Kakek Yoha melihat kebingungan yang tersirat di wajah Suzy.Kakek Yoha mengangkat tangan dan menunjuk beberapa halaman yang dipenuhi dengan jemuran tanaman herbal. "Dulu nenekmu mengajari kami cara menanam dan mengeringkan obat-obatan herbal. Sejak saat itu warga jadi punya mata pencaharian yang baru, bisnisnya juga lumayan menguntungkan.""Tapi akhir-akhir ini desa lain ikut-ikutan menanam obat dan menjualnya di kabupaten. Toko-toko di kabupaten merasa desa ini terlalu terpencil, jadi mereka lebih sering membelinya dari desa-desa yang lebih dekat. Warga mulai kehilangan mata pencaharian, kami semua mulai kesulitan keuangan."Kakek Yoha berbicara sambil memperhatikan ekspresi Suzy. Melihat Suzy yang mengerutkan alis, Kakek Yoha makin berhati-hati dalam memilih kata."Kakek tahu sekarang kamu sudah menjadi dokter hebat. Kakek mau tanya, apakah kamu ada mengenal beberapa perusahaan obat? Kalau boleh, apakah kamu bisa membantu merekomendasikan bahan obat yang diproduksi warga desa? Kakek
Yoha membuka pengeras suara sehingga semua warga bisa mendengar ucapan Suzy."Apa? Suzy mau membeli semua bahan obat yang diproduksi kita?" bisik salah seorang warga.Beberapa warga terbangun dari lamunannya ...."Wah, Suzy memang anak yang baik.""Iya, dia sangat berbakti.""Jangan buang bahan obatmu, sayang!""Iya, jangan rusak ladang obatmu.""Syukurlah ...."Saking terharunya, Kakek Yoha sampai meneteskan air mata.Namun, tiba-tiba seseorang bertanya dan menghancurkan suasana haru ini, "Jangan senang dulu, siapa tahu dia mau membelinya dengan harga serendah mungkin? Kita yang rugi!""Hm?""Benar juga."Semua orang merasa seperti terbangun dari mimpi indah ....Pria yang merusak suasana bernama Hanson, dia tidak menanam obat seperti warga yang lain. Hanson terkenal sebagai preman pasar, dia melakoni pekerjaan-pekerjaan ilegal.Hanson hanya datang untuk meramaikan suasana.Beberapa warga pun meliriknya dengan sinis, lalu berkata, "Sana, jangan ikut-ikutan!"Setelah mengusir Hanson, K
Robert tersenyum mendengar jawaban Suzy. Dia mengangguk dan berkata, "Iya, aku tahu maksudmu. Tenang saja, aku selalu mendukung keputusanmu.""Em? Kayaknya ada sesuatu di balik ucapanmu. Kamu mau ngapain? Mau ngapain?" tanya Suzy sambil tersenyum penasaran.Robert tersenyum kecil, lalu menyodorkan pipinya dan berbisik, "Cium dulu, baru aku kasih tahu."Suzy memelototi Robert, berani-beraninya dia mengajukan syarat?Suzy mengangkat kedua alisnya, lalu mengulurkan tangan dan mencubit pipi Robert. "Tuan Robert, kamu mulai tidak tahu malu, ya?"Suzy tidak mencubitnya terlalu kuat, Robert saja yang berlebihan dan menjerit kesakitan, "Aku salah, aku salah, maafkan aku. Ini ponselku, kamu lihat sendiri."Robert berbicara sambil memberikan ponselnya. Akhirnya Suzy pun berhenti mencubit pipi Robert dan mengambil ponselnya.Gilbert iri melihat kemesraan Robert dan Suzy. Enaknya masa muda, bisa dihabiskan bersama orang tercinta ....Suzy membuka ponsel Robert dan membaca sebuah pesan yang dikirim
Suzy tidak terlalu pintar berbisnis, untungnya dia memiliki Robert dan Welly yang selalu siap membantu.Robert adalah seorang pebisnis handal, dia bisa membantu Suzy untuk membuat rencana jangka panjang. Welly terlibat secara langsung dalam penanganan perusahaan kosmetik, dia bisa memberikan beberapa ide untuk membantu Suzy.Setelah berdiskusi singkat, mereka bertiga pun sepakat untuk melakukan pembelian beserta rencana ke depannya.Robert ingin meminta sekretarisnya yang merapikan keseluruhan kontrak, tetapi Suzy menolak. "Biar aku sendiri saja.""Kenapa sungkan begitu?" Robert mengangkat kedua alisnya.Suzy menggelengkan kepala sambil menjawab, "Dulu kamu yang membantuku mendirikan Perusahaan Suzvy Beauty. Aku menjadi CEO tanpa perlu bekerja keras, bahkan Welly yang sekecil ini malah bekerja lebih banyak daripada aku.""Jujur, aku tidak enak selalu makan gaji buta, sedangkan kamu bekerja keras mengurus semua perusahaan. Aku menyadari satu hal setelah pulang dari desa ... sebagai seor
"Eh, anak baru, kenapa melamun saja? Cepat fotokopi dua rangkap dan antar ke ruang rapat. Bu Suzy mau pakai ...." Sebuah suara terdengar dari belakang.Begitu mendengar seseorang yang memanggilnya, sosok ini pun menoleh secara perlahan-lahan.Dia mengenakan kemeja berwarna hitam polos, dandanannya tampak sederhana."Baik," jawabnya sambil tersenyum manis. Sorotan kebencian telah memudar dari matanya.Sosok ini mengambil dokumen yang diberikan oleh manajer, lalu bergegas ke ruang fotokopi.Begitu membuka dokumennya, sosok ini melihat judul kontrak yang tertulis jelas "Pembelian Bahan Obat". Seketika matanya pun berbinar-binar, dia mengatur jumlah salinan sebanyak 3 rangkap, padahal yang diminta manajer cuma 2 rangkap.Di dalam ruang rapat.Suzy memanggil semua petinggi perusahaan untuk memperkenalkan dirinya secara resmi. Setelah memperkenalkan diri, setiap kepala departemen melakukan presentasi untuk melaporkan kinerja masing-masing. Suzy mendengarkan presentasi sambil mencatat dengan
Kepala Departemen Pengembangan Produk adalah seorang pria paruh baya bernama Bande.Pak Bande terlihat antusias dan berkata, "Krim anti-penuaan? Tahun ini beberapa merek internasional juga sedang gencar meluncurkan produk semacam ini."Pak Bande bergegas membuka kantong yang diberikan oleh Suzy, dia sudah tidak sabar melihat isinya."Di dalamnya ada contoh dan penjelasan detail komposisi. Kalian diskusikan saja dulu untuk pengemasan dan bagaimana baiknya meluncurkan produk ini," kata Suzy."Baik!" Pak Bande langsung berdiri, dia sudah tidak sabar meneliti produk terbaru yang Suzy berikan.Pak Bande sendiri juga frustasi memikirkan produk inovasi. Dia sangat bersyukur atas kedatangan Suzy kali ini.Setelah Pak Bande pergi, hanya tersisa kepala departemen pembelian dan departemen legal. Suzy meminta mereka untuk melihat isi kontrak pembelian bahan obat.Departemen legal memastikan tidak ada masalah dengan kontrak ini, tetapi ada satu hal yang terasa mengganjal. Kepala departemen legal be
Monica muntah di bawah pohon besar. Sebelum ke sini, Monica sudah memeriksa peta perjalanan. Dia tahu bahwa perjalanan ke sini akan memakan waktu yang lama, desanya terpencil dan jalanan sulit dilalui.Namun Monica tidak menyangka bahwa jalanannya akan seterjal itu, ada begitu banyak bebatuan dan bergelombang. Monica yang tidak mabuk darat pun sampai muntah-muntah.Suzy memberikan Monica selembar tisu. Monica mengambil dan menyeka mulutnya, lalu meminta maaf, "Bu Suzy, maafkan, aku tidak tahan."Suzy menggelengkan kepala. Ketika hendak membuka mulut, dia mengangkat kepala dan melihat sekelompok orang yang berkumpul sambil melambaikan tangan ke arahnya.Ternyata Kakek Yoha dan warga datang untuk menyambut Suzy.Melihat warga yang berjalan mendekat, Monica langsung merapikan diri dan kembali bersikap seperti biasanya."Suzy, terima kasih sudah mau repot-repot ke sini." Kakek Yoha menyapa dengan ramah.Tak mau membuang-buang waktu, warga bergegas membawa Suzy dan Monica ke kantor balai de
"Semuanya lancar?" Sesampainya di rumah, Robert langsung menghampiri Suzy dan menanyakan masalah penandatanganan kontrak.Suzy baru tiba 5 menit yang lalu, dia sedang duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh hangat."Em, semua lancar. Warga desa terlihat senang," jawab Suzy sambil mengangguk."Ayah, lihat oleh-oleh yang dibawa Ibu. Banyak banget!" kata Welly sambil membongkar semua bingkisan yang diberikan oleh warga desa.Suzy tertawa kecil dan berkata, "Ini beberapa produk khas di desa. Aku sudah memberikan sebagian kepada Monica, tapi masih sisa sebanyak ini."Sejak membuka pintu, sebenarnya Robert sudah memperhatikan semua bingkisan yang dibongkar Welly."Wajar saja, mereka ingin menunjukkan rasa terima kasih atas bantuan yang kamu berikan," kata Robert."Sebenarnya aku juga punya ketakutan tersendiri. Uang bukan masalah, tapi aku memikirkan risiko yang harus ditanggung warga desa. Mereka mengandalkan penjualan bahan obat sebagai mata pencaharian utama, mereka harus mengorbanka