"Saat itu aku memegang pisau yang menancap di perut Tante Dhyra. Aku begitu shock saat aku kembali ke rumah mengambil ponselku, aku sudah melihat Tante Dhyra bersimbah darah dengan tubuh tergeletak dan pisau yang menancap di tubuhnya. Saat itu aku hanya berniat mengambil pisau yang menancap di perut Tante Dhyra. Aku tidak berpikir lagi jika apa yang aku lakukan itu adalah sebuah kesalahan yang akan meninggalkan sidik jariku di pisau tersebut. Dan tak lama kemudian, saudara tiriku yang baru saja pulang, dia melihatku memegang pisau dan mengira jika aku yang telah membunuh Tante Dhyra. Karena hal itulah akhirnya aku menjadi tersangka pembunuhan Tante Dhyra. Aku tidak bisa membela diri karena kebetulan hari itu cctv di rumahku sedang tidak aktif. Hingga akhirnya aku kalah di persidangan dan mengharuskan aku mendekam di dalam penjara. Sebelum akhirnya dengan kebaikan hatinya, Mas Deon menjaminku dan membebaskan aku. Sebagai gantinya, Mas Deon meminta aku untuk bersedia menikah dengannya.
Sudah tiga hari ini Aurora tidak bertemu dengan Deon. Meskipun ia menjalin hubungan juga dengan Javas, tapi tidak bisa dipungkiri jika sebenarnya ia juga sama mencintai Deon meskipun cintanya tak sebesar untuk Javas. Apalagi selama ini Deon juga sangat memanjakannya. Apa yang ia inginkan selalu dituruti oleh Deon. "Kamu mau ke mana, Sayang?" tanya sang ibu pada Aurora."Aku akan ke rumah Deon, Ma." jawabnya."Untuk apa? Di sana ada Izabel. Apa kamu mau kalau nanti dia sampai curiga dan tahu kalau kamu kekasih Deon? Hah?" pungkas bu Sarah."Mama tenang saja, Izabel tidak ada di rumah. Dia bekerja di kafe, Ma. Jadi, Deon pasti sedang sendiri di rumah." ucap Aurora.Meskipun ini adalah akhir pekan, namun Aurora yakin jika Izabel tidak ada di rumah. Kebanyakan saat akhir pekan, karyawan di kafe ataupun restoran tidak akan libur. Mereka akan libur di hari biasa. Jarang sekali mereka libur di akhir pekan Sabtu ataupun Minggu."Apa? Bekerja? Memangnya masih ada yang mau menerima dia? Dia it
Deon sudah mengirimkan pesan pada Aurora dan ia meminta Aurora untuk menunggunya di kafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ia pun segera ke sana untuk menyusul Aurora yang sedang menunggu dirinya."Aurora," panggil Deon pada sang kekasih.Aurora yang namanya merasa dipanggil, langsung menoleh. Namun kali ini ekspresi wajahnya begitu datar dan dingin. Sepertinya wanita itu masih merasa cemburu karena Deon baru saja pergi bersama Izabel.Deon segera berjalan menghampiri Aurora dan mengambil tempat duduk berhadapan dengan kekasihnya."Kamu ke rumahku tadi?" tanya Deon."Hm," sahut Aurora dengan wajah kesalnya."Kamu kenapa?""Kamu bertanya aku kenapa? Apa kamu tidak sadar dengan kesalahanmu? Kamu mengajak Izabel pergi tanpa memberitahuku. Ke mana kamu mengajak dia? Hah?" omel Aurora pada sang kekasih."Ya, aku tadi memang mengajak Iza pergi. Aku mengantarnya membeli pakaian," jawab Deon santai.Aurora mengernyitkan dahinya. Mengapa Deon sampai harus mengantar Izabel hanya u
"Tuan, ada hal yang ingin saya sampaikan pada Tuan," ucap Jhon, anak buah Deon yang ditugaskan untuk mencari tahu tentang kasus pembunuhan ibunya."Ada apa? Katakan!" titah Deon."Tuan, saya baru saja menemukan fakta baru tentang kasus pembunuhan Nyonya Dhyra. Saya menemui Pak Steven, pengacara Nona Iza. Beliau mengatakan ada hal ganjil di hari pembunuhan Nyonya Dhyra saat itu," ungkap Jhon."Hal ganjil? Hal ganjil apa?" tanya Deon mengernyitkan dahinya."Saat Nona Izabel kembali lagi ke rumahnya untuk mengambil ponselnya dan menemukan Nyonya Dhyra sudah terkapar. Tak lama kemudian Nona Aurora datang. Tapi supir taksi yang menunggu Nona Iza di depan gerbang rumahnya untuk mengambil ponselnya, dia tidak melihat Nona Aurora masuk ke rumah itu. Seharusnya jika Nona Aurora baru datang, supir taksi itu melihatnya. Tapi ini tidak. Jadi, menurut pengacara Nona Iza, ada kemungkinan saat itu Nona Aurora sedang berada di rumah sebelum Nona Iza datang kembali mengambil ponselnya." jelas Jhon ses
TokTokTokDeon mengetuk pintu kamar Izabel. Malam ini ia akan mengajak Izabel makan di luar. Ia merasa kasihan saja pada wanita itu yang aktifitasnya hanya itu-itu saja. Berangkat dan pulang kerja tanpa melakukan apa-apa lagi.Ceklek"Kamu sudah siap?" tanya Deon kala Izabel membuka pintu kamarnya."Sudah, Mas. Kita berangkat sekarang?" kata Izabel."Ayo!" Mereka berdua pun segera turun ke bawah dengan berjalan secara beriringan. Namun sesekali mata Deon melirik pada Izabel yang malam ini terlihat cantik dengan rambutnya yang disanggul ke belakang. Meskipun penampilan Izabel kali ini tidak terlihat glamor, namun penampilan gadis itu berhasil membuat Deon untuk selalu ingin melihat ke arahnya. Hingga tanpa sengaja Izabel menoleh ke arah Deon. Kini keduanya pun saling tatap-menatap selama beberapa detik. Tapi dengan cepat Deon langsung tersadar dan membuang pandangannya dari Izabel."Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Deon tanpa berani menoleh pada Izabel. Ia merasa malu karena Iza
"Sayang, ada apa kamu memintaku untuk ke sini? Hm? Apakah kamu merindukan aku? Hm? Aku juga merindukanmu, Honey." ucap Aurora yang kini sedang berada di rumah Deon. Wanita itu bergelendot manja dengan sang kekasih.Tadi pagi Deon memang menelepon Aurora agar wanita itu datang ke rumahnya. Hari ini Deon juga tidak pergi ke kantor karena ia masih kepikiran dengan kejadian kemarin malam saat Aurora terlihat bersama dengan Javas di sebuah restoran."Kembali ke tempatmu, Aurora!" ucap Deon terlihat dingin.Dengan terpaksa akhirnya Aurora menuruti perintah sang kekasih. Kini ia berpindah tempat duduk. Ia tidak berani melihat ekspresi wajah Deon yang begitu dingin padanya. Aurora juga tidak tahu mengapa Deon terlihat dingin padanya. Tidak biasanya pria itu bersikap seperti itu padanya."Ada apa, Honey? Hm?" tanya Aurora dengan lembut."Kemarin malam kamu ke mana?" Deon bertanya balik.Aurora langsung mengingat bahwa kemarin malam ia pergi berdua dengan Javas. Namun ia tidak akan mengatakan y
"Honey, aku sangat merindukanmu. Sudah beberapa hari ini kita tidak bertemu. Aku ingin kamu menyentuhku kali ini, Sayang." ucap Aurora sembari menyentuh-nyentuh dada Deon agar pria itu terpancing padanya."Aurora, jangan sekarang! Sebentar lagi Izabel pulang. Aku tidak ingin dia curiga dan mengetahui semuanya," tolak Deon. Sebenarnya bukan hanya itu saja alasannya. Saat ini Deon sedang tidak ingin melakukan percintaan dengan Aurora. Entah mengapa ia jadi seperti itu. Biasanya Deon tidak akan pernah menolak ajakan kekasihnya itu. Namun kini ia justru memikirkan perasaan Izabel. Ia takut izabel mengetahui jika ia dan Aurora adalah sepasang kekasih."Honey, kita masih sempat melakukannya. Apa kamu tidak merindukan aku? Hm?" rayu Aurora dengan memancing Deon meraba tubuh pria itu."Sssshhhh ..., Aurora, tolong jangan seperti ini!" Deon sebisa mungkin menahan dirinya agar tidak terpancing oleh sentuhan Aurora.Tanpa aba-aba, Aurora langsung membungkam mulut Deon hingga membuat pria itu di
Sejak Izabel tak sengaja mendengar suara desahan dari kamar Deon beberapa waktu lalu, sikap Izabel kini berubah. Bahkan rasa takut pada Deon sudah tidak ada sama sekali. Ia tidak peduli jika tiba-tiba nantinya Deon marah dan berakhir menghukumnya.Seperti sore ini. Izabel baru saja pulang dari kerjanya. Ia melihat Deon yang sedang duduk di ruang tamu. Pria itu memang sudah sampai di rumah sejak satu jam yang lalu. Izabel melirik sekilas pada Deon sebelum akhirnya gadis itu berlalu begitu saja melewati Deon."Iza," panggil Deon yang langsung menarik tangan Izabel."Ada apa, Mas?" sahut Izabel begitu datar."Aku ingin bicara padamu," jawab Deon."Tentang apa?""Tentangmu. Sudah beberapa hari ini sikapmu padaku berbeda. Kamu mendiamkan aku, Iza. Ada apa?" tanya Deon yang akhirnya bertanya langsung pada Izabel. Ia tidak tahan dengan sikap Izabel beberapa hari ini."Tidak ada!" jawab Izabel."Tidak mungkin. Iza, jika kamu memiliki masalah denganku, ayo kita bicarakan! Aku tidak suka dengan
Ting TongTing TongCeklek"Selamat pagi, Bu." sapa tiga orang pria berseragam coklat."Selamat pagi." balas bu Sara begitu terkejut melihat pria berseragam di hadapannya."Apa benar ini kediaman saudara Aurora Jovita?" "Ya, benar, saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" tanya bu Sara."Ma, Mama di mana? Aku keluar sebentar ya, Ma." teriak Aurora. Kemudian wanita itu segera berjalan ke depan untuk menghampiri ibunya yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan seseorang."Ma, ada apa ini? Kenapa bisa ada polisi?" tanya Aurora tak kalah terkejut."Permisi, apa saudara yang bernama Aurora Jovita?" tanya salah satu pria berseragam tersebut."Iya benar, saya sendiri Aurora Jovita. Ada apa ini?" tanya Aurora."Kami ke sini untuk membawa surat penangkapan Nona Aurora, dan Nona Aurora harus ikut kami ke kantor polisi." jawabnya."Apa? Membawa saya ke kantor polisi? Apa maksud kalian? Apa salah saya sampai saya harus ikut kalian ke kantor polisi?" Aurora begitu tercengang mendengar penjelasan p
"Hallo, bagaimana? Kamu sudah menemukan siapa pemilik mobil itu?" tanya Deon pada orang suruhannya di telepon."Saya sudah berhasil menemukan siapa pemilik mobil tersebut, Tuan. Mobil itu adalah mobil milik rental yang disewa oleh seorang perempuan," jelas anak buah Deon di telepon."Apa? Mobil sewaan? Siapa perempuan yang menyewa mobil itu?" tanya Deon."Menurut info yang saya dapat, mobil tersebut disewa oleh seorang perempuan yang bernama Aurora Jovita, Tuan. Dan menurut pantauan cctv yang berada di sekitar tempat kejadian, ternyata mobil itu sudah berada di ujung jalan satu jam sebelum kejadian itu, Tuan. Mobil itu memang sengaja ingin menabrak Nona Izabel," kata anak buah Deon.Deon mengepalkan tangannya begitu mendengarkan fakta yang sebenarnya. Ternyata dugaannya benar, jika Aurora adalah dalang di balik kejadian kemarin. Sungguh demi apa pun Deon benar-benar marah dan tidak akan memaafkan Aurora. Jika saja kemarin ia terlambat menolong Izabel, ia telah kehilangan dua wanita te
"Apa? Jadi, Deon sudah mengetahui tentang hubungan kita?" Javas begitu kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aurora."Iya, aku harus bagaimana, Javas? Ini sangat gawat!" Aurora berjalan mondar-mandir merasa bingung apa yang harus ia lakukan."Aku juga bingung, Aurora. Deon pasti akan sangat marah padaku," jawab Javas tak kalah cemas."Javas, kenapa Deon bisa tahu tentang hubungan kita? Padahal selama ini kita sudah bermain aman. Tapi kenapa dia bisa tahu? Atau jangan-jangan Izabel yang memberitahukannya pada Deon?" tebak Aurora."Maksudmu?" tanya Javas belum mengerti."Kamu ingat jika Izabel tahu kamu adalah Austin kekasihku. Atau jangan-jangan Izabel bercerita pada Deon tentang hubungan kita?" tukas Aurora."Kamu benar, Aurora. Selama ini hanya saudara tirimu yang tahu tentang hubungan kita meskipun dia tahu aku dengan nama Austin," timpal Javas."Kurang ajar! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus kasih pelajaran pada Iza," geram Aurora."Apa yang akan kamu lakukan, Aurora?
