Semenjak kejadian percobaan bunuh dirinya beberapa waktu lalu, sikap Izabel pada Deon kali ini terlihat begitu dingin. Biasanya wanita itu selalu merasa ketakutan saat melihat Deon. Seolah Izabel sudah tidak peduli lagi apa yang akan dilakukan oleh Deon padanya. Lagi pula percuma saja ia menghindar. Meskipun ia memohon berkali-kali pada Deon agar tidak menyiksanya, pria itu tidak akan mendengarkan ucapannya dan tetap menyiksanya. Deon pun menyadari dengan sikap Izabel beberapa hari ini. Ia merasa ada yang aneh dengan Izabel. Rasanya ia tidak suka melihat sikap Izabel seperti sekarang ini.Seperti pagi ini saat sedang sarapan. Setelah selesai sarapan, Izabel langsung pergi begitu saja setelah tadi ia berpamitan pada bi Kinar. Biasanya wanita itu juga berpamitan pada Deon jika akan berangkat. Namun kini seakan mengabaikan Deon dan tidak berpamitan kepadanya."Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa sikapnya jadi seperti itu padaku?" batin Deon sembari menatap kepergian Izabel.Deon
Izabel meringis kesakitan karena tarikan tangan Deon pada rambutnya. Namun sebisa mungkin ia tahan. "Lakukan apa yang ingin Mas Deon lakukan padaku! Lagi pula, untuk apa aku tunduk pada Mas Deon? Semua itu percuma. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan pun, Mas Deon akan tetap menganggapku salah. Jadi, untuk apa aku tunduk? Bukankah itu sama saja? Hanya penyiksaan yang akan aku dapatkan dari Mas Deon. Benar begitu?" jawab Izabel."Kenapa sekarang kamu berani melawanku, Iza? Kamu memancing amarahku? Hah?" tanya Deon yang semakin kuat menjambak rambut panjang Izabel."Aku hanya manusia biasa, Mas. Aku juga memiliki batas kesabaranku. Setiap hari Mas Deon menyiksaku tanpa aku tahu apa salahku, dan itu Mas Deon lakukan selama berbulan-bulan. Apa Mas Deon lupa dengan apa yang sudah Mas Deon lakukan padaku selama ini? Hah? Mas Deon jahat! Mas Deon adalah suamiku. Seharusnya suami itu bisa menjadi rumah yang nyaman untuk istrinya. Tapi justru yang aku rasakan kini aku merasa seperti di dala
Deon dan bi Kinar langsung melepaskan tali yang terikat di tubuh Izabel."Tuan, ayo bawa Non Iza ke kamarnya!" pinta bi Kinar dengan panik.Deon mengangguk dan langsung membawa tubuh istrinya yang basah kuyup ke kamar wanita itu. Diikuti oleh bi Kinar di belakangnya."Bi, tolong gantikan pakaian untuk Iza! Aku akan panggilkan dokter," titah Deon."Baik, Tuan."Deon langsung keluar kamar dan menelepon dokter untuk segera datang ke rumahnya dan memeriksa Izabel. Hingga tak butuh waktu lama, dokter tersebut pun datang dan langsung menangani Izabel."Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Deon dengan perasaan panik juga."Tubuhnya menggigil dan demamnya cukup tinggi. Saya akan meresepkan obat untuk Nyonya Iza dan Nyonya harus banyak istirahat," kata dokter."Baik, terima kasih." Dokter pun langsung pergi setelah tadi memberikan resep obat agar bisa ditebus. Kini Izabel juga sudah sadar dengan kondisi tubuhnya yang menggigil."Non, Bibi buatkan teh jahe untuk Non Iza, ya!""Makasih, Bi
Jangan banyak bicara, Izabel! Aku tidak akan menceraikanmu. Lebih baik sekarang kau habiskan makananmu, setelah itu baru kau boleh istirahat." Deon segera keluar dari kamar Izabel."Aku bukan seorang pembunuh, Mas. Aku hanya terjebak Aku tidak tahu apa-apa." ucap Izabel yang berhasil membuat langkah Deon terhenti."Apa maksudmu? Aku membebaskanmu waktu itu karena semua bukti mengarah kepadamu. Ya, kau benar, salah satu alasan aku tidak menyukaimu dan membencimu karena aku malu memiliki seorang istri yang merupakan mantan narapidana." ujar Deon."Meskipun aku mengatakan yang sejujurnya, belum tentu Mas Deon bisa percaya padaku. Mas Deon bebas mempercayai aku atau tidak. Yang jelas aku sudah mengatakan yang sebenarnya, bahwa bukan aku pembunuh dari wanita itu. Hanya satu bukti yang mengarah kepadaku, yaitu pisau yang digunakan untuk membunuh Nyonya Dhyra. Apa itu berarti aku adalah pelakunya? Untuk apa aku membunuhnya? Aku tidak memiliki kepentingan apa pun dengannya." tutur Izabel menc
