Share

Bab 6. Mimpi?

Author: AshZe
last update Last Updated: 2025-01-16 11:20:00

Seharian ini, aku bekerja dengan pikiran yang kacau balau. Gara-gara hal itu, aku banyak melakukan kesalahan sehingga mendapatkan omelan dari Bu Sinta.

“Kamu masih niat kerja nggak sih, Ra?” bentak Bu Sinta sambil berkacak pinggang ketika aku lagi-lagi memecahkan sebuah gelas.

“Ma-maaf, Bu. Saya tidak sengaja.”

“Gak sengaja gimana! Sudah lima gelas yang kamu pecahkan, lho! Kamu pikir itu gelasmu!”

“Ma-maaf, Bu.”

“Ck, bulan ini gajimu dipotong karena sudah memecahkan gelas!”

Aku hanya menunduk dan tak berniat membantah perkataan Bu Sinta. Mau bagaimanapun, ini memang salahku. Tidak apa-apa jika gajiku dipotong.

“Rara, sudah enggak usah diambil hati. Sini aku bantuin beresin pecahan gelasnya,” kata Mila ketika Bu Sinta sudah pergi. “Sepertinya masalahmu cukup berat. Ceritakan padaku setelah pulang kerja nanti.”

Setelah pulang kerja, aku dan Mila berhenti di sebuah cafe langganan kami. Kami sengaja memilih duduk di rooftop yang cukup sepi.

Mila menatapku serius, tapi dari matanya menyimpan keprihatinan yang mendalam padaku. “Jadi, apa masalahmu, Ra?”

Aku menarik napas panjang. Dengan menahan sesak di dada, aku segera menceritakan masalahku padanya.

“Jadi, kamu dipaksa menikah dengan laki-laki yang umurnya sepantaran dengan adik laki-lakimu lalu diusir dari kampung?” pekik Mila yang begitu terkejut ketika aku telah selesai bercerita padanya.

Aku hanya bisa mengangguk lemah.

“Lalu, semalam suami brondongmu itu memaksamu melakukan hubungan suami-istri?”

Lagi-lagi aku hanya mengangguk tanpa suara. Mengingat kejadian semalam benar-benar membuat separuh nyawaku hampir hilang.

“Gila! Ini sudah seperti cerita di novel-novel yang pernah aku baca!” Mila menatapku dengan lekat. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?”

Aku hanya bisa menggeleng. Pikiranku saat ini sungguh buntu. “Apa aku bunuh diri saja? Hidupku sudah tak ada artinya lagi, Mil.”

“Astagfirullah … bunuh diri itu dosa besar, Ra. Jangan pernah berpikir melakukan hal yang bodoh itu!”

“Lalu aku harus bagaimana, Mil?” Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja sambil terisak.

Tangan Mila terulur mengusap-usap bahuku untuk menenangkanku. “Mungkin, kalau aku berada di posisimu juga bingung harus melakukan apa. Tapi, bagaimanapun juga, jangan menganggap hidupmu tak berarti lagi, Ra. Kamu harus tetap menghargai dirimu sendiri. Allah tidak akan menguji kesabaran hambanya di luar batas kemampuannya.”

***

Aku berjalan kembali ke kontrakan dengan langkah gontai. Ingin pergi, tapi pergi ke mana? Mila sudah berumah tangga. Cari kontrakan lain uangku sisa satu lembar. Akh, kenapa hidupku semenderita ini, ya Allah?

Jujur saja, aku sungguh merasa takut ketika kontrakan yang kuhuni di depan telah terlihat. Semalam, Rizal benar-benar seperti kesetanan. Aku bahkan tidak mengenali jika itu adalah Rizal. Tatapan matanya sedingin es, dan perbuatannya sungguh tidak beradab.

Apa bisa aku berumah tangga dengan laki-laki seperti itu?

“Selamat datang, Mbak Rara.”

Aku tersentak manakala pintu kontrakan terbuka lebar menampilkan wajah ceria Rizal. Sungguh, wajah itu benar-benar berbeda dengan dirinya yang semalam.

