Meskipun Robert baru menjalani operasi dan kondisinya belum lama pulih, tubuhnya terasa sangat segar dan lebih gesit. Kekuatan di dalam dirinya seolah bertambah berkali-kali lipat.Robert tahu, semua ini berkat darahnya Suzy ....Entah kenapa Suzy masih belum sadarkan diri, Robert sangat merindukannya ....Namun, Robert tidak boleh berlarut-larut di dalam kekhawatiran. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk bersedih, masih ada masalah yang harus diselesaikan.Tak berapa lama, mereka tiba di kamar tempat Charles dikurung. Meskipun Robert tidak berbicara dan hanya memberikan isyarat dari ekspresinya, semua pasukan Robert tahu apa yang harus dilakukan."Ayo!" Robert mengepalkan tangan.Begitu perintah diturunkan, semua orang langsung bergerak. Ada yang sengaja menarik perhatian, ada pula yang menyerang. Perencanaan mereka sangat matang.Sesaat mendobrak pintu, Robert terkejut melihat Charles yang ternyata tak sendirian.Entah bagaimana caranya, barbie berhasil menyelinap ke kamar Charle
Robert malas membicarakan masalah Barbie. Lagi pula, Robert tidak perlu membunuh Barbie, ada persidangan yang masih menunggunya.Ditambah, tembakan yang dilayangkan Barbie pasti sudah menarik perhatian para pengawalnya Willis. Robert dan yang lainnya memiliki keterbatasan waktu, mereka harus segera kabur.Robert menyimpan pisaunya, lalu mendekati Charles dan berkata, "Pengawalnya Willis akan segera tiba, kita harus kabur!""Baik, baik!" Charles menganggukkan kepala.Julius menyarankan untuk kabur melalui jendela, itu adalah tercepat agar bisa meloloskan diri.Begitu melirik ke arah Jendela, Robert langsung menggelengkan kepala. Tembakan tadi telah menarik perhatian para pengawal Willis, sekelompok pasukan sedang berjaga di dek kapal sambil mengarahkan pistolnya. Jika kabur melalui jendela, takutnya Robert dan yang lain bisa tertembak.Robert berusaha mengingat denah kapal dan berkata, "Ke ujung kapal!"Robert memimpin kelompok untuk melarikan diri, tapi tiba-tiba dia menoleh ke arah Ju
Ketika Robert dan Julius selesai mempersiapkan semuanya, para pengawal Willis tiba di depan dan mencoba untuk mendobrak pintunya."Bang, bang!" Pintu dirobohkan dengan mudah.Sesaat mendengar pergerakan di luar, Robert langsung menarik Julius dan menariknya. "Julius, aku ada ide ...."Tepat di saat para pengawal Willis masuk, Robert melemparkan bom ke arah mereka. "Duar!"Terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga.Willis yang sedang menyusul ke gudang pun tercengang mendengar suara ledakan itu. Raut wajahnya berubah, dia melangkah mundur dan berteriak, "Mundur!"Willis memang menyimpan bahan peledak di gudang, tetapi tidak ada yang merakitnya. Ledakan bom tadi ... pasti orang di dalam yang merakitnya!Willis terlalu menyepelekan mereka.Suara ledakan berangsur mereda dan di gudang juga tidak terdengar pergerakan.Namun, Willis tidak berani mengambil risiko yang terlalu besar. Dia berbisik kepada kedua pengawal yang ada di sampingnya untuk memeriksa situasi di dalam gudang.Di saa
Willis mengepalkan tangannya dan meninju perut Robert sekeras mungkin."Ah!" teriak Robert.Willis sangat puas melihat ekspresi Robert yang kesakitan."Katakan, di mana teman-temanmu? Mereka masih bersembunyi di sini, 'kan?" tanya Willis sambil memandang ke sekeliling.Willis bahkan berpikir jangan-jangan mereka kabur lewat jendela?Di saat bersamaan, salah seorang pengawal masuk dan melaporkan, "Tuan Willis, Charles dan yang lainnya kabur dengan menggunakan perahu kecil.""Ehm, biarkan saja." Willis sama sekali tidak terlihat khawatir. "Mereka tidak akan bisa kabur."Sesaat selesai bicara, Willis mengangkat tangannya dan hendak memberikan perintah, tetapi ....Tanpa disadari, seseorang menodongkan pistol ke belakang kepalanya Willis."Tuan Willis!" teriak beberapa pengawalnya.Willis membeku selama beberapa detik. Ketika menoleh ke belakang, dia melihat "bawahan" yang menodongkan pistol ke arahnya.Bentuk mata, tatapan, dan bekas luka di pelipis mengingatkan Willis pada seseorang ....
