[Pulang jam berapa? Nanti jangan lupa bawain martabak Ovomaltine Mozarella.] Isi chat Rara.
Jodi mengernyitkan dahinya membaca chat tersebut. 'Belum ada setengah jam ninggalin bini udah di tanya pulang jam berapa? Ini juga masih jam 10 pagi mana ada tukang martabak?' Protes Jodi dalam hatinya.
"Ngapa dah loe, Di?" Dodit keheranan melihat ekspresi Jodi yang tampak aneh menatap layar ponselnya.
"Bini gue minta di beliin martabak Ovomaltine Mozarella," jawab Jodi seraya mengguyar rambutnya.
"Wah, entar sore tuh ada yang biasa jualan di depan perempatan Jalan Nuri," ujar Rafli mengarahkan tempat kedai jualan martabak pesanan Rara.
"Hah? Martabak? Lagi ngidam apa jam segini minta martabak. Hehehe." Seloroh Samudra dari arah samping Jodi.
"Ngidam?" Baru juga sebulan lebih gue bikin adonan," sangkal Jodi.
"Beuh, kalau bisa uler loe emang tokcer mah sekali gigit juga tuh bisa udah cepet langsung jadi kecebong," sahut Dodit sambil terkekeh.
Pertemuan yang tidak terencana ini ternyata memakan waktu cukup lama lantaran setiap kepala dari personil mantan jomblo itu memiliki ide brilian dalam mengembangkan usaha mereka. Untunglah dari perbedaan itu semuanya sepakat bahwa mereka mengawasi melalui aplikasi milik bersama sehingga tidak menggangu kegiatan mereka yang akan melanjutkan pendidikan kuliah."Huft, akhirnya kelar juga," gumam Jodi lega."Yoi, bro." Dodit dan yang lainnya juga turut senang. Tak lama mereka semua bergegas merapikan ruangan tersebut dan berniat pulang.Jodi tidak begitu bersemangat mengemudikan laju motornya. 'Drama apa lagi yang akan diperankan Babeh Sabeni nanti malam? Ah, padahal raga ini sangat letih' keluh Jodi sepanjang perjalanan pulang.Tak lupa Jodi mampir di depan perempatan Jalan Nuri guna membelikan pesanan martabak Ovomaltine sesuai keinginan istrinya. Jodi teringat kalau Babeh Sabeni juga menyukai martabak coklat kacang, jadi dia juga membelikan untuk kedua mertuanya.
Dua bulan kemudianDrt... Drt... Drt...Ponsel milik Jodi bergetar bersamaan dengan berakhirnya alunan lagu Akad milik Payung Teduh yang kini menjadi lagu wajib Jodi setiap pagi sebelum memulai beraktivitas."Bang, ada telepon tuh." Rara yang sedang meletakkan pakaian untuk dikenakan suaminya melirik ke arah nakas di sampingnya."Angkat aje, Yang, aku mau pake baju dulu." Jodi menghampiri Rara bermaksud ingin mengambil pakaian yang telah dipilihkan oleh istrinya."Hm, nomer baru, minta vc juga lagi. Awas aje kalau kagak penting," ancam Rara setelah mengambil ponsel itu."Hehehe... Iye angkat aje kalau gak penting langsung matiin." Jodi menyadari raut wajah tak sedap Rara mulai terlihat curiga."Assalamualaikum. Siapa ini?" Rara menggeser tombol warna hijau lalu mengucapkan salam dan tanpa basa-basi langsung menanyakan sosok yang pagi ini mulai mengganggu moodnya."Wa- walaikum salam... Eh, ini siapa
Kehidupan pasutri muda itu pun berjalan seperti yang seharusnya mereka lalui. Jodi yang di awal menginginkan Rara agar satu jurusan kuliah dengannya jelas tak tega memaksakan kehendaknya karena potensi sang istri berbeda dengan dirinya sehingga mereka kuliah mengambil program studi yang berbeda.Berbekal pengalaman menghadapi dinosaurus di masa SMA, Rara kini sudah kebal melawan berbagai tipe perempuan yang ingin mendapatkan lebih dari suaminya.Iya, Rara tak perduli betina model apapun yang mengusik rumah tangganya akan dia libas bak jawara keturunan Kong Ji'i."Sis, tolongin tuh si Rara di lorong dekat ruang BEM lagi di labrak sama senior cewek." Andri meminta bantuan Siska.Yups, semua sahabat Jodi dan Rara memang sengaja kuliah di tempat yang sama untuk memudahkan othor mengatur ceritanya #eeehhh bukan tapi karena emang mereka sepakat menjadi paket komplit tak terpisahkan walaupun dengan jurusan program studi yang berbeda."Ooh, biasa itu mah.
