Pasangan ibu dan anak saat ini baru saja pulang dari acara shoppingnya di mall. Mereka adalah Sara dan putri kesayangannya, Aurora Jovita. Mereka baru saja mendapatkan uang dari Deon, yang merupakan kekasih Aurora. Aurora sendiri yang meminta uang pada kekasihnya karena ia ingin membeli barang-barang terbaru. Dan tanpa berpikir dua kali, dengan senang hati Deon memberikannya pada Aurora karena ia begitu mencintai Aurora, wanita yang sudah dua tahun ia kencani.
"Ma, aku merasa sangat bahagia sekarang. Semenjak Deon memutuskan untuk menikahi Iza, kekasihku itu selalu memberikan apa pun yang aku minta. Bahkan Deon bilang padaku bahwa dia tidak pernah sekalipun memberikan uang pada Iza, meskipun Iza sekarang menyandang status sebagai istrinya. Tapi aku tetap yang nomor satu di hati Deon." ucap Aurora pada ibunya dengan bangga."Aurora, meskipun Deon mencintaimu, tapi Mama takut Deon tergoda dengan gadis itu. Mama tidak ingin kalian berakhir hanya karena Izabel," cemas Sara.Aurora tertawa. "Mama tenang saja, Deon tidak akan pernah bisa berpaling dariku. Dia begitu mencintai aku, Ma. Dan Deon juga sangat membenci Izabel. Jadi, sangat mustahil jika Deon jatuh cinta pada wanita yang telah membunuh ibunya itu," yakin Aurora.Bahkan tak pernah terlintas di pikirannya bahwa Deon akan tertarik dengan Izabel. Mengingat Deon sekarang berada di bawah kendalinya."Semoga saja!" ucap Sara meskipun dalam hati ia merasa cemas.***Di tempat Izabel bekerja, Izabel bekerja dengan sangat rajin. Hingga membuat Joshua bangga karena memiliki karyawan seperti Izabel. Meskipun Izabel terlahir dari keluarga berada, namun sejak kecil almarhum ibunya tidak pernah memanjakannya. Izabel kecil bahkan seringkali membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah karena Janita, ibu Izabel tidak ingin memiliki pelayan di rumahnya. Selagi ia bisa sendiri ia akan mengerjakannya.Saat Izabel sedang melayani pelanggan di sana, ia tidak sengaja melihat seorang pria yang sangat ia kenali masuk ke dalam kefenya. Mata mereka tanpa sengaja saling bertemu. Selama beberapa detik mereka saling menatap. Dan akhirnya pria itu membuang pandangannya dan langsung berjalan ke meja seseorang yang sudah menunggunya untuk meeting."Selamat siang, Mr. Martin!" sapa Deon pada pria yang seumuran dengannya."Selamat siang, Mr. Deon!" Pria berkulit putih tersebut membalas uluran tangan Deon dan mempersilakannya untuk duduk. Mereka pun akhirnya memasan menu makanan sambil melakukan meeting."Iza, tolong kamu antarkan ini ke meja nomor 17, ya!" titah salah satu karyawan di sana yang bertugas menyiapkan makanan untuk para pengunjung."Baiklah!" Izabel akhirnya membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Ia mencari meja nomor 17 yang disebutkan oleh rekannya tadi. Ia terkejut begitu melihat bahwa meja nomor 17 itu ditempati oleh suaminya. Namun ia harus profesional. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk membawa makanan tersebut dengan tubuh yang sedikit bergetar."Maaf Tuan, saya ingin mengantarkan pesanan Tuan," ucap Izabel dengan menunduk."Silakan taruh di sini!" Mr. Martin mengizinkan Izabel untuk menaruh makanan tersebut di mejanya. Dengan tangan yang bergetar, Izabel meletakkan makanan dan minuman itu satu-persatu. Hingga kejadian tak terduga pun terjadi.ByuuurrrIzabel tidak sengaja menumpahkan minuman pada jas Mr. Martin karena sedari tadi ia tidak fokus menatap Deon yang sedang menatapnya dengan tatapan yang begitu sangat tajam."Awww," suara Mr. Martin yang begitu kaget karena merasakan dingin pada jas mahalnya."Maaf Tuan, saya tidak sengaja! Tolong maafkan saya!" Izabel memohon kepada pria berkulit putih tersebut."It, s okay. Tidak masalah!""Hei, apa kamu tidak punya mata? Kamu telah membuat jasnya basah. Apa kamu tidak bisa berkerja, hah?" hardik Deon merasa kesal karena Izabel telah mengganggu pertemuannya dengan klien asal Meksiko yang akan bekerja sama dengan perusahaannya."Maaf, saya tidak sengaja! Tuan, tolong maafkan saya!" Izabel memohon dengan mata memerah."Tidak apa-apa! Aku memaafkanmu!" Mr. Martin tersenyum tipis pada Izabel. Ia tidak tega melihat wajah gadis manis tersebut."Terimakasih, Tuan!" Izabel merasa lega."Mr. Deon, kita tunda dulu pembahasan tentang kerjasama kita. Saya tidak bisa melakukan diskusi dengan pakaian seperti ini. Saya harus segera kembali ke hotel untuk mengganti pakaian saya. Saya akan hubungi anda nanti. Permisi!" Mr Martin beranjak pergi dari sana dan meninggalkan Deon sendirian.Setelah kepergian Mr. Martin, Deon juga ikut berdiri dan keluar dari kafe tersebut. Namun sebelum ia keluar dari sana, ia membisikkan sesuatu ke telinga Izabel."Kamu membuatku sangat marah kali ini. Aku menunggumu di rumah!" bisik Deon dan segera pergi dari sana. Izabel tahu apa maksud kata-kata Deon. Ia sudah bisa menebak bahwa Deon pasti akan menyiksanya lagi seperti hari-hari sebelumnya. Izabel hanya bisa mengelus dadanya karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima perlakuan kejam dari suaminya.Hingga pukul lima sore, kini Izabel sudah sampai di rumahnya. Ketika ia akan masuk, ia sudah melihat Deon duduk di sofa single sambil melipat kedua tangannya di dada dengan gaya arogan."Kamu sudah pulang?" Deon menyeringai."Mas Deon?" lirih Izabel. Ia begitu takut melihat seringai menakutkan dari wajah suaminya."Aku rasa kamu masih ingat dengan kata-kataku tadi di kafe. Apa kamu sudah siap untuk menerima apa yang akan aku lakukan padamu, hah?" Deon berjalan menghampiri Izabel."Mas Deon mau apa?" tanya Izabel polos."Tentu saja memberikanmu hukuman karena kamu telah mengacaukan pertemuanku dengan klienku. Ayo ikut aku!" Deon menyeret Izabel dengan kasar yaitu dengan menjambak rambutnya."Mas Deon pelan-pelan! Sakit! Awww...!!!" keluh Izabel sambil memegang rambutnya yang dijambak oleh Deon sambil berjalan.Kini Deon membawa Izabel ke halaman belakang rumahnya dan langsung mendorong tubuh Izabel dengan kasar."Kamu pernah bilang padaku kalau kamu sangat pandai memanjat pohon. Kini aku minta padamu untuk naik ke atas sana dan jangan turun sampai aku memintamu untuk turun! Ayo cepat!" Deon menunjuk pohon mangga yang lumayan tinggi dan memaksa Izabel untuk naik ke atas."Tapi Mas,...""Ayo cepat naik! Kalau tidak mau, aku akan memberikan hukuman yang lebih dari ini." titah Deon menatap tajam mata Izabel. Mata yang sebenarnya begitu nyaman untuk dipandangi terus-menerus. Namun kebencian seakan menutupi semuanya."Tapi di atas banyak semut, Mas," kata Izabel."Iza, cepat naik atau aku akan mencekikmu, hm?" bentak Deon dan mencoba mencekik leher Izabel."I... iya Mas... Aaammmpunn...!!! Uhuk... Uhuk..." Deon melepaskan tangannya pada leher Izabel. Dan dengan terpaksa Izabel akhirnya memanjat pohon tersebut."Ingat ya, jangan berani-beraninya kamu turun sebelum aku menyuruhmu! Aku sudah memasang kamera untuk mengawasimu. Jika kamu berani melanggar, aku pastikan kamu tidak akan bisa jalan besok pagi. Mengerti?" teriak Deon dari bawah. Izabel hanya bisa menangis dan tidak bisa melawan.Deon pun segera pergi meninggalkan Izabel sendirian di sana. Dan dari jauh, terlihat bi Kinar sedang mengusap air matanya melihat bagaimana Deon memperlakukan istrinya. Ia sungguh tidak tega dengan gadis lugu tersebut. Ingin sekali ia menolongnya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Deon sudah memintanya untuk tidak pernah membantu Izabel, atau kalau tidak, bi Kinar akan kehilangan pekerjaannya."Semoga Tuhan memberikan kekuatan untukmu, Nona Izabel!" Do'a bi Kinar untuk majikannya.Di atas pohon mangga, Izabel terus menggaruk tubuhnya yang dikelilingi oleh semut hitam. Berkali-kali ia mengusap tubuhnya agar semut-semut tersebut pergi."Ya Tuhan, tolong lindungi aku! Semoga aku kuat menghadapi semuanya. Amin!" Do'a Izabel.Di kamarnya, Deon tersenyum puas melihat bagaimana tersiksanya Izabel di atas pohon sana. Ia melihat dari ponselnya yang langsung terhubung dengan kamera di halaman belakang."Itu belum seberapa Izabel. Aku akan melakukannya yang lebih dari ini. Aku akan menyiksamu secara lahir dan batin. Itu sumpahku!" gumam Deon dalam hati.Deon pun segera mengirimkan pesan pada kekasihnya untuk datang ke rumahnya karena ia begitu sangat merindukan Aurora, wanita yang dicintainya."Honey, kemarilah! Aku merindukanmu!" ucap Deon."Bagaimana dengan istrimu? Aku tidak ingin dia melihatku!" jawab Aurora."Kamu tenang saja, aku sedang menghukumnya. Sekarang cepat kemari! Aku sudah tidak sabar ingin menerkammu." ucap Deon."Baiklah, tunggu aku, Honey! Aku akan datang untukmu." balas Aurora.Di tempat lain, Aurora sedang merias dirinya. Ia begitu senang Deon memintanya untuk datang ke rumahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui kekasihnya."Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Sara."Tentu saja bertemu dengan Deon, Ma. Deon mengatakan bahwa dia merindukanku. Dan apa Mama tau, Deon mengatakan padaku bahwa ia sedang menghukum Izabel. Aku begitu senang mendengarnya, Ma." ucap Aurora dengan perasaan senang."Benarkah? Ah, Mama senang sekali mendengarnya, Sayang.""Kalau begitu, aku pergi dulu ya Ma, bye!" pamit Aurora."Hati-hati, Sayang!"Memerlukan waktu satu jam bagi Aurora untuk bisa sampai di rumah kekasihnya dengan mobil Range Rover pemberian Deon saat ulang tahunnya tahun lalu. Kini mobil Aurora sudah memasuki gerbang rumah mewah nan megah milik Deon Hayden. Ia turun dari mobil dengan gaya angkuhnya selama ini."Di mana Deon?" tanya Aurora pada salah satu pelayan di rumah tersebut."Tuan ada di kamarnya, Nona. Tuan sudah menunggu Nona," sahut sang pela
Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali."Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar."Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya."Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam."Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya."Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh."Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir."Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon."Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan."Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon."Tidak bisa, Mas!
Pagi hari saat Deon baru akan sarapan, ia tidak melihat Izabel di dapur. Biasanya saat ia sedang sarapan, Izabel pasti juga melakukan hal yang sama sarapan di dapur dan duduk di bawah lantai. Namun kali ini ia tidak melihat istri yang sangat dibencinya itu."Bi, di mana Iza?" tanya Deon."Non Iza sakit, Tuan, dan dia ada di kamarnya," jawab bi Kinar.Ya, tadi pagi saat baru bangun tidur, kepala Izabel terasa pusing dan badannya juga lemas. Ditambah kakinya yang masih sedikit nyeri meskipun sudah dipijat oleh bi Kinar semalam."Sakit?" ucap Deon."Iya Tuan, Non Iza mengeluhkan kepalanya terasa pusing dan badannya juga lemas. Saya lihat sendiri bagaimana pucatnya wajah Non Iza. Ditambah lagi kakinya yang masih belum sembuh," jelas bi Kinar."Tuan, apa sebaiknya kita panggilkan dokter saja untuk memeriksa Non Iza?" lanjut bi Kinar."Tidak! Biarkan saja!" tolak Deon dengan tegas.Deon tidak akan pernah membiarkan Izabel mendapatkan perlakuan baik di rumahnya. Apalagi sampai memanggil dokt
Malam ini di sebuah kamar hotel, sepasang kekasih baru saja selesai melakukan percintaan di kamar yang sering mereka kunjungi. Sang wanita kini sedang berada di dalam pelukan pria yang saat itu sama-sama dalam keadaan polos."Mau sampai kapan kita akan seperti ini secara sembunyi-sembunyi? Aku bahkan tidak tega padanya. Aku merasa telah mengkhianatinya, apalagi selama ini dia sudah begitu banyak membantuku." ucap pria tersebut."Bersabarlah! Aku akan menyelesaikannya. Tapi tidak sekarang. Jadi, aku mohon pengertianmu! Selama dia tidak tahu dengan apa yang kita lakukan saat ini, kita pasti akan aman. Kamu tenang saja, ya! Aku begitu sangat mencintaimu dan aku sangat nyaman berada di dekatmu. Jadi, tolong jangan pernah tinggalkan aku!" kata wanita tersebut dengan mata berkaca-kaca.Wanita itu memang begitu sangat mencintai pria yang sudah beberapa bulan ini telah resmi menjadi kekasihnya. Di dekat pria itu, ia merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari pria manapun."Tenangl
Enam bulan kemudian Meskipun pernikahan Deon dan Izabel sudah memasuki bulan ke-enam, namun tetap saja perlakuan Deon pada Izabel tetaplah sama. Deon masih saja membuat Izabel susah. Bahkan Deon juga masih sering menyiksanya dengan bermain tangan.Pernah suatu ketika, saat itu Izabel pulang bekerja larut malam karena saat itu hujan deras mengguyur dan jarang ada kendaraan yang beroperasi karena saat itu juga kebanyakan terjebak banjir. Saat itu Izabel memberanikan diri menghubungi suaminya sendiri untuk menjemputnya karena Izabel bingung harus pulang dengan menaiki apa. Namun yang didapat Izabel lagi-lagi sebuah penyiksaan dari suaminya. Sebenarnya tanpa ia sadari, ia begitu trauma dengan perlakuan Deon padanya selama ini. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.#Flashback OnTadi pagi Izabel sudah meminta izin pada Deon bahwa hari ini ia akan pulang melebihi jam yang telah ditentukan oleh Deon karena hari ini kafe tempatnya bekerja sudah dibooking untuk acara ulang t
Izabel langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara tersebut. Suara yang begitu sangat menakutkan baginya. Suara yang sudah ia anggap seperti suara malaikat maut yang siap mencabut nyawanya."Ma...Mas De...Deon?" Izabel terbata.Deon berjalan mendekat menghampiri Izabel. Dan tanpa di duga, ia langsung melakukan hal yang membuat Izabel kaget dibuatnya.PlakkkkDeon menampar pipi mulus Izabel dengan begitu kencangnya, hingga terlihat jelas sekali bekas tamparan pada pipi wanita itu yang berwarna kemerahan."Kenapa Mas Deon tampar aku?" tanya Izabel memegangi sambil menahan pipinya yang terasa sangat sakit."Kamu tanya kenapa?" Deon mencekik leher Izabel hingga wanita itu terlihat kesulitan untuk bernapas."Kamu tahu sekarang jam berapa? Aku sudah memperingatkan kamu, jangan pulang melebihi dari jam yang telah aku tentukan! Tapi lagi-lagi kamu melanggar aturanku. Kamu ini memang pembangkang." Deon semakin kencang mencekik leher Izabel hingga wanita itu tidak bisa mengeluarkan kata-k
Setelah pulang dari kantornya, Deon langsung menjalankan mobilnya untuk bertemu dengan kekasihnya. Ia merasa rindu dengan wanitanya itu. Sudah satu minggu ini ia dan Aurora memang tidak bertemu karena kesibukan dari keduanya. Setelah sampai di rumah sang kekasih, ia langsung disambut hangat oleh bu Sara."Selamat sore, Tante." sapa Deon."Selamat sore, Deon. Kamu ingin bertemu dengan Aurora, ya?" kata bu Sara.Deon mengangguk. "Benar, Tante. Apa Aurora sudah pulang?" tanya Deon.Belum sempat bu Sara menjawab, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah tersebut. Mata Deon mengenali mobil tersebut. Mobil itu adalah milik sahabatnya sendiri, yaitu Javas. "Bukankah itu mobil Javas? Untuk apa dia ke sini?" ucap Deon dalam hati."Aurora bersama Javas. Bagaimana ini? Deon pasti akan curiga," batin bu Sara.Setelah mobil milik Javas terparkir, turunlah sang pemilik mobil bersama dengan Aurora. Deon merasa terkejut melihat Aurora pulang bersama dengan Javas. Sedangkan Javas dan Aurora terli
Malam dinihari, entah kenapa tiba-tiba Deon merasa lapar. Sejak tadi sore pria itu memang belum makan. Deon terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu ingin menyelesaikan beberapa tugasnya di rumah sebelum bulan depan nanti ia akan pergi berlibur dengan sang kekasih, Aurora. Deon langsung turun ke bawah untuk mencari makanan yang bisa ia makan. Namun sayang, ternyata tidak ada simpanan makanan sama sekali. Di dapur hanya ada nasi dan telur. Sedangkan ia tidak bisa memasak. Sementara kini bi Kinar sedang pulang ke kampung halamannya sejak tadi siang. Jadi tidak ada yang melayaninya. "Aku ingin sekali memakan nasi goreng. Tapi bagaimana cara memasaknya? Sedangkan aku tidak bisa memasak." gumam Deon merasa bingung.Saat sedang berpikir, tiba-tiba saja Izabel juga ke dapur karena merasa haus. Izabel begitu kaget melihat Deon yang sedang berdiri di depan kitchen set. Deon pun menatap Izabel yang langsung menunduk. Izabel mengambil gelas dan menuangkan air, kemudian meminumnya. Setelah i
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Izabel baru saja sampai di rumah. Ia melihat mobil Deon berada di garasi rumahnya. Itu artinya hari ini Deon sudah pulang. Pikir Izabel. Izabel tidak tahu jika hari ini Deon tidak pergi ke kantor, karena sebelumnya Deon memang tidak mengatakan padanya jika hari ini pria itu tidak ke kantor. Izabel segera masuk ke kamarnya bersama Deon. Namun ia tak menemukan Deon di sana."Mas Deon ke mana, ya? Kenapa tidak ada? Padahal mobilnya ada," gumam Izabel sembari terus mencari Deon di kamar mandi, dan di setiap sudut ruangan kamarnya. Namun tidak ada. Tapi saat ia akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja Deon muncul."Mas Deon? Mas Deon dari mana?" tanya Izabel."Kamu sudah pulang, Iza? Maaf, aku lupa untuk menjemputmu. Aku ketiduran tadi," ucap Deon dengan wajah yang terlihat sembab."Tidak apa-apa, Mas. Mas Deon kenapa? Mas Deon habis menangis?" tanya Izabel yang menyadari wajah Deon seperti habis menangis."Tidak apa-apa, Iza. Aku baik-baik saja," jawab Deon tersenyum tipis."Mas Deon y
"Bukti apa yang kamu dapatkan, Jhon?" tanya Deon yang kini sedang berada di markas milik Jhon.Jhon segera meminta anak buahnya dengan memberikan sebuah kode. Tak lama kemudian, anak buah Jhon datang dengan seorang wanita paruh baya."Jhon, siapa wanita ini? Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya Deon heran."Dia adalah mantan pembantu di rumah Nona Izabel. Namanya Bu Lydia." jelas Jhon."Lalu, apa hubungannya dia dengan kamu bawa ke sini?" tanya Deon lagi."Bu Lydia ini adalah saksi kunci pembunuhan yang dilakukan oleh Nona Aurora pada Ibu anda, Tuan." jawab Jhon."Apa? Jadi benar, kalau orang yang sudah membunuh Ibuku adalah Aurora?" tanya Deon begitu terkejut. Meskipun sebelumnya Jhon sudah memberitahukan dirinya bahwa Aurora adalah pelakunya, namun Deon masih sedikit ragu karena saat itu Jhon memberitahukan dirinya lewat telepon."Bagaimana bisa, Jhon? Tolong jelaskan padaku!" pinta Deon."Bu Lydia, silakan ceritakan semuanya pada Tuan Deon!" Jhon memerintahkan wanita tua tersebut
"Selamat pagi, Iza!" ucap Deon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu dari pada istrinya."Mas Deon? Mas Deon sudah bangun?" kata Izabel yang baru saja membuka matanya.Deon tersenyum dan mengangguk. "Bahkan aku sudah mandi dan rapi. Ayo bangun! Bukankah kamu harus bekerja hari ini? Hm?" pungkas Deon."Astaga! Aku lupa jika hari ini aku sudah mulai kembali bekerja. Kenapa Mas Deon tidak membangunkan aku?" kata Izabel."Aku tidak membangunkanmu. Aku lihat kamu begitu pulas, Iza. Aku sengaja tidak ingin mengganggu waktu tidurmu," tukas Deon.Tadi saat ia bangun terlebih dahulu dari Izabel, Deon memang sengaja tidak membangunkan Izabel. Justru ia sibuk memandangi wajah Izabel yang polos saat sedang tidur. Dan itu berhasil memanjakan matanya. Diam-diam ia bahkan mengagumi wajah istrinya itu."Seharusnya Mas Deon membangunkan aku saja. Aku tidak enak pada Joshua jika aku terlambat," ucap Izabel."Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak akan telat, Iza. Aku akan mengantarmu hari ini. Ayo cepat
Setelah satu minggu berlibur ke Mesir, kini Deon dan Izabel telah kembali ke Indonesia dengan wajah keduanya terlihat begitu bahagia. Bahkan keduanya tidak pernah berhenti tersenyum, dan itu berhasil membuat bi Kinar merasa senang karena akhirnya kini bi Kinar bisa melihat kedua majikannya itu akur dan terlihat begitu mesra."Selamat datang, Tuan muda, selamat datang, Non Iza!" sambut bi Kinar dengan antusias."Bibi," Izabel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Deon. Izabel memeluk bi Kinar begitu saja. Ia sudah menganggap bi Kinar seperti ibunya sendiri karena selama ini bi Kinar sudah baik padanya."Non Iza, Bibi rindu sekali pada Non. Bagaimana liburannya? Apa Non Iza senang?" tanya bi Kinar begitu pelukannya terlepas."Aku sangat senang sekali, Bi. Mesir benar-benar sangat indah," jawab Izabel begitu antusias."Bibi ikut senang mendengarnya,""Bi, apa semuanya sudah beres?" tanya Deon yang berada di belakang Izabel."Sudah semua, Tuan. Semuanya sudah saya pindahkan sesuai