Emilo dan Lieno berjaga di depan pos pemeriksaan yang harus dilalui sebelum masuk ke kapal."Lieno, aku tidak mengerti isi otakmu. Operasi kita sudah gagal, kita harus pulang bersama Ayah." Emilo terlihat kesal. Sekarang sedang tidak ada Willis sehingga Emilo berani mengeluh secara terang-terangan."Kamu takut mati?" tanya Lieno sambil menatapnya sinis.Pertanyaan Lieno membuat Emilo kesal. Tatapan Emilo menyiratkan kebencian, dia menggertakkan gigi dan menjawab, "Kamu tidak tahu mati, 'kan? Kalau gitu, nanti kamu saja yang menghadapi mereka."Ketika Emilo dan Lieno sedang bertengkar, mobil Robert tina dan berhenti tidak jauh dari mereka. Sesaat menyadari musuh yang datang, Emilo dan Lieno berhenti berkelahi, lalu mengangkat senjata mereka."Tuan Robert, ada yang mengadang di depan. Apakah mau menerobosnya saja?" tanya salah seorang pengawal.Menyadari kapal yang sudah mau berlayar, Robert pun menggelengkan kepala. "Waktunya mepet, jangan sampai kapal Willis pergi. Menyelamatkan Charle
Yang Willis maksud adalah Barbie."Anda tidak memerintahkannya untuk dikurung. Jadi, kami juga tidak terlalu memperhatikannya. Hmm, mungkin dia ada di kamarnya sendiri?" jawab pengawal."Ayahnya juga tidak berguna. Sudahlah, dia tidak ada gunanya lagi. Kalau kalian melihatnya, buang saja ke luar." Willis terlihat tidak puas.Karena Thomas gagal, Willis melampiaskan amarahnya kepada Barbie.Seiring langkah kaki yang menjauh, Barbie yang bersembunyi di bawah tempat tidur pun membuka matanya secara perlahan. Barbie ketakutan, sekujur tubuhnya gemetaran."Aku harus kabur!" Hanya kalimat itu yang berdengung di kepalanya.Barbie menarik napas dalam-dalam, lalu merangkak keluar dari bawah kasur. Di saat berdiri, tiba-tiba sebuah sosok masuk dan mereka pun saling bertatapan.Seketika, tubuh Barbie mematung di tempat. Saking takutnya, dia sampai tak berani bernapas sambil menatap sosok yang ada di depannya ....Tatapan Barbie terlihat kaget, dia sulit memercayai yang dilihatnya.Pria di depanny
Willis tersenyum sinis, sedangkan Emilo menggangguk setuju.Lieno tidak langsung kembali ke kamar, melainkan memperhatikan Emilo dari kejauhan. Ekspresi Lieno terlihat sangat muram, dia menggertakkan gigi sambil bergumam, "Emilo, bajingan! Kamu pasti sengaja! Tunggu saja pembalasanku."Sesampainya di depan kamar, Emilo menendang pintunya dan masuk. Ketika mengangkat kepala, dia terkejut melihat ada orang di dalam kamarnya. "Kalian, eh!"Sebelum sempat berteriak, seluruh pandangan Emilo langsung menjadi gelap.Willis sudah lama berdiri di dek, tetapi kapal tak kunjung berlayar."Kenapa belum jalan juga? Ahh, lama banget! Apa kerjanya?" Willis memarahi Claudius, nakhoda yang bertugas memimpin pelayaran.Beberapa bawahan yang melayani Willis langsung tersentak dan bergegas menghubungi Cladius.Begitu terhubung, Willis langsung merebut alat komunikator dan berteriak, "Clau, kamu lagi main perempuan? Kenapa kapalnya belum jalan juga?""A ... da masalah dengan sistemnya. Sebentar ... aku lag
Kalimat terakhir Barbie membuat mereka tercengang. Mati di tangan Emilo?Pertengkaran Emilo dan Lieno adalah hal yang biasa, tetapi kalau sampai mati, Willis tidak mungkin tinggal diam.Para pengawal bingung, apakah dia harus membuang Barbie ke laut atau mengurus perkelahian Emilo dan Lieno dulu?Setelah diputuskan, salah seorang pengawal berkata, "Aku akan membawa wanita ini menemui Tuan Willis, kalian berdua cek ke kamarnya Lieno. Kalau berkelahi, masa tidak terdengar suaranya?""Kalau kamu bohong, Tuan Willis tidak hanya akan membuangmu ke laut, tapi juga merobek kulitmu yang mulus!" kata salah seorang pengawal sambil menarik lengan Barbie.Ancaman pengawal membuat Barbie teringat kepada Sunny. Meskipun bergetar ketakutan, Barbie mengangguk dan tetap mengikuti pengawal yang membawanya.Sebelum tiba di ruang kontrol, Willis mendengar langkah kaki yang berlari di belakangnya. Ketika menoleh, Willis melihat pengawal yang datang sambil membawa Barbie.Willis mengerutkan alis, masalah ap
