Suzy mengantar Lorraine ke kamar, lalu menemaninya mengobrol sebentar.Ketika hendak meninggalkan kamar, ternyata Welly tertidur di sudut kasur sambil memeluk bantal.Pipi Welly Pipi yang berwarna merah muda tampak sangat menggemaskan. Seiring dengan irama napas yang diembuskan, mulut kecil Welly mengeluarkan gelembung air liur.Suzy hendak menggendong Welly, tetapi tiba-tiba Lorraine bertanya, "Biarkan saja dia tidur di sini.""Jangan, nanti dia mengganggu Ibu," jawab Suzy.Lorraine menggelengkan kepala. "Tidak, kok. Kamu bawakan saja baju gantinya.""Baiklah." Suzy tidak tega memisahkan nenek dan cucunya ini. Apalagi Lorraine terlihat sangat menyukai Welly.Suzy pergi mengambil piyama Welly, lalu kembali ke kamar Lorraine untuk mengganti baju anaknya.Meskipun Suzy membolak-balik tubuh kecilnya, Welly sama sekali tidak terbangun. Tampaknya tidur Welly sangat nyenyak.Setelah Suzy selesai mengganti baju Welly, Lorraine menggenggam tangan Suzy dan berkata, "Sudah, kamu juga pasti capek
"Kalung ini?" Suzy sontak mengeluarkan kalung yang dikenakannya.Robert mengangguk. "Omong-omong, makam itu dibangun tak lama setelah kematian mendiang Ratu. Apakah di dunia ada kebetulan seperti ini? Jangan-jangan ... yang di dalam gua memang jasad mendiang Ratu?" Suzy sulit memercayainya, dia menatap Robert sambil tercengang."Harusnya benar ...." Robert menghela napas panjang. "Atau ... masih ada 1 kemungkinan lain.""Apa?" tanya Suzy.Robert menatap Suzy dan menjawab, "Kakek tidak mati.""Bagaimana mungkin?" Suzy hampir menjatuhkan gelas yang dipegangnya.Suzy menarik lengan Robert sambil menggelengkan kepala. "Kakek sudah meninggal 20 tahun yang lalu. Kenapa kamu berpikir seperti itu?""Karena Charles ...." Raut wajah Robert terlihat sangat serius. "Charles terinfeksi darah salamander 20 tahun yang lalu, wanita bernama Airin yang menyelamatkannya. Kakek juga terinfeksi darah salamander, apa mungkin wanita itu juga menyelamatkan Kakek?""Robert, kalau Kakek masih hidup, kenapa tid
Begitu masuk ke dalam mobil, Suzy langsung memberi tahu sopir alamat yang akan dituju."Guru, bagaimana beberapa hari ini? Kota Hanggola seru, 'kan?" tanya Suzy.Selain karena Gilbert yang suka bergerak sendirian, beberapa hari ini Suzy dan Robert juga sibuk mengurus urusannya sendiri. Sejak tiba di Hanggola, Suzy dan Robert belum sempat menemani Gilbert. Jadi, Suzy agak sedikit merasa bersalah."Asyik, kok. Seru, seru, di sini banyak makanan enak." Gilbert tersenyum sambil menyipitkan mata. "Sebelum pulang ke ibu kota, aku harus membantu kalian dulu. Anggap saja sebagai imbalan karena sudah diberikan tumpangan dan makan gratis.""Guru, jangan berkata seperti itu ...." Tiba-tiba Suzy baru menyadari sesuatu. "Guru, kamu sudah mau pulang ke ibu kota?""Iya, aku tidak tenang meninggalkan Nick lama-lama. Entah apa yang dia lakukan selama tidak ada aku," jawab Gilbert."Memangnya Guru berencana pulang kapan?" Suzy tertawa sendiri begitu mengingat ekspresi Nick dan Jean."Kenapa? Kamu mau me
Nenek sangat menyayangi anak dan menantunya. Setiap seminggu sekali, Nenek Qin memetik jamur dan rebung untuk dikirimkan kepada anak dan menantunya.Namun saat Nenek sakit keras, tak ada seorang pun yang memedulikan Nenek. Anak dan menantunya bahkan mengancam Suzy.Ketika Nenek meninggal, anak dan menantunya sama sekali tidak menunjukkan rasa simpati. Mereka tidak mau mengurus pemakaman Nenek, mereka hanya memikirkan rumah yang akan dijual.Suzy sudah memutuskan hubungan dengan kedua orang tua angkatnya. Suzy juga tidak sudi menghubungi mereka.Suzy tenggelam di dalam lamunannya, dia tidak mendengar jelas ucapan Gilbert."Dia sudah menikah?" Gilbert bergumam sendiri. Awalnya dia agak terkejut, tetapi akhirnya dia tersenyum sambil mengangguk kecil. "Baguslah ....""Kenapa, Guru?" Setelah menenangkan diri, Suzy baru menyadari ada yang aneh dengan Gilbert."Guru, kamu kenal Nenek Qin?" Suzy penasaran dan bertanya kepada Gilbert.Gilbert bukanlah orang yang kepo, dia tidak suka ikut campur