Aku melepaskan sepatuku dan masuk begitu saja tanpa menghiraukan sapaan Rizal.

“Mbak, apa aku ada salah?” Ia mengekori langkahku di belakang. “Kamu, kok cuekin aku?”

Aku meletakkan tas ransel yang kubawa dengan kasar. “Kamu ngerasa gak ada salah?”

Rizal menggelengkan kepalanya sok polos.

“Semalam kamu gak ingat apa-apa?”

Lagi-lagi Rizal menggeleng. Namun tiba-tiba ia berteriak, “semalam sepertinya aku mimpi basah, Mbak!”

“Mim-mimpi ba-sah?”

“Iya.” Rizal tiba-tiba berjalan mendekat ke arahku, yang membuatku langsung mundur ke belakang. “Aku semalam mimpi hal yang enak, Mbak.”

Aku terus memundurkan langkahku hingga tak sadar menabrak dipan tempat tidur dan membuatku jatuh telentang di atas kasur.

“Kamu mau tahu nggak, Mbak?” Saat ini, Rizal benar-benar berada di depanku, bahkan mensejajarkan tubuhnya di atasku.

Aku menggeleng-geleng dengan cepat. Sudut mataku mengembun. Aku benar-benar takut kejadian semalam menimpaku lagi.

Rizal kemudian berbisik sesuatu padaku dengan pelan. "Tadi malam, sebenarnya aku mimpi, aku sama Mbak hidup bahagia di rumah mewah, bersama anak yang cantik kayak Mbak."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
fatmawati
meskipun kamu terpaksa tp rizal suamimu, dan dia berhak atas dirimu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 7. Menutup Mata?

    Aku mengerjap-ngerjapkan mataku menatap Rizal. "Ap-apa katamu tadi, Zal?"Rizal bangkit dari atas tubuhku seraya menggeleng pelan. "Bukan apa-apa, Mbak!" Dia langsung pergi begitu saja meninggalkanku.Kuseka embun di sudut mataku sembari melihat punggungnya yang berlalu. "Mimpi hidup denganku di rumah mewah bersama anak-anak yang cantik mirip aku?"Aku salah dengar atau apa, ya?***Seharian ini, aku hanya mendiamkan Rizal. Namun, bocah itu tetap tidak merasa bersalah sama sekali.Dia malah sibuk memberi makan ikan, menonton televisi sambil tertawa-tawa, bahkan kini ia terdengar asyik mengobrol dengan para tetangga.Sungguh, dia manusia yang tidak mempunyai peri kemanusiaan!Aku mengintip dari balik jendela. Saat ini, Rizal duduk dikerubungi oleh para Ibu-ibu. Mereka mengatakan, kalau Rizal sangatlah tampan.Aku menyipitkan mataku memperhatikan Rizal dari kejauhan. Tampan?Sebenarnya, aku akui ia cukup tampan. Alisnya tebal, matanya tajam dan agak-agak kebiruan, lalu hidungnya mancung

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 8. Rizal Kenapa?

    Tiba-tiba, malam ini aku sudah berada di kedai pinggir jalan bersama Rizal.Aku sudah bersikukuh tidak mau makan malam dengannya, tapi bocah menyebalkan itu terus-terusan merengek padaku.Daripada aku menjadi gila dan berakhir masuk rumah sakit jiwa, pada akhirnya dengan terpaksa aku menuruti kemauannya.Sikap yang aku benci pada diriku sendiri adalah tidak tegaan pada orang meskipun orang itu musuhku sekalipun."Kamu makan apa, Mbak?" "Makan angin!"Rizal malah tertawa. "Ish, Mbak Rara sukanya ngelawak!" Ia kemudian melambaikan tangannya pada salah satu pelayan kedai tersebut."Mas, pesan bebek goreng sambal matah dua porsi sama es jeruk dua gelas, ya.""Baik, Mas. Mohon ditunggu."Setelah kepergian pelayan itu, aku menyipitkan mataku menatap Rizal."Kenapa, Mbak?" tanya Rizal keheranan."Kamu, kok, tahu kalau aku suka bebek goreng sambal matah?""Daripada Mbak Rara makan angin, mendingan aku pesankan menu kesukaanku juga."Aku mengeryitkan dahiku. Entah mengapa, jawaban Rizal barus

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 9. Kamu Rara, kan?

    Aku bekerja dalam keadaan mengantuk luar biasa. Semalaman aku menunggu kepulangan Rizal, akan tetapi bocah itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya dan membuatku lagi-lagi tak bisa tidur dengan nyenyak.Sebenarnya, dia pergi ke mana? Ke tempat kerjanya? Ke rumah temannya? Mengingat ekspresi kesakitannya tadi malam, apa jangan-jangan ... dia pergi ke rumah sakit dan berakhir di rawat di sana?Mila yang berdiri di sampingku tiba-tiba menyenggol lenganku. "Masih pagi. Jangan melamun terus," bisiknya padaku."Aku enggak melamun, hanya saja ... sedang memikirkan sesuatu.""Memikirkan apa? Suami brondongmu?""Sssttt ...," aku langsung menempelkan jari telunjukku pada bibir Mila. "Untuk apa aku memikirkan makhluk menyebalkan itu," sambungku kemudian yang membuat Mila memincingkan matanya."Aku tahu kamu membencinya, tapi benci dan cinta itu beda tipis!""Heleeeh, preeet!"Mila langsung tertawa dengan ucapanku barusan. "Tapi, dia nggak melakukan yang aneh-aneh lagi padamu, 'kan?""Engga

    Last Updated : 2025-02-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 10. Mantanku Jadi CEO

    Kedua mataku membola. Bagaimana dia bisa tahu kalau namaku adalah Rara?“Iya, ‘kan, Rara Prahesti?” tanyanya lagi dengan penuh penekanan.“Be-benar, saya Rara, Pak.”Laki-laki yang berada di dalam mobil itu tiba-tiba tersenyum simpul. “Kamu masih ingat aku nggak?”Aku mengamati wajah pria itu lalu menggeleng pelan.“Masa nggak ingat?” Laki-laki itu kemudian membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. “Kalau sekarang ingat, nggak?”Aku menyipitkan mataku menatap pria itu lagi. Wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya.Ah, kenapa semuanya terasa sangat familiar?Aku berpikir sejenak. Hingga tiba-tiba, sekelebat ingatanku pada pria itu berputar di otakku.“Bagaimana, apa sudah ingat?”“Ka-kamu … Mas Feri?”Laki-laki itu terkekeh pelan sembari mengangguk. “Syukurlah kalau kamu masih mengingatku.”Aku terkejut luar biasa. Bahkan, mulutku langsung menganga dengan lebar.“Bagaimana kabarmu?”Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu dan memilih menunduk. Kakiku kugeser secara perlah

    Last Updated : 2025-02-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 11. Jadi Pengen Cium

    Aku memang lelah setelah seharian bekerja. Namun, rasa lelah itu berkali-kali lipat bertambah ketika mengatahui fakta, bahwa Mas Feri kini menjadi CEO di tempat kerjaku."Lesu sekali pulang kerja, Mbak! Capek, ya?" seru Rizal menghampiriku yang sedang berjalan lunglai bagai tak punya tulang.Aku mendongakkan kepalaku yang tertunduk. Rasa lelahku menguap begitu saja ketika melihat orang yang aku khawatirkan semalaman akhirnya pulang."Rizal? Kamu sudah pulang? Semalam kamu ke mana? Kamu kenapa?" Aku langsung membekap mulutku yang melemparkan banyak pertanyaan pada bocah tengil itu. Bisa-bisa, dia ke-PDan karena merasa aku khawatirkan."Tenang, Mbak! Santui." Dia tersenyum senang. "Kamu tidak perlu khawatir pada suami tampanmu ini."Nah, 'kan, apa aku bilang. Dia langsung PD bin narsis."Ayo, Mbak, masuk." Rizal tiba-tiba menarik kedua tanganku agar segera masuk ke dalam kontrakan."Aku perhatikan, kamu lelah sekali, Mbak. Kerjaanmu berat, ya?" Rizal tak menjawab rentetan pertanyaanku

    Last Updated : 2025-02-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 12. Omong Kosong

    Aku berlari tergesa-gesa menuruni sebuah angkot. Hari ini aku bangun kesiangan. Jangankan mandi, salat subuh saja aku lupakan.Ya ampun, bagaimana hidupku tidak kacau balau jika urusan dengan Tuhan saja aku ke sampingkan.Tunggu! Kenapa semalam aku jadi tidak bisa tidur lagi, ya? Apa karena Rizal memujiku cantik?Tidak-tidak, aku menggelengkan kepalaku berulangkali. Masa hanya itu penyebab tidak bisa tidurku!Aku pasti insomnia. "Baiklah, pulang kerja nanti aku akan beli obat di apotek."Bruuuk!Tiba-tiba, kesialan menimpaku lagi. Secara tak sengaja, aku menabrak Robi–rekan kerjaku yang sedang membawa ember berisi air bekas pel.Ember tersebut jatuh, hingga air kotor itu mengenai celanaku dan tumpah di mana-mana. Robi menatapku dengan geram, sejak dulu, ia memang tidak suka dengan diriku.“Sial! Kalau jalan pakai mata!” bentaknya kesal.“Ma-maaf, aku gak sengaja.” Aku segera berlari mengambil pel dan membersihkannya.“Lihat, sepatuku jadi basah kena air kotor itu!”“Maaf, Robi. Aku be

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 13. Mau Aku Hajar Mantanmu?

    “Rara, kamu nunggu angkot? Aku antar saja bagaimana?” Mas Feri menghentikan laju mobilnya ketika melihatku tengah berdiri di pinggir jalan.Aku menarik napas panjang. Rasanya aku benar-benar tidak betah bekerja di tempat ini lagi. Selain Bu Sinta dan Robi, kini malah ketambahan Mas Feri.“Tidak, Pak. Terimakasih,” tolakku kemudian.“Ayolah, masuk aja. Gak apa-apa.” Mas Feri turun dari mobil menghampiriku.Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Aku takut ada yang memergoki kami lalu membuat fitnah.“Maaf, Pak. Tidak.” Aku segera memundurkan langkahku.“Kenapa? Aku hanya menawarkan bantuan saja. Kita bisa berteman, ‘kan?”Aku menggelengkan kepalaku. “Bahkan, status sosial kita berbeda. Maaf saya tidak bisa.”“Rara ayolah, aku ingin berbicara banyak padamu. Aku—” "Maaf, saya tidak bisa," tukasku sebelum dia melanjutkan kata-katanya."Kenapa kamu berubah? Apa kamu sudah tidak ada rasa lagi denganku?"Rasanya aku ingin tertawa mendengar pertanyaannya. Pertanyaan itu sungguh terdengar

    Last Updated : 2025-02-05
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 14. Kali Keduanya

    “Pegangan!”“Aku gak mau!”Rizal menepikan motornya di pinggir jalan lalu menarik kedua tanganku dengan paksa agar melingkar di pinggangnya.“Aku bilang gak mau pegangan!”“Berani lepas, aku pastikan kamu terkapar di aspal!”Aku yang semula tengah memberontak langsung terdiam mendengar ancamannya. Perangai Rizal kali ini sama seperti malam itu. Tiba-tiba, aku merasakan rasa ketakutan yang luar biasa. Apalagi, jalanan yang kami lalui bukanlah jalan menuju ke kontrakan.Jangan-jangan, aku akan dibuang Rizal ke lautan, atau yang lebih parah, dimutilasi dan—Aku memejamkan mataku. Aku benar-benar tak bisa membayangkan nasib diriku sendiri. Apabila aku meninggal hari ini, semoga saja Allah mengampuni segala dosa-dosaku.“Turun!” perintah Rizal ketika kami tiba di depan sebuah gedung megah nan elit.“Pak, parkirin motornya!” ia berteriak pada salah satu Sekuriti di sana begitu aku sudah turun dari motor.“Baik, Den!” Sekuriti itu berlari tergopoh-gopoh membawa motor sport Rizal ke tempat pa

