"Aku senang banget bisa kesini. Udah lama kayaknya gak kenal liburan." Rara begitu bahagia menikmati suasana pantai saat berdua bersama Jodi.
"Makasih ya udah ajak aku kesini." Rara berbalik memeluk sang suami dan mendaratkan kecupan bertubi-tubi di pipi suaminya.
Jodi senang ketika istrinya menciuminya. Merasa jika itu adalah ungkapan bahagianya. "Kalau kamu cium kayak gitu, kamu bikin aku pengen hal yang lebih."
Rara langsung melepaskan pelukannya. "Coba aja kalau bisa." Rara berlari menghindari sang suami.
Jodi yang melihat istrinya berlari, langsung mengejarnya. Tak ingin melepaskan istrinya sama sekali.
"Gak kena." Rara begitu senang sekali ketika Jodi mengejar tetapi tidak dapat menangkapnya.
"Awas aja kalo kamu bisa aku tangkap ya." Jodi terus berlari mengejar Rara
Mereka berdua berlarian mengelilingi bibir pantai. Setelah berlarian, akhirnya Rara tertangkap. Jodi menangkapnya dengan sempurna dan memeluknya erat.
"Kena k
"Alhamdulillah... Anak gue inget balik dimari..." Rojak menyambut kedatangan anak dan menantunya dengan sumringah."Duh, baru seminggu aje udah kangen bener romannye si babeh," sahut Jodi lalu memeluk dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya."Iye jelas lah saban hari gue liat elo eh seminggu ini hampa," aku Rojak."Nyak, babeh abis makan apaan?" pancing Jodi agar tidak melihat wajah sedih Babeh Rojak."Idih, loe mah emang bener-bener deh kagak inget ame orang tua," sembur Rodiah yang juga merasakan kerinduan kepada anak dan menantunya."Hehehe... Aye keenakan bikin cucu bakal Enyak ame babeh jadi agak kurang peka ke orang tua," seloroh Jodi.Rara langsung mencubit lengan suaminya itu hingga memerah kulit Jodi. Resiko punya suami mesum."Ya Allah... Bocah seminggu kawin ngapa jadi mirip babeh loe pisan?" Rodiah keheranan sekaligus nyengir kuda."Ahahaha... Aye takut gak di aku ame babeh, Nyak," timpal Jodi.Rona wa
Rutinitas tempat tinggal yang berpindah setiap minggu mulai di rasa meresahkan bagi Jodi karena sang mertua, Sabeni seolah tak ingin dirinya membuat adonan dengan Rara.Setiap malam ada saja hal yang dilakukan mertuanya itu, mulai dari mengajak begadang menonton tv pertandingan sepakbola, ikut ronda kampung, tahlilan atau ikut pengajian di kampung tetangga hingga larut malam bahkan pernah ia di paksa begadang sekadar di ajak main catur.Jodi jelas tidak dapat memaksakan Rara untuk menetap seterusnya di rumah orang tua Jodi karena kondisi mereka yang sama-sama sebagai anak satu-satunya sehingga pasti diharapkan keberadaannya bersama kedua orangtuanya.Kedua orang tua mereka sepakat rumah baru mereka baru kembali boleh ditempati lagi jika mereka sudah memiliki anak."Yang, ntar malem kamu ngomong dong ame babeh minta dikelonin gitu sama Abang biar kita bisa ngamar semaleman." Jodi merayu Rara."Ih, kesannye aye bini kesepian minta di kelonin."
[Pulang jam berapa? Nanti jangan lupa bawain martabak Ovomaltine Mozarella.] Isi chat Rara.Jodi mengernyitkan dahinya membaca chat tersebut. 'Belum ada setengah jam ninggalin bini udah di tanya pulang jam berapa? Ini juga masih jam 10 pagi mana ada tukang martabak?' Protes Jodi dalam hatinya."Ngapa dah loe, Di?" Dodit keheranan melihat ekspresi Jodi yang tampak aneh menatap layar ponselnya."Bini gue minta di beliin martabak Ovomaltine Mozarella," jawab Jodi seraya mengguyar rambutnya."Wah, entar sore tuh ada yang biasa jualan di depan perempatan Jalan Nuri," ujar Rafli mengarahkan tempat kedai jualan martabak pesanan Rara."Hah? Martabak? Lagi ngidam apa jam segini minta martabak. Hehehe." Seloroh Samudra dari arah samping Jodi."Ngidam?" Baru juga sebulan lebih gue bikin adonan," sangkal Jodi."Beuh, kalau bisa uler loe emang tokcer mah sekali gigit juga tuh bisa udah cepet langsung jadi kecebong," sahut Dodit sambil terkekeh.