"Awalnya aku menolak, tapi dia menyogokku dengan makanan-makanan lezat dan membantuku mencari tanaman-tanaman herbal. Akhirnya aku tersentuh dan bersedia mengajarinya. Dia membawaku ke sebuah gua, di sana aku menemukan asparagus yang selama ini aku cari. Ternyata selama ini dia mempelajari keterampilan medis secara otodidak, tapi keluarganya tidak setuju. Akhirnya aku membawa dia ke ibu kota.""Aku masih terlalu muda, belum bisa mengajari orang. Tapi untungnya dia pintar dan cepat tanggap, guruku mengagumi kemampuannya dan menerimanya jadi murid. Kami belajar bersama-sama selama 3 tahun, masa-masa itu adalah kenangan paling indah ...."Gilbert bercerita sambil sesekali tersenyum."Lalu? Kenapa kamu dan Nenek berpisah?" Suzy lanjut bertanya.Gilbert mengerutkan alis, raut wajahnya terlihat dipenuhi penyesalan. "Aku yang salah. Waktu itu keluarganya datang dan memaksanya pulang, harusnya aku menghalangi mereka. Aku ... aku gagal melindungi nenekmu.""Nenek sendiri bagaimana? Nenek setuju
Masih hidup?Suzy terkejut dan mengangkat kepalanya. "Kamu yakin? Lalu kenapa Kakek tidak pernah muncul?""Jangan-jangan ... Kakek ikut mereka kembali ke Klan Youlan?" Suzy tak berani memercayai tebakannya sendiri."Mungkin, kita cari pelan-pelan." Robert menghela napas panjang, dia terlihat agak frustasi."Sisi positifnya ternyata Kakek masih hidup. Asalkan mau mencarinya, kita pasti bisa bertemu Kakek." Suzy menggenggam erat tangan Robert."Em." Robert mengecup kening Suzy, lalu menjawab, "Besok aku ikut ke makam Nenek, ya! Ayo, kita tidur lebih awal.""Oke." Suzy mengecup pipi Robert dengan lembut. "Selamat malam.""Selamat malam."....Keesokan hari, dua mobil beranjak pergi dari vila.Awalnya hanya Robert, Suzy, dan Gilbert yang mau pergi, tetapi begitu tahu bahwa mereka mau mengunjungi makam Nenek Qin, Nenek Jenny juga ngotot mau ikut."Aku masih merasa bersalah, aku ingin mengunjungi dan mendoakannya. Semoga Nenek Qin memaafkanku ...," kata Nenek Jenny.Nenek Jenny sudah tua, se
Setelah melewati perjalanan yang sulit, akhirnya mereka pun tiba di puncak gunung.Suzy sudah lama tidak pulang mengunjungi makam Nenek Qin. Awalnya Suzy mengira makam Nenek pasti dipenuhi rerumputan liar dan kotor, tetapi faktanya berbeda jauh dengan bayangan Suzy ....Makam Nenek Qin sangat bersih, rumput-rumput sudah dipotong dan tak ada sampah sama sekali.Suzy tercengang melihat makam yang ada di hadapannya. Selain ayah dan ibu angkatnya Suzy, Nenek Qin tidak mempunya kerabat lain. Siapa yang berbaik hati datang membersihkan makam Nenek?Ketika Suzy sedang melamun, Gilbert berjalan melewatinya sambil terhuyung-huyung. Sekujur tubuh Gilbert tampak gemetaran ....Sesampainya di depan makam, Gilbert berlutut di hadapan nisan Nenek Qin dan memeluknya dengan lembut. "Sheila ...."Gilbert menangis tersedu-sedu, seolah baru kehilangan kekasih tercinta."Pak Gilbert ...." Lorraine tertegun, lalu menoleh ke arah Suzy.Suzy hanya mengangguk kecil, dia baru bisa menjelaskannya nanti.Beberap
Bagaimanapun masa lalu tidak bisa diulang kembali.Gilbert menarik kembali tatapannya dan lanjut menyusul orang-orang yang sudah mulai menuruni gunung.Simon, Robert, dan yang lainnya kembali ke rumah Nenek Qin."Ayo, kita lihat-lihat ke dalam," kata Nenek Jenny. Dia sangat tertarik dengan gubuk tua ini.Melihat orang-orang yang kelelahan, Suzy pun mengajak mereka masuk dan beristirahat. Untungnya kunci rumah masih tergantung di depan pintu"Hati-hati, ya! Papannya sudah mulai rapuh, jangan sampai jatuh," kata Suzy sambil membuka pintu rumah.Hal pertama yang Simon dan Robert lakukan adalah mengeluarkan kursi-kursi ke halaman. Sopir yang melihatnya pun bergegas turun tangan dan membantu membersihkan kursinya.Rumah tua ini kecil dan sederhana. Dalam waktu kurang dari 2 menit, Suzy sudah selesai mengajak mereka mengelilingi semua ruangan.Setelah kursi dibersihkan, semua orang duduk dan beristirahat di depan rumah sambil mengobrol.Mereka antusias mendengarkan cerita Suzy mengenai beber
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny