat, hebat, tidak seperti anak-anak lain. Begitu pulang dari kota, mereka bahkan lupa nama tumis pakis."Suzy buru-buru bangkit berdiri dan berkata, "Meskipun bukan penduduk asli desa, aku dibesarkan dan tumbuh di tempat ini. Aku tidak mungkin melupakan jasa kalian semua."Kemudian Suzy mengangkat gelas dan berkata, "Hari ini aku pulang untuk mendoakan nenekku, terima kasih atas undangan Kakek Yoha sehingga aku bisa berkumpul dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara-saudara sekalian. Terima kasih atas kasih sayang dan kepedulian kalian kepada nenekku."Kakek Yoha bangkit berdiri dan menjawab sambil tersenyum, "Suzy, jangan sungkan-sungkan. Walaupun kamu sudah menemukan orang tua kandungmu, selamanya kamu tetap menjadi bagian dari desa ini."Para penduduk yang lain mengangguk sambil menga
Kakek Yoha melihat kebingungan yang tersirat di wajah Suzy.Kakek Yoha mengangkat tangan dan menunjuk beberapa halaman yang dipenuhi dengan jemuran tanaman herbal. "Dulu nenekmu mengajari kami cara menanam dan mengeringkan obat-obatan herbal. Sejak saat itu warga jadi punya mata pencaharian yang baru, bisnisnya juga lumayan menguntungkan.""Tapi akhir-akhir ini desa lain ikut-ikutan menanam obat dan menjualnya di kabupaten. Toko-toko di kabupaten merasa desa ini terlalu terpencil, jadi mereka lebih sering membelinya dari desa-desa yang lebih dekat. Warga mulai kehilangan mata pencaharian, kami semua mulai kesulitan keuangan."Kakek Yoha berbicara sambil memperhatikan ekspresi Suzy. Melihat Suzy yang mengerutkan alis, Kakek Yoha makin berhati-hati dalam memilih kata."Kakek tahu sekarang kamu sudah menjadi dokter hebat. Kakek mau tanya, apakah kamu ada mengenal beberapa perusahaan obat? Kalau boleh, apakah kamu bisa membantu merekomendasikan bahan obat yang diproduksi warga desa? Kakek
Yoha membuka pengeras suara sehingga semua warga bisa mendengar ucapan Suzy."Apa? Suzy mau membeli semua bahan obat yang diproduksi kita?" bisik salah seorang warga.Beberapa warga terbangun dari lamunannya ...."Wah, Suzy memang anak yang baik.""Iya, dia sangat berbakti.""Jangan buang bahan obatmu, sayang!""Iya, jangan rusak ladang obatmu.""Syukurlah ...."Saking terharunya, Kakek Yoha sampai meneteskan air mata.Namun, tiba-tiba seseorang bertanya dan menghancurkan suasana haru ini, "Jangan senang dulu, siapa tahu dia mau membelinya dengan harga serendah mungkin? Kita yang rugi!""Hm?""Benar juga."Semua orang merasa seperti terbangun dari mimpi indah ....Pria yang merusak suasana bernama Hanson, dia tidak menanam obat seperti warga yang lain. Hanson terkenal sebagai preman pasar, dia melakoni pekerjaan-pekerjaan ilegal.Hanson hanya datang untuk meramaikan suasana.Beberapa warga pun meliriknya dengan sinis, lalu berkata, "Sana, jangan ikut-ikutan!"Setelah mengusir Hanson, K
Robert tersenyum mendengar jawaban Suzy. Dia mengangguk dan berkata, "Iya, aku tahu maksudmu. Tenang saja, aku selalu mendukung keputusanmu.""Em? Kayaknya ada sesuatu di balik ucapanmu. Kamu mau ngapain? Mau ngapain?" tanya Suzy sambil tersenyum penasaran.Robert tersenyum kecil, lalu menyodorkan pipinya dan berbisik, "Cium dulu, baru aku kasih tahu."Suzy memelototi Robert, berani-beraninya dia mengajukan syarat?Suzy mengangkat kedua alisnya, lalu mengulurkan tangan dan mencubit pipi Robert. "Tuan Robert, kamu mulai tidak tahu malu, ya?"Suzy tidak mencubitnya terlalu kuat, Robert saja yang berlebihan dan menjerit kesakitan, "Aku salah, aku salah, maafkan aku. Ini ponselku, kamu lihat sendiri."Robert berbicara sambil memberikan ponselnya. Akhirnya Suzy pun berhenti mencubit pipi Robert dan mengambil ponselnya.Gilbert iri melihat kemesraan Robert dan Suzy. Enaknya masa muda, bisa dihabiskan bersama orang tercinta ....Suzy membuka ponsel Robert dan membaca sebuah pesan yang dikirim
Suzy tidak terlalu pintar berbisnis, untungnya dia memiliki Robert dan Welly yang selalu siap membantu.Robert adalah seorang pebisnis handal, dia bisa membantu Suzy untuk membuat rencana jangka panjang. Welly terlibat secara langsung dalam penanganan perusahaan kosmetik, dia bisa memberikan beberapa ide untuk membantu Suzy.Setelah berdiskusi singkat, mereka bertiga pun sepakat untuk melakukan pembelian beserta rencana ke depannya.Robert ingin meminta sekretarisnya yang merapikan keseluruhan kontrak, tetapi Suzy menolak. "Biar aku sendiri saja.""Kenapa sungkan begitu?" Robert mengangkat kedua alisnya.Suzy menggelengkan kepala sambil menjawab, "Dulu kamu yang membantuku mendirikan Perusahaan Suzvy Beauty. Aku menjadi CEO tanpa perlu bekerja keras, bahkan Welly yang sekecil ini malah bekerja lebih banyak daripada aku.""Jujur, aku tidak enak selalu makan gaji buta, sedangkan kamu bekerja keras mengurus semua perusahaan. Aku menyadari satu hal setelah pulang dari desa ... sebagai seor
"Eh, anak baru, kenapa melamun saja? Cepat fotokopi dua rangkap dan antar ke ruang rapat. Bu Suzy mau pakai ...." Sebuah suara terdengar dari belakang.Begitu mendengar seseorang yang memanggilnya, sosok ini pun menoleh secara perlahan-lahan.Dia mengenakan kemeja berwarna hitam polos, dandanannya tampak sederhana."Baik," jawabnya sambil tersenyum manis. Sorotan kebencian telah memudar dari matanya.Sosok ini mengambil dokumen yang diberikan oleh manajer, lalu bergegas ke ruang fotokopi.Begitu membuka dokumennya, sosok ini melihat judul kontrak yang tertulis jelas "Pembelian Bahan Obat". Seketika matanya pun berbinar-binar, dia mengatur jumlah salinan sebanyak 3 rangkap, padahal yang diminta manajer cuma 2 rangkap.Di dalam ruang rapat.Suzy memanggil semua petinggi perusahaan untuk memperkenalkan dirinya secara resmi. Setelah memperkenalkan diri, setiap kepala departemen melakukan presentasi untuk melaporkan kinerja masing-masing. Suzy mendengarkan presentasi sambil mencatat dengan