Pertemuan yang tidak terencana ini ternyata memakan waktu cukup lama lantaran setiap kepala dari personil mantan jomblo itu memiliki ide brilian dalam mengembangkan usaha mereka. Untunglah dari perbedaan itu semuanya sepakat bahwa mereka mengawasi melalui aplikasi milik bersama sehingga tidak menggangu kegiatan mereka yang akan melanjutkan pendidikan kuliah."Huft, akhirnya kelar juga," gumam Jodi lega."Yoi, bro." Dodit dan yang lainnya juga turut senang. Tak lama mereka semua bergegas merapikan ruangan tersebut dan berniat pulang.Jodi tidak begitu bersemangat mengemudikan laju motornya. 'Drama apa lagi yang akan diperankan Babeh Sabeni nanti malam? Ah, padahal raga ini sangat letih' keluh Jodi sepanjang perjalanan pulang.Tak lupa Jodi mampir di depan perempatan Jalan Nuri guna membelikan pesanan martabak Ovomaltine sesuai keinginan istrinya. Jodi teringat kalau Babeh Sabeni juga menyukai martabak coklat kacang, jadi dia juga membelikan untuk kedua mertuanya.
Dua bulan kemudianDrt... Drt... Drt...Ponsel milik Jodi bergetar bersamaan dengan berakhirnya alunan lagu Akad milik Payung Teduh yang kini menjadi lagu wajib Jodi setiap pagi sebelum memulai beraktivitas."Bang, ada telepon tuh." Rara yang sedang meletakkan pakaian untuk dikenakan suaminya melirik ke arah nakas di sampingnya."Angkat aje, Yang, aku mau pake baju dulu." Jodi menghampiri Rara bermaksud ingin mengambil pakaian yang telah dipilihkan oleh istrinya."Hm, nomer baru, minta vc juga lagi. Awas aje kalau kagak penting," ancam Rara setelah mengambil ponsel itu."Hehehe... Iye angkat aje kalau gak penting langsung matiin." Jodi menyadari raut wajah tak sedap Rara mulai terlihat curiga."Assalamualaikum. Siapa ini?" Rara menggeser tombol warna hijau lalu mengucapkan salam dan tanpa basa-basi langsung menanyakan sosok yang pagi ini mulai mengganggu moodnya."Wa- walaikum salam... Eh, ini siapa
Kehidupan pasutri muda itu pun berjalan seperti yang seharusnya mereka lalui. Jodi yang di awal menginginkan Rara agar satu jurusan kuliah dengannya jelas tak tega memaksakan kehendaknya karena potensi sang istri berbeda dengan dirinya sehingga mereka kuliah mengambil program studi yang berbeda.Berbekal pengalaman menghadapi dinosaurus di masa SMA, Rara kini sudah kebal melawan berbagai tipe perempuan yang ingin mendapatkan lebih dari suaminya.Iya, Rara tak perduli betina model apapun yang mengusik rumah tangganya akan dia libas bak jawara keturunan Kong Ji'i."Sis, tolongin tuh si Rara di lorong dekat ruang BEM lagi di labrak sama senior cewek." Andri meminta bantuan Siska.Yups, semua sahabat Jodi dan Rara memang sengaja kuliah di tempat yang sama untuk memudahkan othor mengatur ceritanya #eeehhh bukan tapi karena emang mereka sepakat menjadi paket komplit tak terpisahkan walaupun dengan jurusan program studi yang berbeda."Ooh, biasa itu mah.
Kesibukan pagi ini sama hari sebelumnya dimana sepasang suami istri itu sedang bersiap untuk berangkat kuliah bersama."Udah siap?* tanya Jodi yang baru saja rapih."Kamu kok rapih banget sih? Mau kuliah apa mau tebar pesona?" tanya Rara dengan ketus saat melihat suaminya terlihat sangat tampan dengan kaos putih berbalut hem warna maroon yang sama sekali tidak dikancingkan dan di bagian lengannya sudah tergulung rapi hingga ke siku."Kuliah sayang. Buat apa aku tebar pesona? Aku kan udah punya istri secantik kamu. Apalagi udah ada calon baby kita disini." Jodi berjalan mendekat dan mengusap lembut perut sang istri namun Rara justru menepis tangan suaminya."Kamu udah jadi suami aku dan calon bapak untuk anak aku. Jadi gak usah rapi-rapi banget kalo mau pergi sendiri tanpa istri," ujar Rara mendekat ke arah Jodi dan mulai mengancingkan hem milik suaminya hingga ke kancing bagian teratas. Bahkan lengan hem yang sudah Jodi gulung rapih, kini sudah kembali di
Setelah selesai sarapan, Jodi mengantarkan istrinya ke depan ruang kelasnya sebelum dirinya datang ke kelasnya sendiri. "Hati-hati Yang. Inget, sekarang ada baby kita disini." Jodi mengusap sekilas perut sang istri. "Bekelnya jangan lupa dimakan. Jangan beli makanan yang aneh-aneh," ujar Jodi lagi."Iya, iya. Bawel banget," ujar Rara sebal. Karena Jodi sudah mengucapkan kata-kata itu berulang kali."Bukan bawel sayang. Aku cuman ngingetin. Ini juga demi kebaikan kamu dan calon anak kita," balas Jodi."Iya, iya. Kalau gitu aku masuk kelas dulu," pamit Rara lalu membalikkan badannya hendak melangkah masuk kelas. Namun Jodi justru kembali menggenggam tangan istrinya."Kenapa?" tanya Rara heran."Belum kiss, belum salim," ujar Jodi sambil mengetuk-ngetuk bibirnya dengan jari telunjuk."Haiss..."CupRara mencium sekilas bibir sang suami. Lalu mencium punggung tangan Jodi. Sedangkan Jodi hanya mengecup sekilas puncak kepala sang ist