Hingga pukul delapan malam, Izabel belum menampakkan dirinya. Dan itu sukses membuat Deon merasa kesal dengan istrinya.
"Argghh... kemana dia? Kenapa sampai saat ini belum pulang? Awas saja kamu Izabel, aku tidak akan mengampunimu!" Deon mengepalkan tangannya dengan tatapan mata yang begitu menghunus tajam.***Di kafe tempat Izabel bekerja, gadis itu baru saja selesai mengganti pakaian kerjanya dengan rok selutut dan kaos lengan pendek. Izabel hari ini terpaksa lembur karena kebetulan hari ini kafe milik Joshua begitu sangat ramai hingga mereka kewalahan."Jo, aku pulang dulu, ya!" Izabel berpamitan pada boss nya."Kamu pulang dengan siapa? Apa suamimu menjemputmu?" tanya Joshua.Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Izabel bingung harus menjawab apa karena sungguh mustahil bagi Deon mau menjemput dirinya. Tapi Izabel juga tidak ingin orang lain tahu bagaimana keadaan rumah tangganya yang sebenarnya."Ah, tidak! Maksudku, aku menolak dia untuk menjemputku meskipun tadi dia menawarkan. Aku masih merasa nyaman pulang dengan bus." jawab Izabel berbohong."Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan, ya!""Iya, bye!" ucap Izabel.Izabel segera keluar dari kafe dan menunggu bus yang biasa ia tumpangi datang. Tak menunggu lama bus tersebut lewat dan Izabel langsung menaikinya. Butuh waktu empat puluh menit untuk ia sampai di depan komplek perumahan elit yang ia tinggali bersama suaminya. Izabel harus berjalan kaki lagi selama kurang lebih lima belas menit untuk dia sampai di rumah.Baru saja ia masuk ke dalam rumah, Deon sudah berdiri di depannya dengan melipat kedua tangannya di dadanya. Tatapannya begitu dingin dan kejam menatap Izabel. Izabel merasa ketakutan melihat wajah suaminya yang terlihat sangat menyeramkan. Di sana jelas sekali terlihat amarah yang siap untuk dilampiaskan. Namun Izabel mencoba untuk tetap tenang meskipun ia sendiri merasa sangat ketakutan."Mas Deon, kamu sudah pulang?" tanya Izabel."Dari mana saja kamu, malam sekali baru pulang?" tanya Deon dingin."Maaf, Mas Deon, tadi aku lembur karena di kafe sedang banyak pengunjung. Jadi, aku terpaksa harus lembur." jawab Izabel dengan jujur."Aku tidak peduli dengan alasanmu! Kamu tahu, bahwa aku sangat membenci dengan yang namanya menunggu. Dan hari ini, kamu berhasil membuat aku menunggu, Iza." tutur Deon."Maafkan aku, Mas Deon! Aku tidak tahu jika kamu menungguku. Maaf!" Izabel menunduk tidak berani menatap mata Deon."Ikut aku!" Deon langsung menyeret tangan Izabel dengan begitu kasar."Mas Deon, kanu mau bawa aku ke mana? Sakit!!!" Izabel menahan sakit di tangannya karena cengkeraman kuat tangan Deon.Hingga kini sampailah mereka di sebuah gudang dekat halaman belakang rumah tersebut. Deon membawa Izabel ke dalam gudang yang sudah lama tidak terpakai. Di sana juga terlihat binatang seperti tikus dan kecoa berkeliaran."Mas Deon, kenapa kamu bawa aku ke sini?" Suara Izabel sudah bergetar."Malam ini kamu tidur di sini! Kamarmu yang beralaskan tikar itu terlalu mewah untukmu." kata Deon."Mas, jangan biarkan aku tidur di sini! Aku takut, Mas! Hiksss... hiksss..." Izabel sudah mulai menangis karena ia memang merasa takut dengan kondisi gudang tersebut."Ini hukuman untukmu karena kamu telah berani melanggar aturan yang sudah aku buat untukmu. Apa kamu lupa bahwa aku mengizinkanmu untuk bekerja dengan batas waktu? Kamu hanya bisa keluar rumah sampai pukul enam sore, bukan pukul sembilan malam." ujar Deon penuh penekanan."Maafkan aku, Mas Deon! Aku janji tidak akan melanggarnya lagi! Hiksss... Hiksss..." Izabel sampai berlutut di bawah kaki Deon dengan menyentuh kaki pria tersebut. Namun dengan kejamnya, Deon justru langsung menendang Izabel yang mengenai dadanya. Deon tidak sudi Izabel berani menyentuhnya, meskipun itu hanya di kaki."Awwww, sakiittt...!!! Hiksss... Hiksss..." Izabel menjerit kesakitan karena tendangan Deon di dadanya begitu keras."Arggghhh... sakittt...!!!" Izabel bahkan sampai terguling menahan dadanya yang terasa begitu sakit luar biasa."Lancang sekali kamu berani menyentuhku! Itu hukuman yang pantas untuk kamu terima," Deon langsung melangkah pergi. Tapi sebelum ia benar-benar pergi, dengan tidak berperasaan ia menginjak kaki Izabel dengan begitu menekannya hingga Izabel kembali mengerang kesakitan."Awww!!! Hiksss... sakit!!!" Izabel menahan sakit di dada dan kakinya secara bersamaan. Hingga malam itu, Izabel benar-benar bermalam di gudang dengan menahan sakit pada tubuhnya dan sakit di hatinya. Deon mengunci Izabel dari luar hingga pagi.Hingga pagi tiba, Deon teringat bahwa ia semalam mengurung istrinya di gudang. Ia pun langsung turun dan berjalan menuju gudang tempat Izabel berada.CeklekDeon membuka pintu gudang tersebut. Dilihatnya Izabel yang masih tertidur dengan beralaskan kardus. Izabel tertidur dengan meringkuk sambil memegang dadanya yang semalam menjadi sasaran tendangan Deon. Dari hati kecilnya, ada sedikit rasa kasihan pada diri Deon melihat keadaan Izabel. Namun ia segera mengenyahkan pikiran tersebut karena rasa bencinya begitu besar pada wanita itu. Setiap kali ia melihat Izabel, ia selalu membayangkan bagaimana penderitaan mendiang ibunya saat akan meregang nyawa."Izabel, Bangun!" Deon membangunkan Izabel dengan sedikit menendang kaki wanita itu dengan kakinya. Hingga Izabel pun mengerjapkan matanya dan langsung terduduk saat melihat Deon sudah berdiri di hadapannya."Mas Deon, apa masa hukumanku sudah selesai?" tanya Izabel dengan wajah yang begitu sembab karena semalaman ia hanya bisa menangis dan baru bisa tidur pada pukul tiga dini hari."Untuk kali ini sudah selesai, tapi jika kamu melanggar lagi peraturan yang telah aku tetapkan, aku akan memberikan hukuman yang lebih dari ini untukmu. Apa pun alasannya, aku tidak mau tahu. Mengerti?" jawab Deon dengan sangat dingin."Mengerti!" Izabel tersenyum tipis karena akhirnya ia bisa keluar dari gudang kotor tersebut."Cepat keluar!" titah Deon.Tanpa menunggu lama, Izabel segera berdiri dan keluar dengan memegangi dadanya yang masih terasa nyeri karena tendangan keras Deon. Izabel langsung membersihkan dirinya yang sejak semalam belum sempat ia ke kamar mandi karena Deon tidak memberikannya kesempatan untuk membersihkan dirinya sepulang dari kafe.Setelah membersihkan diri dan sudah bersiap untuk bekerja, Izabel ke dapur terlebih dahulu untuk sarapan karena dari semalam ia belum juga makan. Baru saja Izabel akan mengambil lauk di meja, tiba-tiba tangan Deon menghalanginya."Jangan ambil makanan itu!" seru Deon."Kenapa? Aku ingin sarapan," jawab Izabel."Kamu boleh sarapan setelah aku selesai. Dan kamu hanya boleh makan dari piringku," kata Deon."Maksud Mas Deon apa?" Izabel masih tidak mengerti maksud dari Deon."Aku tidak mengizinkanmu sarapan dengan makanan yang masih utuh. Kamu hanya boleh makan bekasku. Itupun kalau kamu tidak keberatan. Jika kamu keberatan, silakan beli sarapanmu sendiri!" tutur Deon dengan teganya.Izabel merasa seperti tidak ada harga dirinya di mata Deon. Dengan teganya Deon justru memintanya untuk makan makanan sisa dirinya. Izabel merasa sangat terhina. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena perutnya sudah sangat lapar sekali. Ditambah lagi uangnya kini sudah menipis karena Deon tidak memberikannya uang sama sekali meski sekarang ia sudah menjadi istrinya. Akhirnya dengan terpaksa, Izabel menunggu Deon menyelesaikan makanannya.Setelah lima belas menit, Deon telah menyelesaikan sarapannya dan ia menyisakan cukup banyak nasi dan lauk di piringnya. Deon berjalan menghampiri Izabel yang sedang terduduk di lantai atas perintah Deon karena Deon tidak pernah mengizinkan Izabel untuk duduk di kursi yang berada di rumah itu."Habiskan dan jangan sampai ada yang tersisa! Kalau makanan ini sampai tersisa, aku tidak akan memberikanmu makanan lagi. Dan jangan coba membohongi aku! Karena aku bisa memantau langsung apa yang kamu lakukan di rumah ini. Mengerti?" Deon meletakkan piring bekas makanannya di bawah lantai. Deon terlihat seperti sedang memberikan makan seekor kucing.Izabel tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Deon. Ia hanya bisa menahan air matanya tanpa berani ia keluarkan di hadapan Deon. Setelah selesai sarapan, Izabel langsung pergi bekerja meski kini tubuhnya sedang tidak baik-baik saja karena dadanya masih terasa sangat sakit.Pasangan ibu dan anak saat ini baru saja pulang dari acara shoppingnya di mall. Mereka adalah Sara dan putri kesayangannya, Aurora Jovita. Mereka baru saja mendapatkan uang dari Deon, yang merupakan kekasih Aurora. Aurora sendiri yang meminta uang pada kekasihnya karena ia ingin membeli barang-barang terbaru. Dan tanpa berpikir dua kali, dengan senang hati Deon memberikannya pada Aurora karena ia begitu mencintai Aurora, wanita yang sudah dua tahun ia kencani."Ma, aku merasa sangat bahagia sekarang. Semenjak Deon memutuskan untuk menikahi Iza, kekasihku itu selalu memberikan apa pun yang aku minta. Bahkan Deon bilang padaku bahwa dia tidak pernah sekalipun memberikan uang pada Iza, meskipun Iza sekarang menyandang status sebagai istrinya. Tapi aku tetap yang nomor satu di hati Deon." ucap Aurora pada ibunya dengan bangga."Aurora, meskipun Deon mencintaimu, tapi Mama takut Deon tergoda dengan gadis itu. Mama tidak ingin kalian berakhir hanya karena Izabel," cemas Sara.Aurora tertawa
Di tempat lain, Aurora sedang merias dirinya. Ia begitu senang Deon memintanya untuk datang ke rumahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui kekasihnya."Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Sara."Tentu saja bertemu dengan Deon, Ma. Deon mengatakan bahwa dia merindukanku. Dan apa Mama tau, Deon mengatakan padaku bahwa ia sedang menghukum Izabel. Aku begitu senang mendengarnya, Ma." ucap Aurora dengan perasaan senang."Benarkah? Ah, Mama senang sekali mendengarnya, Sayang.""Kalau begitu, aku pergi dulu ya Ma, bye!" pamit Aurora."Hati-hati, Sayang!"Memerlukan waktu satu jam bagi Aurora untuk bisa sampai di rumah kekasihnya dengan mobil Range Rover pemberian Deon saat ulang tahunnya tahun lalu. Kini mobil Aurora sudah memasuki gerbang rumah mewah nan megah milik Deon Hayden. Ia turun dari mobil dengan gaya angkuhnya selama ini."Di mana Deon?" tanya Aurora pada salah satu pelayan di rumah tersebut."Tuan ada di kamarnya, Nona. Tuan sudah menunggu Nona," sahut sang pela
Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali."Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar."Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya."Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam."Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya."Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh."Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir."Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon."Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan."Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon."Tidak bisa, Mas!