"Honey!!!" Aurora masuk begitu saja ke dalam ruangan Deon.Deon begitu terkejut dengan kedatangan wanita yang sampai kini masih berstatus sebagai kekasihnya."Aurora? Kenapa kamu ke sini?" tanya Deon menatap Aurora dengan tatapan yang tidak biasa."Tentu saja aku merindukan kamu, Sayang. Sudah beberapa hari ini kita tidak menghabiskan waktu bersama. Aku ingin kita melakukannya, Sayang." Aurora langsung duduk di pangkuan Deon.BugghhhDengan secepat kilat, Deon langsung mendorong tubuh Aurora di atas pangkuannya, hingga wanita itu terjungkal ke bawah. Deon merasa jijik dengan wanita yang pernah dicintainya itu. Kini cintanya untuk Aurora telah berubah menjadi rasa benci dan dendam yang begitu besar pada wanita itu. Apalagi jika ia mengingat bahwa Aurora adalah pembunuh mendiang ibunya. Ia semakin benci pada wanita itu."Deon, kenapa kamu mendorongku? Hah? Sakit, Sayang." keluh Aurora."Aku reflek," jawab Deon dengan santainya."Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa sikapmu padaku berubah
Aurora dibuat tidak bisa tidur malam ini. Saat ini ia sedang berada di hotel bersma Javas. Sebelumnya Javas yang meminta Aurora menemaninya di hotel karena pria itu sedang merindukan kekasih gelapnya."Ada apa, Sayang? Kenapa dari tadi aku perhatikan kamu seperti sedang memilki masalah," tanya Javas."Javas, apa kamu tahu, bahwa akhir-akhir ini sikap Deon telah berubah padaku. Bahkan seakan dia tidak peduli padaku dan mengabaikanku," kata Aurora."Maksudmu bagaimana?""Javas, Deon baru saja mengajak Izabel berlibur selama satu minggu ke Mesir. Sedangkan denganku, dia tidak pernah mengajakku berlibur sejauh itu. Aku takut jika dia telah jatuh cinta pada Izabel," ungkap Aurora."Memangnya apa salahnya? Izabel adalah istrinya. Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu," cetus Javas."I know! Tapi aku takut, Javas. Aku takut jika Deon sudah tidak percaya lagi padaku. Aku takut jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh ibunya. Jika dia tidak percaya bahwa Izabel adalah pembunuh, m
Izabel baru saja sampai di rumah. Ia melihat mobil Deon berada di garasi rumahnya. Itu artinya hari ini Deon sudah pulang. Pikir Izabel. Izabel tidak tahu jika hari ini Deon tidak pergi ke kantor, karena sebelumnya Deon memang tidak mengatakan padanya jika hari ini pria itu tidak ke kantor. Izabel segera masuk ke kamarnya bersama Deon. Namun ia tak menemukan Deon di sana."Mas Deon ke mana, ya? Kenapa tidak ada? Padahal mobilnya ada," gumam Izabel sembari terus mencari Deon di kamar mandi, dan di setiap sudut ruangan kamarnya. Namun tidak ada. Tapi saat ia akan membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja Deon muncul."Mas Deon? Mas Deon dari mana?" tanya Izabel."Kamu sudah pulang, Iza? Maaf, aku lupa untuk menjemputmu. Aku ketiduran tadi," ucap Deon dengan wajah yang terlihat sembab."Tidak apa-apa, Mas. Mas Deon kenapa? Mas Deon habis menangis?" tanya Izabel yang menyadari wajah Deon seperti habis menangis."Tidak apa-apa, Iza. Aku baik-baik saja," jawab Deon tersenyum tipis."Mas Deon y
