Royi mengerutkan kening, seperti masih ingin mengatakan sesuatu.Namun, tiba-tiba Ronny berkata, "Pangeran Nolan, Putri Samantha, aku akan merapikan semua berkas dan menyerahkannya kepada Anda."Royi melotot kesal, dia pun terpaksa menarik kembali ucapannya.Setelah persidangan selesai, Suzy menatap Daniel yang terluka parah. Suzy tampak sangat khawatir.Tepat saat Samantha hendak mengumumkan hasil persidangan, Suzy memberikan saran, "Kondisi Jenderal Xin dan Nyonya Lorraine agak mengkhawatirkan. Sebaiknya mereka diobati agar tidak memengaruhi persidangan berikutnya."Tanpa menunggu Samantha merespons, terdengar sebuah suara serak yang berkata, "Eh, itu ideku."Gilbert tersenyum sambil menepuk pundak Suzy. "Aduh, muridku ini memang suka merebut pasien."Sembari berbicara, Gilbert menatap Daniel sambil mengernyit. Kemudian, Gilbert mengangkat alisnya dan berkata, "Melihat Kondisi Jenderal Xin, lukanya sudah terinfeksi dan cukup parah. Kalau tidak segera diobati, dia bisa saja meninggal
Gilbert berdiri di samping sambil berbisik, "Royi tidak sebaik itu, takutnya dia malah melukai Jenderal Xin. Kita pikirkan cara lain setelah pulang.""Baik." Suzy menganggukkan kepala.Sesampainya di luar, sebuah mobil hitam berhenti di depan Suzy dan Gilbert. Kemudian, Robert menurun kacara jendela dan memberikan isyarat kepada Suzy."Sana, aku bisa pulang sendiri," kata Gilbert."Guru, terima kasih." Suzy membungkukkan badan. Dia sangat berterima kasih karena Gilbert telah melindungi di sepanjang jalannya persidangan. Meskipun Gilbert tidak mengatakannya, Suzy bisa merasakan kebaikannya.Setelah Gilbert pergi, Suzy baru masuk ke dalam mobil Robert.Robert tidak menanyakan apa-apa kepada Suzy. Robert sudah menonton persidangan melalui siaran langsung. Tak hanya itu, dia juga sudah memahami kondisi secara garis besar.Melihat wajah Suzy yang masam, Robert tahu apa yang sedang dipikirkannya. "Aku sudah mengutus Vermont untuk menyelidiki restoran tempat Royi mengumpulkan bukti. Janet dan
TIba-tiba, Robert memberikan sebuah ide dan langsung memerintahkan sopir, "Ke Plaza Ambara."Plaza Ambara adalah pusat perbelanjaan ternama di ibu kota.Suzy menoleh ke arah Robert, lalu menjawab, "Aku sedang tidak ingin jalan-jalan.""Bukan jalan-jalan, aku mau memintamu untuk menemaniku. Malam ini ada sebuah pesta yang harus aku hadiri. Kamu harus berdandan dan beli baju, 'kan?" Robert tahu suasana hati Suzy, dia tidak mungkin mengajaknya jalan-jalan."Oh," Suzy menjawab sambil mengedipkan mata. Karena Robert sudah meminta, Suzy tidak dapat menolaknya.....Setelah selesai, Nolan dan Samantha kembali ke kerajaan untuk melaporkan hasil persidangan.Walaupun Charles sudah mengetahui bagaimana jalannya persidangan, mendengarkan laporan kedua anaknya juga merupakan cara untuk meninjau kemampuan mereka.Sebagai orang yang memimpin persidangan, Nolan menjadi orang pertama yang melaporkan.Nolan tidak sungkan-sungkan mengungkapkan kekesalannya terhadap Ronny dan Royi. Dia juga membahas tind
Charles mengerutkan alisnya.Charles sudah sempat memerintahkan Billy untuk mengunjungi Robert, tapi Robert menolak untuk menjawabnya.Charles yakin, Robert tidak mungkin memberikan obatnya. Jadi, dia pun tidak pergi menemuinya lagi.Wanita ini mengetahui apa yang dipikirkan Charles. "Raja, demi kesehatan Anda, aku harap Anda bisa mengesampingkan dendam pribadi. Bukankah kesehatan lebih utama?"Charles langsung terdiam dan mulai berpikir....."Nolan!" Samantha memanggil adiknya."Ada apa?" Nolan menjawab dengan ketus, tatapannya terlihat penuh kewaspadaan.Samantha seolah tidak memedulikan sikap Nolan yang memusuhinya. Samantha tersenyum, lalu menjawab, "Sebentar lagi aku mau pergi ke Rutan Keamanan Nasional untuk memeriksa berkas Keluarga Xin. Mau ikut?"Nolan teringat dengan ucapan Charles tadi. Akhirnya, dia memutar matanya sambil menjawab menggunakan nada yang sinis, "Kamu kan hebat, pergi saja sendiri. Aku masih sibuk, tidak bisa menemanimu."Setelah bicara, Nolan membalikkan bad
Walaupun Shaleta tidak memiliki paras yang cantik, suaranya terdengar cukup merdu.Nolan sedang menahan amarah karena tidak memiliki tempat pelampiasan. Ditambah, temperamennya juga kurang bagus."Tidak ada!" Nolan menjawab dengan dingin, lalu melemparkan berkas-berkasnya ke lantai.Begitu mendengar suara lemparan yang keras, Shaleta membuka pintu kamar Nolan dan masuk tanpa seizinnya. "Nolan, kamu tidak apa-apa?"Shaleta masuk sambil memegang sebuah piring yang ditutup dengan wadah berwarna emas.Nolan menatapnya dengan sinis, lalu bertanya, "Siapa yang mengizinkan kamu masuk?"Walaupun sedang marah, Nolan tidak melupakan identitas Shaleta. Nolan tidak berani berteriak, takutnya terdengar oleh pengawal.Seiring interaksi yang terjalin selama beberapa hari ini, Nolan dan Shaleta makin mengenal satu sama lain. Nolan memang tidak mencintai Shaleta, dia juga tidak ingin menikahi putri ini. Namun, bisa dibilang Shaleta adalah salah satu teman Nolan."Kamu bawa apa?" Nolan melihat piring ya
Nolan menelan air ludah dan sontak berteriak, "Shaleta!""Em? Ada apa? Tidak enak?" Shaleta terlihat gugup."Oh, tidak, tidak! Enak, kok! Terima kasih!" Nolan memalingkan wajahnya. "Tapi, kamu makan saja sendiri. Aku masih sibuk, ada banyak kerjaan."Setelah bicara, Nolan bergegas memungut berkas-berkas yang berceceran di lantai dan pura-pura terlihat sibuk.Kekecewaan terpancar jelas di mata Shaleta. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, dia mengalihkan perhatiannya ke berkas yang dipegang Nolan dan berkata, "Aku menonton persidangan hari ini.""Kamu juga mengikuti perkembangan kasus ini?" Nolan agak terkejut.Wajah Shaleta yang bulat tampak tersenyum manis. "Tentu saja, Jenderal Xin adalah sosok yang sangat terkenal. Di negaraku, hampir semua orang mengenalnya. Kasus ini cukup menggemparkan dunia, ayahku saja sampai menanyakannya."Tidak disangka, pemimpin Negara Prihanda pun mengikuti perkembangan kasus ini. Negara-negara lain juga pasti membicarakannya ....Dengan adanya perhatian
Sebenarnya, Nolan tidak berharap terlalu banyak. Dia cuma basa-basi saja.Shaleta mengangkat kepalanya, lalu menatap Nolan sambil mengerutkan alis. Kemudian, Shaleta meletakkan berkas yang dipegangnya dan berkata, "Nolan, aku rasa Keluarga Xin sudah difitnah."....Nolan tercengang, dia hanya bisa menatap lurus ke arah Shaleta. Nolan tidak tahu harus menjawab apa.Shaleta menyingkirkan piring kosong yang berada di hadapan Nolan, lalu memperlihatkan dokumen yang dirasa janggal. "Lihat, transaksi ini terjadi pada 2 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 5 Mei."Nolan tidak mengerti. "Terus? Ada yang aneh?""Tentu saja." Shaleta menggelengkan kepala. "Saat itu, para perompak barat laut tidak senang dengan tekanan yang diberikan Pelelangan Baren. Akhirnya, mereka berkumpul untuk menyerang Pelelangan Baren. Setelah kejadian itu, Pelelangan Baren berhenti beroperasi selama beberapa waktu.""Apalagi, Willis sendiri yang memimpin pasukan untuk melawan perompak barat laut. Seingatku, Willis terluka
"Hmm?" Orang itu terlihat familier.Menyadari Suzy yang menoleh ke belakang, Robert pun mengikuti arah tatapan Suzy dan melihat sebuah sosok yang tidak asing. "Dia adalah Canelius, wakil Kamar Dagang Ibu Kita."Suzy ingat, dia sempat mencurigai orang itu. Ketika merasakan aura Canelius, Suzy memiliki firasat kalau orang itu adalah anggota Klan Youlan. Hanya saja, Suzy tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengannya.Kalau dilihat dari jauh, Canelius mirip dengan Albert. Hanya saja, Albert lebih suka mengenakan jubah putih daripada jas. Canelius juga memiliki mata yang lebih besar dan aura seorang pengusaha.Robert berbisik di telinga Suzy. Dari kejauhan, sepertinya Canelius menyadari Suzy dan Robert yang sedang memperhatikannya.Setelah berpikir sejenak, Canelius pun menghampiri Robert dan Suzy. Semakin Canelius mendekat, Suzy merasakan aura yang semakin kuat. Suzy berusaha tetap tenang sambil memegang batu suci yang dikenakannya."Tuan Robert," sapa Canelius.Robert mengangkat