Rara menggeliat dan dengan perlahan mulai membuka kedua matanya. Dia mengerjakan mata beberapa kali saat cahaya silau dari arah jendela terasa menyilaukan di kedua matanya.
Rara mendudukkan dirinya di atas ranjang. Mengucek matanya hingga beberapa kali sebelum menatap ke sekelilingnya yang kini mulai terasa tak asing baginya.
Rara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Benar-benar malu saat mengingat ternyata dia atas kemauannya sendiri tidur bersama Jodi di satu ranjang yang sama. Bahkan Rara kembali mengutuki kebodohannya yang bisa-bisanya tertidur saat bermain game dengan suaminya.
"Kemana dia?" Rara kembali menyusuri setiap sudut kamar tidur namun sama sekali tak menemukan sosok yang sudah ada di dapur sepagi ini.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Rara hingga membuat Jodi mengalihkan pandangan ke arahnya.
Jodi yang sedang sibuk di depan kompor, kini membalikkan tubuhnya saat mendengar suara istri kecilnya. Dia tersenyum saat melihat Rara sud
Tingtong... Tingtong...Suara bel rumah membuat Jodi dan Rara saling pandang. Siapa tamu yang sudah datang sepagi ini?"Duh, siapa yang datang?" tanya Rara."Aku yang buka pintunya. Ada tamu," ujar Jodi."Ya udah, aku bersihkan bekas makanan kita aja," sahut Rara."Kamu disini aja ya. Jan keluar. Kalau ada yang dateng ngumpet aja," ucap Jodi sebelum akhirnya bergegas menuju pintu rumah.CeklekJodi membelalakkan kedua matanya saat melihat sosok tamu yang kini berdiri di depan matanya."Dodit..."Sahabat Jodi itu tersenyum meledek Jodi. Sejak semalam dia sudah ingin membicarakan hal yang penting bersama sahabatnya itu, tapi as sepertinya dia tidak bisa menggangu kebersamaan Jodi yang menghabiskan waktu bermain game online dengan Rara."Loe kok bisa ada disini?" tanya Jodi gugup. Bahkan saat ini keringat sudah mengucur di tubuhnya. Dia benar-benar tak menyangka jika tamu yang datang adalah Dodit."Ck, muka lo
Klunting...Suara benda jatuh dari arah dalam membuat Dodit menatap ke arah Jodi. "Suara apaan itu?"Jodi menelan salivanya dengan susah payah. Beberapa saat yang lalu dia masih melupakan keberadaan istrinya karena obrolannya dengan Dodit. Dan kini dia baru ingat jika Rara masih berada di ruang makan menunggu dirinya.Dodit bangkit dari duduknya. Dan berjalan ke arah ruang makan. "Ehh, loe mau kemana?" tanya Jodi seraya menarik tubuh sahabatnya itu agar tidak melanjutkan langkah kakinya."Gue mau cek itu suara apa," ujar Dodit hendak berbalik."Jangan Dit," teriak Jodi. Itu tadi suara pasti ulah kucing," sambung Jodi sambil masih berteriak agar Rara mengerti jika dirinya harus bersembunyi."Mmeeeaaaauuwww..." Rara yang mengerti kode Jodi akhirnya menirukan suara kucing semirip mungkin."Tu kan Dit. Gue bilang juga apa. Itu pasti kucing," ujar Jodi mencoba meyakinkan Dodit."Di, loe lagi gak nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" ta
Setelah melalui perdebatan lumayan lama akhirnya sepasang remaja yang kini menjadi suami istri itu sepakat untuk berangkat sekolah bersama. Menikmati momen masa-masa terakhir putih abu-abu, begitu alasan kuat Rara memaksa Jodi agar tetap sekolah hari ini.Dan saat ini jam pelajaran kosong di seluruh kelas karena seluruh staf dan guru sedang melakukan rapat untuk membahas ujian nasional kelas yang akan berlangsung bulan depan.Rara pun memilih menghabiskan waktu jam kosong dengan berkirim pesan dengan Jodi. Mereka sedang mengatur janji akan melakukan kegiatan apa setelah pulang sekolah nantinya."Rara ayo ikut gue." Dina menarik tubuh Rara keluar kelas dengan sedikit memaksa. Hingga membuat Rara mau tak mau mengikuti langkah kaki Dina.Namun saat sampai di luar kelas, yang membuat Rara bingung bukan lagi Dina yang tiba-tiba menariknya, tapi tatapan dari semua siswa-siswi padanya."Ini anak-anak kok pada liatin gue kek gitu sih?" tanya Rara yang meli
Rara masih membelalakkan kedua matanya tak percaya dengan ungkapan perasaan Riko padanya."Ko, loe lagi bercanda kan?" tanya Rara."Gak Ra, gue gak lagi bercanda. Jadi Rara Harumni Wanasita. Do you want to be my girl friend?" tanya Riko."Terima...""Terima...""TERIMA... Terima..."Sorak-sorai suara murid Bunga Bangsa kembali terdengar di telinga Rara sehingga membuat Rara bingung harus menjawab apa.Rara bingung. Bingung bagaimana cara menolak Riko agar lelaki itu tak terlalu sakit hati. Apalagi Riko mengungkapkan perasaannya di depan hampir semua penghuni sekolah. Pasti akan membuat lelaki itu malu jika Rara menolaknya dengan cara yang tak tepat."Gimana Ra, loe mau gak jadi pacar gue? Kalau loe terima gue, ambil buket bunga ini. Tapi kalau loe nolak gue, ambil balon ini dan terbangin ke langit," ujar Riko.Di dalam hati Riko sudah sangat yakin jika Rara pasti akan menerimanya. Apalagi Dina mengatakan jika Rara menyuk
"Kenapa Ra. Kenapa loe nolak gue? Kasih gue alasan yang jelas," ucap Riko yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Rara dengan sorot mata tajam."Maaf Ko. Tapi gue enggak bisa nerina loe jadi cowok gue," ujar Rara lirih. Jujur saja dia sedikit takut dengan sorot mata tajam Riko yang baru kali ini dia lihat. Belasan tahun mengenal Riko, biasanya sosok dihadapannya ini selalu bersikap baik dan manis didepannya."Iya... tapi kasih alasan yang jelas biar gue tahu," sahut Riko yang bersikeras ingin tahu alasan yang jelas dari Rara. Dia masih belum terima di tolak seperti ini. Apalagi dihadapan teman-teman satu sekolahnya."Alasannya cuma satu, Ko. Kita beda," jawab Rara memberanikan diri menatap Riko."Beda? Tentu saja kita berbeda. Gue cowok loe cewek. Lagi pula bukankah perbedaan di antara pasangan itu gunanya untuk saling melengkapi?" sambung Riko dengan senyum sinis di bibirnya."Tapi masalahnya perbedaan ini gak bisa untuk saling melengkapi, Ko," s
Kehebohan yang awalnya diciptakan oleh Riko yang menyatakan perasaannya kepada Rara itu pun mereda. Satu persatu para murid Bunga Bangsa meninggalkan area lapangan sekolah. Jodi yang merasa sudah tidak memiliki keperluan di sekolah, mengajak Rara untuk makan siang di cafe dekat sekolah mereka."Um..." Rara memberanikan dirinya menatap Jodi."Kenapa hem?" tanya Jodi seraya merapikan helaian rambut yang menutupi wajah istrinya."Yang tadi kamu ucapin beneran?" tanya Rara masih menatap wajah Jodi tanpa berkedip sekali pun.Jodi mengerutkan dahinya. "Ucapan aku yang mana?" Jodi balik bertanya.Rara cemberut. "Ihh yang tadi kamu umumin ke anak-anak.""Iya tapi kalimat yang mana? Kan aku gak cuman ngomong satu kalimat tadi," ujar Jodi tersenyum menatap wajah istrinya yang masih di tekuk."Yang itu tadi..." Wajah Rara memerah dia hendak melepaskan rengkuhan tangan Jodi dari tubuhnya, namun suaminya itu malah semakin mengeratkan rengkuhannya.
Menjelang soreSepasang suami istri itu sudah sampai di rumah baru mereka. Keduanya yang lelah langsung merebahkan tubuh mereka di atas ranjang."Di..." Rara menggigit bibirnya"Yang, masa kamu masih panggil nama aja sih?" protes Jodi."Um, terus aku panggil apa?" tanya Rara."Iya pokoknya yang mesra dan spesial cuman buat aku. Sayang, honey, hubby-" jelas Jodi."Aku sama aja ya panggil kamu sayang?" tanya Rara dengan wajah merona."Ah, iya boleh sayang," ucap Jodi mesra.Jodi memiringkan tubuhnya dan menatap mesra istrinya."Aku capek," ujar Rara menatap langit-langit kamar mereka."Mau aku pijitin?" tanya Jodi yang kini langsung mendudukkan tubuhnya dan bersiap memijat istrinya."Malu ah, lagian gak sopan kalau istri di pijat sama suami," ujar Rara yang tidak berani menatap wajah suaminya."Jiah, pake malu segala. Biar adil kita gantian aja. Gimana?" tanya Jodi seraya memainkan alisnya."Bol
Tok... Tok... Tok...Jodi kembali mengetuk pintu kamar mandi. Dan tak lama Rara membuka pintu kamar mandi. Mengulurkan tangannya dan kembali menutup pintu kamar mandi setelah menerima benda yang dia butuhkan. Bahkan karena terlalu malu, Rara tidak berani menatap wajah suaminya. Hingga kata terima kasih pun lupa dia ucapkan.Jodi menghela nafas kasar setelah melihat pintu kamar mandi kembali tertutup.'kayak nya gue harus maen solo', gumam Jodi. "Untung saja stok sabun masih banyak." Jodi mengusap wajahnya kasar lalu bergegas ke kamar mandi yang berada di kamar sebelah.Rara keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Clingak-clinguk saat tak mendapati suaminya di dalam kamar."Kemana dia, kok hilang." tanya Rara kepada dirinya sendiri. Tak mau ambil pusing, Rara pun memilih mengambil ponselnya di atas nakas.Setelah menemukan ponselnya, Rara bergegas naik ke atas ranjang. Memilih menunggu suaminya yang entah kemana, sembari membaca artikel yang mena