Kesibukan pagi ini sama hari sebelumnya dimana sepasang suami istri itu sedang bersiap untuk berangkat kuliah bersama."Udah siap?* tanya Jodi yang baru saja rapih."Kamu kok rapih banget sih? Mau kuliah apa mau tebar pesona?" tanya Rara dengan ketus saat melihat suaminya terlihat sangat tampan dengan kaos putih berbalut hem warna maroon yang sama sekali tidak dikancingkan dan di bagian lengannya sudah tergulung rapi hingga ke siku."Kuliah sayang. Buat apa aku tebar pesona? Aku kan udah punya istri secantik kamu. Apalagi udah ada calon baby kita disini." Jodi berjalan mendekat dan mengusap lembut perut sang istri namun Rara justru menepis tangan suaminya."Kamu udah jadi suami aku dan calon bapak untuk anak aku. Jadi gak usah rapi-rapi banget kalo mau pergi sendiri tanpa istri," ujar Rara mendekat ke arah Jodi dan mulai mengancingkan hem milik suaminya hingga ke kancing bagian teratas. Bahkan lengan hem yang sudah Jodi gulung rapih, kini sudah kembali di
Setelah selesai sarapan, Jodi mengantarkan istrinya ke depan ruang kelasnya sebelum dirinya datang ke kelasnya sendiri. "Hati-hati Yang. Inget, sekarang ada baby kita disini." Jodi mengusap sekilas perut sang istri. "Bekelnya jangan lupa dimakan. Jangan beli makanan yang aneh-aneh," ujar Jodi lagi."Iya, iya. Bawel banget," ujar Rara sebal. Karena Jodi sudah mengucapkan kata-kata itu berulang kali."Bukan bawel sayang. Aku cuman ngingetin. Ini juga demi kebaikan kamu dan calon anak kita," balas Jodi."Iya, iya. Kalau gitu aku masuk kelas dulu," pamit Rara lalu membalikkan badannya hendak melangkah masuk kelas. Namun Jodi justru kembali menggenggam tangan istrinya."Kenapa?" tanya Rara heran."Belum kiss, belum salim," ujar Jodi sambil mengetuk-ngetuk bibirnya dengan jari telunjuk."Haiss..."CupRara mencium sekilas bibir sang suami. Lalu mencium punggung tangan Jodi. Sedangkan Jodi hanya mengecup sekilas puncak kepala sang ist
Mata kuliah kedua ternyata sang dosen berhalangan hadir sehingga kelas Rara hanya mendapatkan tugas lalu mengumpulkannya kepada ketua kelas. Suasana kelas yang ramai dengan hiruk pikuk teman sekelasnya entah mengapa tidak membuat Rara bersemangat.Rara mengambil ponselnya yang berada di atas meja begitu merasakan getaran pertanda ada pesan masuk. Dan ternyata pesan itu dikirim oleh sang suami.[Lagi apa Yang? Udah dimakan bekelnya?]Rara yang kesal karena merasa rindu kepada suaminya pun memilih mengetik pesan balasan dengan sangat singkat, padat dan jelas. [Udah][Ya udah. Kamu hati-hati ya. Jaga baby kita. Aku mau masuk. Ada kelas]"Udah gitu doang chatnya? Huh nyebelin banget sih," gerutu Rara dan langsung melemparkan ponselnya ke atas meja."Ra, kita ke kantin yuk? Laper nih gue." Siska yang malas melihat kegalauan Rara mencoba menghibur sahabatnya itu dengan mengajaknya ke kantin.Rara tadi sempat mengirim pesan pada Dodit dan sa
Ketika taksi online telah berhenti di halaman rumah, Rara langsung turun begitu saja tanpa memperdulikan sang suami yang terus saja memanggilnya.Babeh Sabeni dan Enyak Halimah yang menyaksikan pemandangan itu tak mau ikut campur karena biasanya mereka akan kembali mesra dalam hitungan menit. 'dasar anak muda' batin kedua orang tua itu."Yang, dengerin penjelasan aku dulu," pinta Jodi sembari mensejajarkan langkah kakinya dengan sang istri.Tak menjawab, Rara hanya fokus menatap ke depan agar segera tiba di kamarnya. Hingga mau tak mau Jodi hanya bisa mengekori sang istri dari belakang.Brak....Rara membanting pintu kamarnya hingga hampir membuat wajah Jodi mencium daun pintu. "Huft, sabar-sabar," gumam Jodi sembari mengusap dadanya.Dengan perlahan, Jodi membuka pintu kamar yang sempat dibanting oleh sang istri. Hingga pandangan matanya tertuju di atas ranjang dimana Rara merebahkan tubuhnya tanpa melepas sepatu."Sayang," panggil J
"Wah, anak Babeh nyang lagi bunting cakep bener pagi ini," puji Babeh Sabeni begitu melihat penampilan Rara di meja makan."Ah Babeh, jadi selama ini aye jelek buruk rupa gitu?" sahut Rara."Ya tumbenan gitu loe masih pagi gini udah cakep-" ujar Babeh Sabeni."Aye pan emang udah cakep dari dulu. Babehnya aje nyang kagak perhatian ama aye," seloroh Rara.GlegBabeh Sabeni kaget dengan perubahan sikap ibu hamil di depannya ini. Biasanya Rara begitu menjaga setiap ucapannya, tapi kini dia tampak tak peduli dengan apa yang dia ucapkan barusan."Eh iya, laki loe mana?" tanya Babeh Sabeni seraya melirik ke arah putrinya."Laki aye lagi siap-siap. Bentar lagi juga turun," jawab Rara. "Wah, ada kue cucur ya Nyak," tanya Rara pada Enyak Halimah yang sedang menata sarapan pagi untuk keluarganya."Iye, ini bakal cemilan loe nanti. Sarapannya tetap dong lontong bumbu kedemenan anak Enyak nyang lagi hamil," ujar Enyak Halimah seraya mengusa