"Honey, kenapa tidak dimakan makanannya? Ayo dimakan, Sayang. Aku perhatikan dari tadi kamu terus melamun. Ada apa? Apa ada masalah yang mengganggu pikiranmu? Hm?" tanya Aurora yang kini sedang makan siang bersama Deon."Ya, ada satu hal yang dari kemarin mengganjal di pikiranku, Aurora." jawab Deon."Oh iya? Apa itu? Kamu bisa cerita padaku, Sayang. Ayo katakan!" balas Aurora."Beberapa hari lalu aku menghukum Izabel. Namun tiba-tiba saja dia memintaku untuk menceraikannya. Dia bertanya padaku mengapa aku selalu menyiksanya dan mengapa aku membenci dirinya. Aku katakan padanya alasanku membenci dirinya karena dia adalah seorang pembunuh. Awalnya dia bertanya padaku apakah alasan aku membencinya karena dia seorang pembunuh? Akhirnya aku iyakan tebakannya itu. Tapi yang membuat aku kepikiran dari kemarin adalah, dia mengatakan kepadaku jika bukan dia pembunuhnya. Dia mengatakan padaku jika dia hanya terjebak. Dia tidak mengakui perbuatannya, Aurora. Yang membuatku merasa kesal, mengapa
TokTokTokBi Kinar mengetuk pintu kamar Izabel karena ini waktunya majikannya itu untuk sarapan pagi. Hari ini adalah hari Senin, dan Izabel harus kembali bekerja lagi.Ceklek"Bibi, ada apa?" Izabel bertanya setelah ia membuka pintu kamarnya."Non, ini waktunya Non Iza untuk sarapan. Ayo sarapan, Non, Bibi sudah memasak untuk Non Iza." ajak bi Kinar.Izabel merasa heran. Pasalnya selama ini bi Kinar jarang sekali sampai menghampiri dirinya untuk sarapan. "Bibi tidak perlu repot-repot ke kamarku, nanti aku pasti akan sarapan. Aku akan bersiap-siap dulu, Bi." kata Izabel."Non Iza harus sarapan sekarang, karena Tuan Deon sudah menunggu Non Iza di meja makan," tukas bi Kinar.Seketika mata Izabel melotot tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh bi Kinar. Rasanya terdengar sangat mustahil saat ia tahu jika Deon sudah menunggunya untuk sarapan. Selama ini pria itu tidak sepeduli seperti sekarang ini sampai menunggu dirinya di meja makan."Apa? Mas Deon menunggu aku di meja makan?
Deon baru saja mendapatkan kabar dari orang suruhannya bahwa ada fakta baru yang didapatkan oleh orang suruhan Deon itu. Orang itu mengatakan pada Deon jika orang itu sudah bertemu dengan pengacara Izabel yang menangani kasus tersebut. Pengacara Izabel mengatakan jika hari itu Izabel sedang dalam perjalanan untuk bekerja, namun di tengah perjalanan, ponsel Izabel tertinggal. Alhasil Izabel memutuskan untuk kembali lagi mengambil ponselnya. Namun saat wanita itu kembali ke rumah dan ingin mengambil ponselnya, tak sengaja Izabel melihat Dhyra Hayden sudah tergeletak bersimbah darah. Di saat yang bersamaan saat itu, Aurora datang dan menyaksikan Izabel yang sedang memegang pisau tersebut dan menangis di depan tubuh Dhyra Hayden."Tuan, jika dipikir-pikir lagi, rasanya mustahil jika Nona Izabel membunuh Nyonya Dhyra." kata pria yang merupakan orang kepercayaan Deon."Apa maksudmu?" tanya Deon."Coba Tuan pikiran! Hari itu Nona Izabel ingin berangkat bekerja. Kemudian dia kembali lagi pula
Baru saja sampai di rumah setelah seharian bekerja. Izabel dikejutkan dengan kondisi kamarnya yang sudah terlihat seperti gudang. Bahkan ia tak menemukan pakaian dan barang-barang miliknya di sana."Ke mana barang-barangku? Kenapa semuanya tidak ada? Apa ini perbuatan Mas Deon? Apa Mas Deon sengaja ingin menghukumku lagi? Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang harus aku hadapi? Baru saja aku merasa senang karena Mas Deon sudah berubah, tapi ternyata semua itu hanya sementara." ucap Izabel dengan matanya yang berkaca-kaca.Ia mengira Deon membuang semua barang-barangnya dari kamarnya, dan ia mengira jika Deon pasti akan memindahkannya ke kamar yang tidak layak seperti kamar sebelumnya.Izabel segera keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan bi Kinar. Kebetulan saat itu bi Kinar sedang berada di halaman belakang."Bibi," panggil Izabel dengan wajah paniknya."Eh, Non Iza sudah pulang?""Bi, di mana pakaianku dan barang-barangku? Kenapa kamarku jadi kosong? Apa Mas Deon ingin menghukumku lagi?