"Bukti apa yang kamu dapatkan, Jhon?" tanya Deon yang kini sedang berada di markas milik Jhon.Jhon segera meminta anak buahnya dengan memberikan sebuah kode. Tak lama kemudian, anak buah Jhon datang dengan seorang wanita paruh baya."Jhon, siapa wanita ini? Kenapa kamu membawanya ke sini?" tanya Deon heran."Dia adalah mantan pembantu di rumah Nona Izabel. Namanya Bu Lydia." jelas Jhon."Lalu, apa hubungannya dia dengan kamu bawa ke sini?" tanya Deon lagi."Bu Lydia ini adalah saksi kunci pembunuhan yang dilakukan oleh Nona Aurora pada Ibu anda, Tuan." jawab Jhon."Apa? Jadi benar, kalau orang yang sudah membunuh Ibuku adalah Aurora?" tanya Deon begitu terkejut. Meskipun sebelumnya Jhon sudah memberitahukan dirinya bahwa Aurora adalah pelakunya, namun Deon masih sedikit ragu karena saat itu Jhon memberitahukan dirinya lewat telepon."Bagaimana bisa, Jhon? Tolong jelaskan padaku!" pinta Deon."Bu Lydia, silakan ceritakan semuanya pada Tuan Deon!" Jhon memerintahkan wanita tua tersebut
"Selamat pagi, Iza!" ucap Deon yang ternyata sudah bangun terlebih dahulu dari pada istrinya."Mas Deon? Mas Deon sudah bangun?" kata Izabel yang baru saja membuka matanya.Deon tersenyum dan mengangguk. "Bahkan aku sudah mandi dan rapi. Ayo bangun! Bukankah kamu harus bekerja hari ini? Hm?" pungkas Deon."Astaga! Aku lupa jika hari ini aku sudah mulai kembali bekerja. Kenapa Mas Deon tidak membangunkan aku?" kata Izabel."Aku tidak membangunkanmu. Aku lihat kamu begitu pulas, Iza. Aku sengaja tidak ingin mengganggu waktu tidurmu," tukas Deon.Tadi saat ia bangun terlebih dahulu dari Izabel, Deon memang sengaja tidak membangunkan Izabel. Justru ia sibuk memandangi wajah Izabel yang polos saat sedang tidur. Dan itu berhasil memanjakan matanya. Diam-diam ia bahkan mengagumi wajah istrinya itu."Seharusnya Mas Deon membangunkan aku saja. Aku tidak enak pada Joshua jika aku terlambat," ucap Izabel."Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak akan telat, Iza. Aku akan mengantarmu hari ini. Ayo cepat
Setelah satu minggu berlibur ke Mesir, kini Deon dan Izabel telah kembali ke Indonesia dengan wajah keduanya terlihat begitu bahagia. Bahkan keduanya tidak pernah berhenti tersenyum, dan itu berhasil membuat bi Kinar merasa senang karena akhirnya kini bi Kinar bisa melihat kedua majikannya itu akur dan terlihat begitu mesra."Selamat datang, Tuan muda, selamat datang, Non Iza!" sambut bi Kinar dengan antusias."Bibi," Izabel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Deon. Izabel memeluk bi Kinar begitu saja. Ia sudah menganggap bi Kinar seperti ibunya sendiri karena selama ini bi Kinar sudah baik padanya."Non Iza, Bibi rindu sekali pada Non. Bagaimana liburannya? Apa Non Iza senang?" tanya bi Kinar begitu pelukannya terlepas."Aku sangat senang sekali, Bi. Mesir benar-benar sangat indah," jawab Izabel begitu antusias."Bibi ikut senang mendengarnya,""Bi, apa semuanya sudah beres?" tanya Deon yang berada di belakang Izabel."Sudah semua, Tuan. Semuanya sudah saya pindahkan sesuai