Pengawal Willis membawa Barbie ke kamar yang dijaga oleh 4 orang."Jangan bikin masalah! Walaupun Tuan Willis membiarkanmu hidup, sebaiknya jaga sikapmu! Tunggu di sini, jangan ke mana-mana," kata pengawal sambil mendorong Barbie ke dalam kamar.Ketika dibawa ke kamar ini, Barbie memperhatikan kamar sebelah yang dijaga oleh belasan pengawal. Barbie curiga, jangan-jangan ....Setelah pengawal menutup dan mengunci pintu kamar, Barbie segera berlari ke tembok dan menepuknya pelan. "Raja? Apakah itu Anda?""Siapa kamu?" tanya Charles."Aku Barbie, aku datang untuk menyelamatkan Anda." Saat menjawab, jantung Barbie terasa berdegup kencang."Kamu adalah putrinya Thomas, kamu mau menyelamatkanku? Heh! Kamu dan Willis pasti bersekongkol untuk menjebakku," Charles terdengar sangat frontral.Charles tidak akan memercayai Thomas maupun Barbie, mereka berdua sama saja.Seketika, Barbie merasa canggung, tetapi dia tidak melupakan janjinya dengan Kak Lius.Barbie sadar, ini adalah kesempatan terakhi
Meskipun Robert baru menjalani operasi dan kondisinya belum lama pulih, tubuhnya terasa sangat segar dan lebih gesit. Kekuatan di dalam dirinya seolah bertambah berkali-kali lipat.Robert tahu, semua ini berkat darahnya Suzy ....Entah kenapa Suzy masih belum sadarkan diri, Robert sangat merindukannya ....Namun, Robert tidak boleh berlarut-larut di dalam kekhawatiran. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bersedih, masih ada masalah yang harus diselesaikan.Tak berapa lama, mereka tiba di kamar tempat Charles dikurung. Meskipun Robert tidak berbicara dan hanya memberikan isyarat dari ekspresinya, semua pasukan Robert tahu apa yang harus dilakukan."Ayo!" Robert mengepalkan tangan.Begitu perintah diturunkan, semua orang langsung bergerak. Ada yang sengaja menarik perhatian, ada pula yang menyerang. Perencanaan mereka sangat matang.Sesaat mendobrak pintu, Robert terkejut melihat Charles yang ternyata tak sendirian.Entah bagaimana caranya, barbie berhasil menyelinap ke kamar Charle
Robert malas membicarakan masalah Barbie. Lagi pula, Robert tidak perlu membunuh Barbie, ada persidangan yang masih menunggunya.Ditambah, tembakan yang dilayangkan Barbie pasti sudah menarik perhatian para pengawalnya Willis. Robert dan yang lainnya memiliki keterbatasan waktu, mereka harus segera kabur.Robert menyimpan pisaunya, lalu mendekati Charles dan berkata, "Pengawalnya Willis akan segera tiba, kita harus kabur!""Baik, baik!" Charles menganggukkan kepala.Julius menyarankan untuk kabur melalui jendela, itu adalah tercepat agar bisa meloloskan diri.Begitu melirik ke arah Jendela, Robert langsung menggelengkan kepala. Tembakan tadi telah menarik perhatian para pengawal Willis, sekelompok pasukan sedang berjaga di dek kapal sambil mengarahkan pistolnya. Jika kabur melalui jendela, takutnya Robert dan yang lain bisa tertembak.Robert berusaha mengingat denah kapal dan berkata, "Ke ujung kapal!"Robert memimpin kelompok untuk melarikan diri, tapi tiba-tiba dia menoleh ke arah Ju
Ketika Robert dan Julius selesai mempersiapkan semuanya, para pengawal Willis tiba di depan dan mencoba untuk mendobrak pintunya."Bang, bang!" Pintu dirobohkan dengan mudah.Sesaat mendengar pergerakan di luar, Robert langsung menarik Julius dan menariknya. "Julius, aku ada ide ...."Tepat di saat para pengawal Willis masuk, Robert melemparkan bom ke arah mereka. "Duar!"Terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga.Willis yang sedang menyusul ke gudang pun tercengang mendengar suara ledakan itu. Raut wajahnya berubah, dia melangkah mundur dan berteriak, "Mundur!"Willis memang menyimpan bahan peledak di gudang, tetapi tidak ada yang merakitnya. Ledakan bom tadi ... pasti orang di dalam yang merakitnya!Willis terlalu menyepelekan mereka.Suara ledakan berangsur mereda dan di gudang juga tidak terdengar pergerakan.Namun, Willis tidak berani mengambil risiko yang terlalu besar. Dia berbisik kepada kedua pengawal yang ada di sampingnya untuk memeriksa situasi di dalam gudang.Di saa
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny