Jodi berusaha menahan kedua di bibirnya melihat rona merah jambu di pipi Rara ketika Jodi sengaja menggodanya. Istrinya yang tidak hanya galak tapi juga bermulut pedas itu tampak menggemaskan di mata Jodi.
Apakah ungkapan benci merupakan singkatan benar-benar cinta dalam hubungan mereka? Sepertinya iya karena Jodi tanpa sadar pun merasakannya. Aneh memang seharusnya dirinya tidak langsung berubah bersikap sok romantis kepada Rara agar tidak membuat istrinya itu menjauh.
Pemaksaan yang dilakukan oleh orang tua kedua belah pihak untuk menjalani pernikahan dini di awal memang sangat menyebalkan bagi Jodi. Namun, baru berjalan beberapa hari saja dia sudah berubah haluan dan seratus persen yakin kalau akan terus mempertahankan pernikahan dini mereka yang terpaksa dijalani.
Sebenarnya rasa tertarik terhadap gadis galak itu sejak lama dirasakan oleh Jodi. Untuk itu lah dia kerap kali sengaja mengajak gadis itu ribut bak Tom and Jerry. Konyol memang karena sikap emosi y
Pernikahan itu bersama secara fisik, jiwa dan pikiran. Itu berarti tak seharusnya sepasang suami istri tinggal terpisah. Bukankah pernikahan bertujuan untuk saling berbagi rasa kasih sayang sehingga kita merasa tentram. Apakah rasa tentram akan tercapai bila suami istri tinggal berjauhan? Hal-hal itu terus beradu di dalam pikiran Jodi. Hingga dia akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas, tapi tidak terkesan memaksakan kehendak dirinya agar bisa tidur satu kamar bersama Rara. Udara dingin dari pendingin ruangan terasa begitu menusuk ke tulang. Padahal selimut sudah menghalangi udara dingin. Namun, tetap saja tembus hingga membuat dua orang yang berada di balik selimut kedinginan. Sepasang suami istri yang berada di balik selimut merasa kedinginan, sehingga membuat mereka saling memeluk mencari kehangatan. Tubuh mereka melekat sempurna. Membuat beberapa anggota tubuh yang tidak dilapisi baju pun terasa menempel satu dengan yang lain. Semakin k
Seusai pelaksanaan ujian praktek, kegiatan siswa dan siswi kelas dua belas SMA Bunga Bangsa terlihat santai. Mereka hanya disibukkan dengan ujian praktek susulan sesuai jadwal yang diumumkan di Mading sekolah. Karena itu, setiap siswa sejak tadi hilir mudik bergantian mencermati apakah nama mereka tercantum didalamnya atau tidak. Sekolah memberikan waktu seminggu bagi para siswa dan siswi yang belum menyelesaikan kegiatan ujian praktek nya. Namun, karena sebagian besar mereka sudah tidak memiliki jadwal ujian praktek susulan, kini mereka banyak terdampar di kelas, lapangan sekolah, kantin bahkan pojokan sekolah yang bisanya tak berpenghuni. "Duh, nilai praktek agama gue jelek," keluh Siska. "Ya udah loe temuin Bu Solehah minta jadwal susulan," usul Rara. "Loe nanti temani gue ya ke ruang guru?" pinta Siska yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Rara. "Yuk, sekarang aja mumpung belum terlalu rame tuh kayaknya," ajak Rara. "Girls
Rara harus menelan rasa kecewanya lantaran tidak melihat sosok yang dia cari di dalam kelas. Langkahnya lalu berlarian keluar masuk kelas dan ruangan yang dia kira akan menemuinya. Namun, begitu memasuki pintu arah parkiran motor, dia melihat Dodit tampak tergesa-gesa hendak menyalakan mesin motornya."Dit, gue ikut," pekik Rara sambil berjalan cepat ke arah Dodit."Ja- jangan deh. Rosa kemana sih?" Dodit terdengar gagap mendapati permintaan Rara yang ingin mengikutinya. Sikap Dodit yang seperti ini justru semakin menguatkan niat Rara agar memaksakan keinginannya untuk ikut bersama Dodit."Loe emang mau kemana sih? Gue ikut beli bensin deh-" desak Rara.'Mam pus gue kenapa sial bener pagi ini? Alamat bakalan kena amukan singo edan kalau Rara beneran boncengan sama gue' batin Dodit menatap kecut ke arah Rara."Ra, ini bukan masalah bensin tapi nyawa gue bakalan terancam kalau loe bareng sama gue-" ucap Dodit yang tanpa sadar malah menaikkan kadar pe
Jodi dan Rara pulang ke rumah baru mereka. Kini Jodi mulai memindai penampakan istrinya. Dia menelan salivanya dengan susah payah saat pandangan matanya terhenti pada leher putih dan mulus Rara yang saat ini terpampang nyata.Dan dengan gerak refleks, Jodi menarik ikat rambut istrinya, hingga membuat rambut hitam Rara yang sedari tadi di cepol kini tergerai indah menutupi leher gadis itu."Iih, kenapa di lepas? Gerah-" protes Rara."Kalau keluar rumah rambut jan di iket. Aku gak suka. Digerai gini aja, kamu jadi kelihatan cantik," ucap Jodi seraya menyisir rambut istrinya dengan jari-jari tangannya.Sedangkan wajah Rara kini sudah semakin memerah karena ucapan suaminya. Ahh di bilang cantik saja sudah membuat Rara melting.'Jangan-jangan cowok di luar sana pada liatin leher bini gue. Ckk, kalau lihat tadi Rara boncengan sama Dodit dan Riko gak berkedip memandangi Rara rasanya pengen gue colok itu bola matanya', batin Jodi. Dia benar-benar tak rela
Jodi dan Rara sudah duduk berdampingan di atas ranjang, dengan kaki mereka yang sudah masuk ke dalam satu selimut yang sama.Jodi beberapa kali menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Tadi dia bersemangat mengajak Rara tidur bersama seperti apa yang kemarin mereka lakukan. Namun entah kenapa sekarang Jodi merasa bingung harus melakukan apa. Rasanya benar-benar sangat canggung.Dia melirik Rara yang sedang menggigit kuku-kuku jarinya yang kini sedang dia mainkan. Dan Jodi dapat melihat jika sepertinya Rara saat ini juga merasakan kegugupan yang sama seperti dirinya."Emm, kalau udah ngantuk bobo dulu aja enggak apa-apa kok. Ini udah hampir tengah malam lho, Ra," ujar Jodi mencoba memecahkan keheningan di antara keduanya.Rara mengangkat kepalanya menatap Jodi. Namun tak lama kemudian dia kembali menundukkan kepalanya. Rara juga merasa canggung dengan situasi saat ini. Apalagi ini pertama kalinya mereka tidur di satu ranjang yang sama dalam kondisi hat
Rara menggeliat dan dengan perlahan mulai membuka kedua matanya. Dia mengerjakan mata beberapa kali saat cahaya silau dari arah jendela terasa menyilaukan di kedua matanya.Rara mendudukkan dirinya di atas ranjang. Mengucek matanya hingga beberapa kali sebelum menatap ke sekelilingnya yang kini mulai terasa tak asing baginya.Rara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Benar-benar malu saat mengingat ternyata dia atas kemauannya sendiri tidur bersama Jodi di satu ranjang yang sama. Bahkan Rara kembali mengutuki kebodohannya yang bisa-bisanya tertidur saat bermain game dengan suaminya."Kemana dia?" Rara kembali menyusuri setiap sudut kamar tidur namun sama sekali tak menemukan sosok yang sudah ada di dapur sepagi ini."Kamu lagi ngapain?" tanya Rara hingga membuat Jodi mengalihkan pandangan ke arahnya.Jodi yang sedang sibuk di depan kompor, kini membalikkan tubuhnya saat mendengar suara istri kecilnya. Dia tersenyum saat melihat Rara sud
Tingtong... Tingtong...Suara bel rumah membuat Jodi dan Rara saling pandang. Siapa tamu yang sudah datang sepagi ini?"Duh, siapa yang datang?" tanya Rara."Aku yang buka pintunya. Ada tamu," ujar Jodi."Ya udah, aku bersihkan bekas makanan kita aja," sahut Rara."Kamu disini aja ya. Jan keluar. Kalau ada yang dateng ngumpet aja," ucap Jodi sebelum akhirnya bergegas menuju pintu rumah.CeklekJodi membelalakkan kedua matanya saat melihat sosok tamu yang kini berdiri di depan matanya."Dodit..."Sahabat Jodi itu tersenyum meledek Jodi. Sejak semalam dia sudah ingin membicarakan hal yang penting bersama sahabatnya itu, tapi as sepertinya dia tidak bisa menggangu kebersamaan Jodi yang menghabiskan waktu bermain game online dengan Rara."Loe kok bisa ada disini?" tanya Jodi gugup. Bahkan saat ini keringat sudah mengucur di tubuhnya. Dia benar-benar tak menyangka jika tamu yang datang adalah Dodit."Ck, muka lo
Klunting...Suara benda jatuh dari arah dalam membuat Dodit menatap ke arah Jodi. "Suara apaan itu?"Jodi menelan salivanya dengan susah payah. Beberapa saat yang lalu dia masih melupakan keberadaan istrinya karena obrolannya dengan Dodit. Dan kini dia baru ingat jika Rara masih berada di ruang makan menunggu dirinya.Dodit bangkit dari duduknya. Dan berjalan ke arah ruang makan. "Ehh, loe mau kemana?" tanya Jodi seraya menarik tubuh sahabatnya itu agar tidak melanjutkan langkah kakinya."Gue mau cek itu suara apa," ujar Dodit hendak berbalik."Jangan Dit," teriak Jodi. Itu tadi suara pasti ulah kucing," sambung Jodi sambil masih berteriak agar Rara mengerti jika dirinya harus bersembunyi."Mmeeeaaaauuwww..." Rara yang mengerti kode Jodi akhirnya menirukan suara kucing semirip mungkin."Tu kan Dit. Gue bilang juga apa. Itu pasti kucing," ujar Jodi mencoba meyakinkan Dodit."Di, loe lagi gak nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" ta