Enam bulan kemudian Meskipun pernikahan Deon dan Izabel sudah memasuki bulan ke-enam, namun tetap saja perlakuan Deon pada Izabel tetaplah sama. Deon masih saja membuat Izabel susah. Bahkan Deon juga masih sering menyiksanya dengan bermain tangan.Pernah suatu ketika, saat itu Izabel pulang bekerja larut malam karena saat itu hujan deras mengguyur dan jarang ada kendaraan yang beroperasi karena saat itu juga kebanyakan terjebak banjir. Saat itu Izabel memberanikan diri menghubungi suaminya sendiri untuk menjemputnya karena Izabel bingung harus pulang dengan menaiki apa. Namun yang didapat Izabel lagi-lagi sebuah penyiksaan dari suaminya. Sebenarnya tanpa ia sadari, ia begitu trauma dengan perlakuan Deon padanya selama ini. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain pasrah.#Flashback OnTadi pagi Izabel sudah meminta izin pada Deon bahwa hari ini ia akan pulang melebihi jam yang telah ditentukan oleh Deon karena hari ini kafe tempatnya bekerja sudah dibooking untuk acara ulang t
Izabel langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara tersebut. Suara yang begitu sangat menakutkan baginya. Suara yang sudah ia anggap seperti suara malaikat maut yang siap mencabut nyawanya."Ma...Mas De...Deon?" Izabel terbata.Deon berjalan mendekat menghampiri Izabel. Dan tanpa di duga, ia langsung melakukan hal yang membuat Izabel kaget dibuatnya.PlakkkkDeon menampar pipi mulus Izabel dengan begitu kencangnya, hingga terlihat jelas sekali bekas tamparan pada pipi wanita itu yang berwarna kemerahan."Kenapa Mas Deon tampar aku?" tanya Izabel memegangi sambil menahan pipinya yang terasa sangat sakit."Kamu tanya kenapa?" Deon mencekik leher Izabel hingga wanita itu terlihat kesulitan untuk bernapas."Kamu tahu sekarang jam berapa? Aku sudah memperingatkan kamu, jangan pulang melebihi dari jam yang telah aku tentukan! Tapi lagi-lagi kamu melanggar aturanku. Kamu ini memang pembangkang." Deon semakin kencang mencekik leher Izabel hingga wanita itu tidak bisa mengeluarkan kata-k
Setelah pulang dari kantornya, Deon langsung menjalankan mobilnya untuk bertemu dengan kekasihnya. Ia merasa rindu dengan wanitanya itu. Sudah satu minggu ini ia dan Aurora memang tidak bertemu karena kesibukan dari keduanya. Setelah sampai di rumah sang kekasih, ia langsung disambut hangat oleh bu Sara."Selamat sore, Tante." sapa Deon."Selamat sore, Deon. Kamu ingin bertemu dengan Aurora, ya?" kata bu Sara.Deon mengangguk. "Benar, Tante. Apa Aurora sudah pulang?" tanya Deon.Belum sempat bu Sara menjawab, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah tersebut. Mata Deon mengenali mobil tersebut. Mobil itu adalah milik sahabatnya sendiri, yaitu Javas. "Bukankah itu mobil Javas? Untuk apa dia ke sini?" ucap Deon dalam hati."Aurora bersama Javas. Bagaimana ini? Deon pasti akan curiga," batin bu Sara.Setelah mobil milik Javas terparkir, turunlah sang pemilik mobil bersama dengan Aurora. Deon merasa terkejut melihat Aurora pulang bersama dengan Javas. Sedangkan Javas dan Aurora terli