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Izabel baru saja sampai di rumah. Ia melihat mobil Deon berada di garasi rumahnya. Itu artinya hari ini Deon sudah pulang. Pikir Izabel. Izabel tidak tahu jika hari ini Deon tidak pergi ke kantor, karena sebelumnya Deon memang tidak mengatakan padanya jika hari ini pria itu tidak ke kantor. Izabel segera masuk ke kamarnya bersama Deon. Namun ia tak menemukan Deon di sana."Mas Deon ke mana, ya? Kenapa tidak ada? Padahal mobilnya ada," gumam Izabel sembari terus mencari Deon di kamar mandi, dan di setiap sudut ruangan kamarnya. Namun tidak ada. Tapi saat ia akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja Deon muncul."Mas Deon? Mas Deon dari mana?" tanya Izabel."Kamu sudah pulang, Iza? Maaf, aku lupa untuk menjemputmu. Aku ketiduran tadi," ucap Deon dengan wajah yang terlihat sembab."Tidak apa-apa, Mas. Mas Deon kenapa? Mas Deon habis menangis?" tanya Izabel yang menyadari wajah Deon seperti habis menangis."Tidak apa-apa, Iza. Aku baik-baik saja," jawab Deon tersenyum tipis."Mas Deon y
"Bukti apa yang kamu dapatkan, Jhon?" tanya Deon yang kini sedang berada di markas milik Jhon.Jhon segera meminta anak buahnya dengan memberikan sebuah kode. Tak lama kemudian, anak buah Jhon datang dengan seorang wanita paruh baya."Jhon, siapa wanita ini? Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya Deon heran."Dia adalah mantan pembantu di rumah Nona Izabel. Namanya Bu Lydia." jelas Jhon."Lalu, apa hubungannya dia dengan kamu bawa ke sini?" tanya Deon lagi."Bu Lydia ini adalah saksi kunci pembunuhan yang dilakukan oleh Nona Aurora pada Ibu anda, Tuan." jawab Jhon."Apa? Jadi benar, kalau orang yang sudah membunuh Ibuku adalah Aurora?" tanya Deon begitu terkejut. Meskipun sebelumnya Jhon sudah memberitahukan dirinya bahwa Aurora adalah pelakunya, namun Deon masih sedikit ragu karena saat itu Jhon memberitahukan dirinya lewat telepon."Bagaimana bisa, Jhon? Tolong jelaskan padaku!" pinta Deon."Bu Lydia, silakan ceritakan semuanya pada Tuan Deon!" Jhon memerintahkan wanita tua tersebut
"Selamat pagi, Iza!" ucap Deon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu dari pada istrinya."Mas Deon? Mas Deon sudah bangun?" kata Izabel yang baru saja membuka matanya.Deon tersenyum dan mengangguk. "Bahkan aku sudah mandi dan rapi. Ayo bangun! Bukankah kamu harus bekerja hari ini? Hm?" pungkas Deon."Astaga! Aku lupa jika hari ini aku sudah mulai kembali bekerja. Kenapa Mas Deon tidak membangunkan aku?" kata Izabel."Aku tidak membangunkanmu. Aku lihat kamu begitu pulas, Iza. Aku sengaja tidak ingin mengganggu waktu tidurmu," tukas Deon.Tadi saat ia bangun terlebih dahulu dari Izabel, Deon memang sengaja tidak membangunkan Izabel. Justru ia sibuk memandangi wajah Izabel yang polos saat sedang tidur. Dan itu berhasil memanjakan matanya. Diam-diam ia bahkan mengagumi wajah istrinya itu."Seharusnya Mas Deon membangunkan aku saja. Aku tidak enak pada Joshua jika aku terlambat," ucap Izabel."Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak akan telat, Iza. Aku akan mengantarmu hari ini. Ayo cepat
Setelah satu minggu berlibur ke Mesir, kini Deon dan Izabel telah kembali ke Indonesia dengan wajah keduanya terlihat begitu bahagia. Bahkan keduanya tidak pernah berhenti tersenyum, dan itu berhasil membuat bi Kinar merasa senang karena akhirnya kini bi Kinar bisa melihat kedua majikannya itu akur dan terlihat begitu mesra."Selamat datang, Tuan muda, selamat datang, Non Iza!" sambut bi Kinar dengan antusias."Bibi," Izabel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Deon. Izabel memeluk bi Kinar begitu saja. Ia sudah menganggap bi Kinar seperti ibunya sendiri karena selama ini bi Kinar sudah baik padanya."Non Iza, Bibi rindu sekali pada Non. Bagaimana liburannya? Apa Non Iza senang?" tanya bi Kinar begitu pelukannya terlepas."Aku sangat senang sekali, Bi. Mesir benar-benar sangat indah," jawab Izabel begitu antusias."Bibi ikut senang mendengarnya,""Bi, apa semuanya sudah beres?" tanya Deon yang berada di belakang Izabel."Sudah semua, Tuan. Semuanya sudah saya pindahkan sesuai