Pagi hari saat Deon baru akan sarapan, ia tidak melihat Izabel di dapur. Biasanya saat ia sedang sarapan, Izabel pasti juga melakukan hal yang sama sarapan di dapur dan duduk di bawah lantai. Namun kali ini ia tidak melihat istri yang sangat dibencinya itu."Bi, di mana Iza?" tanya Deon."Non Iza sakit, Tuan, dan dia ada di kamarnya," jawab bi Kinar.Ya, tadi pagi saat baru bangun tidur, kepala Izabel terasa pusing dan badannya juga lemas. Ditambah kakinya yang masih sedikit nyeri meskipun sudah dipijat oleh bi Kinar semalam."Sakit?" ucap Deon."Iya Tuan, Non Iza mengeluhkan kepalanya terasa pusing dan badannya juga lemas. Saya lihat sendiri bagaimana pucatnya wajah Non Iza. Ditambah lagi kakinya yang masih belum sembuh," jelas bi Kinar."Tuan, apa sebaiknya kita panggilkan dokter saja untuk memeriksa Non Iza?" lanjut bi Kinar."Tidak! Biarkan saja!" tolak Deon dengan tegas.Deon tidak akan pernah membiarkan Izabel mendapatkan perlakuan baik di rumahnya. Apalagi sampai memanggil dokt
Malam ini di sebuah kamar hotel, sepasang kekasih baru saja selesai melakukan percintaan di kamar yang sering mereka kunjungi. Sang wanita kini sedang berada di dalam pelukan pria yang saat itu sama-sama dalam keadaan polos."Mau sampai kapan kita akan seperti ini secara sembunyi-sembunyi? Aku bahkan tidak tega padanya. Aku merasa telah mengkhianatinya, apalagi selama ini dia sudah begitu banyak membantuku." ucap pria tersebut."Bersabarlah! Aku akan menyelesaikannya. Tapi tidak sekarang. Jadi, aku mohon pengertianmu! Selama dia tidak tahu dengan apa yang kita lakukan saat ini, kita pasti akan aman. Kamu tenang saja, ya! Aku begitu sangat mencintaimu dan aku sangat nyaman berada di dekatmu. Jadi, tolong jangan pernah tinggalkan aku!" kata wanita tersebut dengan mata berkaca-kaca.Wanita itu memang begitu sangat mencintai pria yang sudah beberapa bulan ini telah resmi menjadi kekasihnya. Di dekat pria itu, ia merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari pria manapun."Tenangl
Enam bulan kemudian Meskipun pernikahan Deon dan Izabel sudah memasuki bulan ke-enam, namun tetap saja perlakuan Deon pada Izabel tetaplah sama. Deon masih saja membuat Izabel susah. Bahkan Deon juga masih sering menyiksanya dengan bermain tangan.Pernah suatu ketika, saat itu Izabel pulang bekerja larut malam karena saat itu hujan deras mengguyur dan jarang ada kendaraan yang beroperasi karena saat itu juga kebanyakan terjebak banjir. Saat itu Izabel memberanikan diri menghubungi suaminya sendiri untuk menjemputnya karena Izabel bingung harus pulang dengan menaiki apa. Namun yang didapat Izabel lagi-lagi sebuah penyiksaan dari suaminya. Sebenarnya tanpa ia sadari, ia begitu trauma dengan perlakuan Deon padanya selama ini. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.#Flashback OnTadi pagi Izabel sudah meminta izin pada Deon bahwa hari ini ia akan pulang melebihi jam yang telah ditentukan oleh Deon karena hari ini kafe tempatnya bekerja sudah dibooking untuk acara ulang t
Izabel langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara tersebut. Suara yang begitu sangat menakutkan baginya. Suara yang sudah ia anggap seperti suara malaikat maut yang siap mencabut nyawanya."Ma...Mas De...Deon?" Izabel terbata.Deon berjalan mendekat menghampiri Izabel. Dan tanpa di duga, ia langsung melakukan hal yang membuat Izabel kaget dibuatnya.PlakkkkDeon menampar pipi mulus Izabel dengan begitu kencangnya, hingga terlihat jelas sekali bekas tamparan pada pipi wanita itu yang berwarna kemerahan."Kenapa Mas Deon tampar aku?" tanya Izabel memegangi sambil menahan pipinya yang terasa sangat sakit."Kamu tanya kenapa?" Deon mencekik leher Izabel hingga wanita itu terlihat kesulitan untuk bernapas."Kamu tahu sekarang jam berapa? Aku sudah memperingatkan kamu, jangan pulang melebihi dari jam yang telah aku tentukan! Tapi lagi-lagi kamu melanggar aturanku. Kamu ini memang pembangkang." Deon semakin kencang mencekik leher Izabel hingga wanita itu tidak bisa mengeluarkan kata-k
Setelah pulang dari kantornya, Deon langsung menjalankan mobilnya untuk bertemu dengan kekasihnya. Ia merasa rindu dengan wanitanya itu. Sudah satu minggu ini ia dan Aurora memang tidak bertemu karena kesibukan dari keduanya. Setelah sampai di rumah sang kekasih, ia langsung disambut hangat oleh bu Sara."Selamat sore, Tante." sapa Deon."Selamat sore, Deon. Kamu ingin bertemu dengan Aurora, ya?" kata bu Sara.Deon mengangguk. "Benar, Tante. Apa Aurora sudah pulang?" tanya Deon.Belum sempat bu Sara menjawab, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah tersebut. Mata Deon mengenali mobil tersebut. Mobil itu adalah milik sahabatnya sendiri, yaitu Javas. "Bukankah itu mobil Javas? Untuk apa dia ke sini?" ucap Deon dalam hati."Aurora bersama Javas. Bagaimana ini? Deon pasti akan curiga," batin bu Sara.Setelah mobil milik Javas terparkir, turunlah sang pemilik mobil bersama dengan Aurora. Deon merasa terkejut melihat Aurora pulang bersama dengan Javas. Sedangkan Javas dan Aurora terli
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Izabel baru saja sampai di rumah. Ia melihat mobil Deon berada di garasi rumahnya. Itu artinya hari ini Deon sudah pulang. Pikir Izabel. Izabel tidak tahu jika hari ini Deon tidak pergi ke kantor, karena sebelumnya Deon memang tidak mengatakan padanya jika hari ini pria itu tidak ke kantor. Izabel segera masuk ke kamarnya bersama Deon. Namun ia tak menemukan Deon di sana."Mas Deon ke mana, ya? Kenapa tidak ada? Padahal mobilnya ada," gumam Izabel sembari terus mencari Deon di kamar mandi, dan di setiap sudut ruangan kamarnya. Namun tidak ada. Tapi saat ia akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja Deon muncul."Mas Deon? Mas Deon dari mana?" tanya Izabel."Kamu sudah pulang, Iza? Maaf, aku lupa untuk menjemputmu. Aku ketiduran tadi," ucap Deon dengan wajah yang terlihat sembab."Tidak apa-apa, Mas. Mas Deon kenapa? Mas Deon habis menangis?" tanya Izabel yang menyadari wajah Deon seperti habis menangis."Tidak apa-apa, Iza. Aku baik-baik saja," jawab Deon tersenyum tipis."Mas Deon y