Malam dinihari, entah kenapa tiba-tiba Deon merasa lapar. Sejak tadi sore pria itu memang belum makan. Deon terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu ingin menyelesaikan beberapa tugasnya di rumah sebelum bulan depan nanti ia akan pergi berlibur dengan sang kekasih, Aurora. Deon langsung turun ke bawah untuk mencari makanan yang bisa ia makan. Namun sayang, ternyata tidak ada simpanan makanan sama sekali. Di dapur hanya ada nasi dan telur. Sedangkan ia tidak bisa memasak. Sementara kini bi Kinar sedang pulang ke kampung halamannya sejak tadi siang. Jadi tidak ada yang melayaninya. "Aku ingin sekali memakan nasi goreng. Tapi bagaimana cara memasaknya? Sedangkan aku tidak bisa memasak." gumam Deon merasa bingung.Saat sedang berpikir, tiba-tiba saja Izabel juga ke dapur karena merasa haus. Izabel begitu kaget melihat Deon yang sedang berdiri di depan kitchen set. Deon pun menatap Izabel yang langsung menunduk. Izabel mengambil gelas dan menuangkan air, kemudian meminumnya. Setelah i
Hari ini adalah hari libur. Aurora kini sudah berada di rumah kekasih gelapnya, Javas. Ia ke rumah Javas karena permintaan dari pria itu."Aku merindukanmu, Sayang." ucap Javas sembari memeluk Aurora yang kini sedang duduk di sofa."Javas, ada yang ingin aku katakan padamu." kata Aurora."Apa? Sepertinya ini serius," balas Javas."Bulan depan Deon ingin mengajakku berlibur. untuk itu, kita tidak bisa bertemu untuk sementara waktu," jelas Aurora."Apa? Jadi, kalian berdua akan berlibur?" tanya Javas begitu terkejut."Iya, Sayang." Aurora mengangguk."Kenapa kamu tidak menolak ajakannya? Lalu, bagaimana dengan aku? Kamu tega ninggalin aku di sini, sedangkan kalian berdua bersenang-senang di luar sana," kesal Javas."Sayang, tidak mungkin aku menolak ajakan Deon. Lagi pula, aku ingin liburan, aku merasa jenuh, Javas. Selama ini kamu juga tidak pernah mengajakku untuk pergi liburan." ucap Aurora dengan merengek manja.Javas tidak menjawab. Ia merasa kesal karena sang kekasih gelap akan be
"Aku ingin meminta tolong padamu!" ucap Deon pada supir pribadinya yang usianya sama dengannya."Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Abian, supir Deon."Kamu lihat dia pingsan dan pakainya basah. Aku minta tolong padamu untuk mengganti pakaiannya!" ucap Deon.Mata Abian langsung melotot tidak percaya atas permintaan majikannya. Bagaimana bisa seorang suami meminta orang lain untuk menggantikan pakaian istrinya. Sungguh ini gila dan tidak masuk akal."Tuan, maafkan saya! Tapi saya rasa itu tidak pantas untuk dilakukan. Saya ini hanya supir, Tuan. Sedangkan Nona Iza adalah istri Tuan, majikan saya. Saya rasa itu tidak sopan." tolak Abian menunduk."Di sini aku majikanmu, bukan Izabel. Jika kamu masih ingin bekerja denganku, cepat lakukan sekarang!" ancam Deon."Tapi, Tuan,""Abian, lakukan sekarang! Aku tidak suka dibantah. Ayo cepat!" paksa Deon.Abian diambang keraguan. Jika ia mengikuti permintaan Deon, ia merasa kasihan pada Izabel. Harga dirinya sebagai wanita pasti sangat hancu
Saat sedang sibuk dan fokus dengan layar laptopnya, Deon kedatangan tamu tak diundangnya di rumahnya. Pria itu sedang berada di ruang tamu sembari bekerja. Javas sengaja mampir ke rumah Deon untuk berpura-pura mengajak pria itu pergi berlibur."Ekhem," Javas berdehem menyadarkan Deon.Deon langsung menoleh saat ia mendengar suara seseorang. Ia terkejut karena tiba-tiba Javas sudah berada di rumahnya."Javas, kau di sini?" tanya Deon.Javas tersenyum dan langsung duduk di samping Deon. "Ya, aku sedang merasa suntuk di rumah. Akhirnya aku mampir ke sini untuk bermain denganmu," jawab Javas."Maafkan, aku, Javas. Aku sedang tidak bisa bermain. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku malam ini," kata Deon merasa tidak enak."Santai saja. Kalau begitu, aku menemanimu saja," balas Javas dan diangguki oleh Deon."Deon,""Hm?" "Aku ingin sekali kita berlibur seperti dulu. Sudah lama kita tidak berlibur bersama. Apa kau tidak ingin mengajakku liburan? Minggu depan aku berencana mengambil cutiku.
"Iza, apa yang kamu lakukan? Sedang apa kamu di sana?" tanya Deon sembari berjalan menghampiri Izabel."Em, maaf Mas, tadi aku tidak sengaja menyenggol pajangan ini. Aku minta maaf." jawab Izabel sembari menaruh lagi pajangan yang tadi tak sengaja jatuh. Keringatnya sudah panas dingin karena takut dengan tatapan maut Deon."Kamu mendengar pembicaraanku?" tanya Deon."Em, tidak, aku tidak mendengar pembicaraan Mas Deon. Sungguh!" jawab Izabel terbata. Ia terpaksa berbohong karena merasa takut pada Deon."Kamu pikir aku bodoh? Hah? Dasar lancang! Sini!" Deon langsung menarik telinga Izabel dan menjewernya dengan sangat kencang, hingga telinga wanita itu terlihat sangat merah."Mas Deon, sakit!!! Ampun, sakit, Mas!!! Awww ...!!!" jerit Izabel menahan sakit. Jeweran Deon pada telinga Izabel bukan jeweran biasa. Pria itu sampai memelintir telinga Izabel hingga wanita itu tak kuasa menahan rasa sakitnya."Ini hukuman untukmu karena kamu telah berani menguping. Rasakan ini, Iza!" Deon semaki
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Izabel baru saja sampai di rumah. Ia melihat mobil Deon berada di garasi rumahnya. Itu artinya hari ini Deon sudah pulang. Pikir Izabel. Izabel tidak tahu jika hari ini Deon tidak pergi ke kantor, karena sebelumnya Deon memang tidak mengatakan padanya jika hari ini pria itu tidak ke kantor. Izabel segera masuk ke kamarnya bersama Deon. Namun ia tak menemukan Deon di sana."Mas Deon ke mana, ya? Kenapa tidak ada? Padahal mobilnya ada," gumam Izabel sembari terus mencari Deon di kamar mandi, dan di setiap sudut ruangan kamarnya. Namun tidak ada. Tapi saat ia akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja Deon muncul."Mas Deon? Mas Deon dari mana?" tanya Izabel."Kamu sudah pulang, Iza? Maaf, aku lupa untuk menjemputmu. Aku ketiduran tadi," ucap Deon dengan wajah yang terlihat sembab."Tidak apa-apa, Mas. Mas Deon kenapa? Mas Deon habis menangis?" tanya Izabel yang menyadari wajah Deon seperti habis menangis."Tidak apa-apa, Iza. Aku baik-baik saja," jawab Deon tersenyum tipis."Mas Deon y
"Bukti apa yang kamu dapatkan, Jhon?" tanya Deon yang kini sedang berada di markas milik Jhon.Jhon segera meminta anak buahnya dengan memberikan sebuah kode. Tak lama kemudian, anak buah Jhon datang dengan seorang wanita paruh baya."Jhon, siapa wanita ini? Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya Deon heran."Dia adalah mantan pembantu di rumah Nona Izabel. Namanya Bu Lydia." jelas Jhon."Lalu, apa hubungannya dia dengan kamu bawa ke sini?" tanya Deon lagi."Bu Lydia ini adalah saksi kunci pembunuhan yang dilakukan oleh Nona Aurora pada Ibu anda, Tuan." jawab Jhon."Apa? Jadi benar, kalau orang yang sudah membunuh Ibuku adalah Aurora?" tanya Deon begitu terkejut. Meskipun sebelumnya Jhon sudah memberitahukan dirinya bahwa Aurora adalah pelakunya, namun Deon masih sedikit ragu karena saat itu Jhon memberitahukan dirinya lewat telepon."Bagaimana bisa, Jhon? Tolong jelaskan padaku!" pinta Deon."Bu Lydia, silakan ceritakan semuanya pada Tuan Deon!" Jhon memerintahkan wanita tua tersebut
"Selamat pagi, Iza!" ucap Deon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu dari pada istrinya."Mas Deon? Mas Deon sudah bangun?" kata Izabel yang baru saja membuka matanya.Deon tersenyum dan mengangguk. "Bahkan aku sudah mandi dan rapi. Ayo bangun! Bukankah kamu harus bekerja hari ini? Hm?" pungkas Deon."Astaga! Aku lupa jika hari ini aku sudah mulai kembali bekerja. Kenapa Mas Deon tidak membangunkan aku?" kata Izabel."Aku tidak membangunkanmu. Aku lihat kamu begitu pulas, Iza. Aku sengaja tidak ingin mengganggu waktu tidurmu," tukas Deon.Tadi saat ia bangun terlebih dahulu dari Izabel, Deon memang sengaja tidak membangunkan Izabel. Justru ia sibuk memandangi wajah Izabel yang polos saat sedang tidur. Dan itu berhasil memanjakan matanya. Diam-diam ia bahkan mengagumi wajah istrinya itu."Seharusnya Mas Deon membangunkan aku saja. Aku tidak enak pada Joshua jika aku terlambat," ucap Izabel."Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak akan telat, Iza. Aku akan mengantarmu hari ini. Ayo cepat
Setelah satu minggu berlibur ke Mesir, kini Deon dan Izabel telah kembali ke Indonesia dengan wajah keduanya terlihat begitu bahagia. Bahkan keduanya tidak pernah berhenti tersenyum, dan itu berhasil membuat bi Kinar merasa senang karena akhirnya kini bi Kinar bisa melihat kedua majikannya itu akur dan terlihat begitu mesra."Selamat datang, Tuan muda, selamat datang, Non Iza!" sambut bi Kinar dengan antusias."Bibi," Izabel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Deon. Izabel memeluk bi Kinar begitu saja. Ia sudah menganggap bi Kinar seperti ibunya sendiri karena selama ini bi Kinar sudah baik padanya."Non Iza, Bibi rindu sekali pada Non. Bagaimana liburannya? Apa Non Iza senang?" tanya bi Kinar begitu pelukannya terlepas."Aku sangat senang sekali, Bi. Mesir benar-benar sangat indah," jawab Izabel begitu antusias."Bibi ikut senang mendengarnya,""Bi, apa semuanya sudah beres?" tanya Deon yang berada di belakang Izabel."Sudah semua, Tuan. Semuanya sudah saya pindahkan sesuai