Sekitar 60 orang yang tertangkap di kapal Willis. Selain itu, pihak kepolisian juga menemukan banyak senjata dan amunisi terlarang.Tak perlu ditanya pun semua orang tahu, pasti Thomas yang menyediakannya untuk mereka.Ronny mengirim sekitar 5 mobil besar untuk membawa semua tersangka dan senjata yang disita.Thomas, Royi, dan semua kaki tangannya telah tertangkap ....Sembari menghitung jumlah tersangka, Royi menghela napas dan berkata, "Apakah sel di Rutan Keamanan Nasional cukup menampung mereka semua?"Robert dan Julius beranjak turun dari kapal. Sesampainya di darat, Robert pun bertanya, "Kamu yang merusak sistem keamanan kapal? Jadi selama ini kamu menyamar dan menyusup di kapal Willis?"Julius hanya melirik Robert sambil mengangkat sudut bibirnya. Tampaknya Julius tidak ingin menjawab pertanyaan Robert.Robert adalah orang yang cerdas, dia mengerti maksud Julius.Setelah perjuangan yang begitu panjang, Robert dan Julius masih terlihat seperti orang asing, sama sekali tidak ada r
Janet adalah wanita yang lemah lembut, dia sangat jarang marah. Namun, kali ini Janet tidak bisa membendung amarahnya, Vermont sudah kelewatan!Saking kerasnya, beberapa pengawal yang ada di dalam mobil sampai bisa mendengar suara Janes. Vermont hanya bisa berdeham canggung dan berusaha untuk tetap terlihat tenang."Janet, semuanya sudah beres. Aku segera pulang," Vermont berbisik."Tidak, kamu tidak boleh pulang!" Suara Janet terdengar terengah-engah. "Lihat saja, aku akan ke sana dan membuat perhitungan denganmu."Tanpa menunggu jawaban Vermont, Janet langsung mematikan panggilannya.Tangan kiri Vermont memegang ponsel, sedangkan tangan kanannya memegang pintu mobil yang belum ditutup.Sopir menoleh ke belakang dan bertanya dengan ragu-ragu, "Tuan, apakah sudah boleh jalan?"Vermont menghela napas. "Kalian pulang duluan."Kemudian, Vermont turun dari mobil dan berdiri di tengah pelabuhan sambil menikmati embusan angin laut. Dia tahu, Janet pasti sangat murka. Kalau tidak mematahi uca
Robert mengalihkan tatapannya ke arah Cole. Tatapan Robert terlihat sangat tidak bersahabat.Cole terkejut melihat tatapan Robert. Di saat bersamaan, sebuah pikiran melintas di benak Cole dan dia pun menunjuk Robert sambil bertanya, "Paman, apakah dia yang membuat Suzy jadi seperti ini?"Hati Robert terasa bergetar saat mendengar pertanyaan Cole. Robert sontak menatap ke arah Canelius."Apa lihat-lihat?" tanya Canelius dengan ketus."Iya, tapi bagaimana mungkin?" Canelius tidak yakin dengan tebakannya.Kemudian, Canelius menarik napas panjang, lalu menarik tangan Robert. Sayangnya, Canelius gagal, Robert berhasil menghindari tangkapannya."Ehem, beri tahu aku, apa yang Suzy lakukan kepadamu?" Canelius bertanya sambil menunjuk Suzy yang masih pingsan.Robert tidak suka dipaksa, tetapi pertanyaan Canelius berhubungan dengan pingsannya Suzy. Jadi, Robert pun menjawab secara jujur, "Aku terluka, Suzy mengobatiku dengan menggunakan darahnya.'"Tidak mungkin!" Canelius berteriak, "Darahnya m
Cole sontak menutup mulutnya, hampir saja keceplosan.Melihat sikap Canelius dan Cole yang aneh, Robert merasa harus berwaspada."Bagaimana kondisinya sekarang? Apakah kalian ada cara agar dia bisa lebih cepat sadar?" tanya Robert.Canelius berpikir sebentar, lalu menjawab, "Tidak ada."Cole juga menggelengkan kepala.Robert menatap mereka berdua sambil menyeringai dingin. "Kalau tidak bisa apa-apa, untuk apa kalian ada di sini?"Setelah selesai bicara, Robert memberikan isyarat kepada Simon untuk mengusir Canelius dan Cole."Tuan Canelius, anak muda, menantuku sedang istirahat. Sebaiknya kalian pulang dulu," kata Simon sambil beranjak maju. Sikap Simon yang sungkan benar-benar membuat orang sulit menolak permintaannya.Tatapan Canelius tertuju kepada kalung yang ada di leher Suzy. "Batu sucinya harus dilepaskan.""Baik," jawab Robert.Tidak peduli apa pun tujuan Canelius dan Cole, Robert bisa melihat bahwa mereka tulus mengkhawatirkan keselamatan Suzy.Setelah membawa Suzy pulang, Rob