"Bukti apa yang kamu dapatkan, Jhon?" tanya Deon yang kini sedang berada di markas milik Jhon.Jhon segera meminta anak buahnya dengan memberikan sebuah kode. Tak lama kemudian, anak buah Jhon datang dengan seorang wanita paruh baya."Jhon, siapa wanita ini? Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya Deon heran."Dia adalah mantan pembantu di rumah Nona Izabel. Namanya Bu Lydia." jelas Jhon."Lalu, apa hubungannya dia dengan kamu bawa ke sini?" tanya Deon lagi."Bu Lydia ini adalah saksi kunci pembunuhan yang dilakukan oleh Nona Aurora pada Ibu anda, Tuan." jawab Jhon."Apa? Jadi benar, kalau orang yang sudah membunuh Ibuku adalah Aurora?" tanya Deon begitu terkejut. Meskipun sebelumnya Jhon sudah memberitahukan dirinya bahwa Aurora adalah pelakunya, namun Deon masih sedikit ragu karena saat itu Jhon memberitahukan dirinya lewat telepon."Bagaimana bisa, Jhon? Tolong jelaskan padaku!" pinta Deon."Bu Lydia, silakan ceritakan semuanya pada Tuan Deon!" Jhon memerintahkan wanita tua tersebut
"Selamat pagi, Iza!" ucap Deon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu dari pada istrinya."Mas Deon? Mas Deon sudah bangun?" kata Izabel yang baru saja membuka matanya.Deon tersenyum dan mengangguk. "Bahkan aku sudah mandi dan rapi. Ayo bangun! Bukankah kamu harus bekerja hari ini? Hm?" pungkas Deon."Astaga! Aku lupa jika hari ini aku sudah mulai kembali bekerja. Kenapa Mas Deon tidak membangunkan aku?" kata Izabel."Aku tidak membangunkanmu. Aku lihat kamu begitu pulas, Iza. Aku sengaja tidak ingin mengganggu waktu tidurmu," tukas Deon.Tadi saat ia bangun terlebih dahulu dari Izabel, Deon memang sengaja tidak membangunkan Izabel. Justru ia sibuk memandangi wajah Izabel yang polos saat sedang tidur. Dan itu berhasil memanjakan matanya. Diam-diam ia bahkan mengagumi wajah istrinya itu."Seharusnya Mas Deon membangunkan aku saja. Aku tidak enak pada Joshua jika aku terlambat," ucap Izabel."Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak akan telat, Iza. Aku akan mengantarmu hari ini. Ayo cepat
Setelah satu minggu berlibur ke Mesir, kini Deon dan Izabel telah kembali ke Indonesia dengan wajah keduanya terlihat begitu bahagia. Bahkan keduanya tidak pernah berhenti tersenyum, dan itu berhasil membuat bi Kinar merasa senang karena akhirnya kini bi Kinar bisa melihat kedua majikannya itu akur dan terlihat begitu mesra."Selamat datang, Tuan muda, selamat datang, Non Iza!" sambut bi Kinar dengan antusias."Bibi," Izabel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Deon. Izabel memeluk bi Kinar begitu saja. Ia sudah menganggap bi Kinar seperti ibunya sendiri karena selama ini bi Kinar sudah baik padanya."Non Iza, Bibi rindu sekali pada Non. Bagaimana liburannya? Apa Non Iza senang?" tanya bi Kinar begitu pelukannya terlepas."Aku sangat senang sekali, Bi. Mesir benar-benar sangat indah," jawab Izabel begitu antusias."Bibi ikut senang mendengarnya,""Bi, apa semuanya sudah beres?" tanya Deon yang berada di belakang Izabel."Sudah semua, Tuan. Semuanya sudah saya pindahkan sesuai