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 35. Aku Nggak Bisa Bercerai Darimu

    "Rizal ... kamu benar Rizal?" "Benar, Mbak. Aku Rizal. Aku suamimu." Rizal segera menghampiriku, ia berjongkok di depanku seraya memelukku yang kini sedang menangis. "Maafkan aku, Mbak. Kumohon maafkan aku membuatmu berada di posisi ini." Dia ikutan menangis, tangisan pilu yang cukup menyayat hatiku. Sebenarnya, Rizal tidak bersalah. Samuel adalah pelakunya, tapi Rizal terus meminta maaf seakan ini semua adalah kesalahannya. "Ayo, Mbak, kita bangun dulu." Rizal membantuku berdiri dengan hati-hati, lalu memapahku untuk duduk di sofa ruang tamu. "Aku ambilkan minum dulu, ya." Aku menahan pergelangan tangan Rizal yang hendak pergi. "Duduklah, aku enggak haus."Rizal menurut, ia lantas duduk di sebelahku dengan pandangan yang menunduk ke bawah."Akhirnya, kamu sudah tahu rahasiaku, Mbak," katanya setelah kami terdiam cukup lama. "Kamu pasti menganggapku aneh."Ia kemudian menyadarkan tubuhnya di sofa, pandangannya menerawang jauh ke atas. "Sekarang, keputusan aku serahkan padamu, M

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Rizal Kembali

    Lama-lama, aku merasakan dadaku yang semakin sesak. Bahkan, aku hampir seperti kekurangan oksigen gara-gara bersembunyi di balik selimut yang tebal sedari tadi.Sebenarnya, apa yang sedang di bahas Samuel di telepon itu? Sudahlah lama, pakai bahasa Inggris pula, aku mana paham.Tubuhku semakin kaku, tidak bergerak sedari tadi membuat kakiku jadi kesemutan. Aduh, bagaimana ini? Aku benar-benar sudah tak tahan.“Ya, Dad. Aku akan mengurusnya nanti.”Seketika aku bernapas dengan lega ketika mendengar Samuel menyudahi sambungan teleponnya. Terdengar, ia meletakkan ponselnya di atas meja, di samping tempat persembunyianku ini."Perasaan, tadi selimutnya di atas," ucapnya yang dapat aku dengar. Jantungku berpacu dengan cepat. Kalau sampai Samuel mengetahui keberadaan aku di sini. Mungkin, riwayatku akan tamat.Aku memejamkan kedua mataku dengan takut. Rasa takut itu memudar ketika terdengar langkah kaki Samuel semakin menjauh. Sepertinya, sekarang dia sedang ke kamar mandi karena aku mend

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 33. Sebuah Fakta

    Seketika semua pikiran memenuhi kapasitas otakku. Berbagai macam pertanyaan muncul di benakku. Aku mencoba mengontrol rasa takutku. Dengan ragu, aku segera mengambil buku tersebut.Aku beringsut duduk bersandar pada dipan kasur berukuran king size di kamar ini. Tanganku bergerak membuka perlahan lembaran buku usang itu. Jantungku berdegup kencang, lembaran pertama dan kedua, sama persis dengan yang pernah aku baca ketika berada di kontrakan.Berarti, ini memanglah buku Rizal.Namanya, Mbak Rara. Aku mulai menyukainya ketika sering bermain ke rumahnya. Dia adalah kakak temanku–Yuda.Wajahnya cantik, orangnya baik, meskipun sedikit judes tapi hatiku merasa nyaman bila dekat dengannya. Aku suka wanita itu, meskipun umur kami berbeda jauh.Deg!Mataku membelalak sempurna membaca halaman ketiga lembaran buku usang tersebut. Jadi, Rizal menyukaiku sudah lama?Sepulang sekolah, aku selalu mampir ke rumah Yuda hanya untuk melihat Mbak Rara.Aku dengar, dia bekerja di kampung sebelah menjadi a

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 32. Darah Siapa?

    "Keluarlah! Aku tidak suka siapapun memasuki ruangan itu!”“Ba-baik.” Aku segera berdiri dan ke luar dari ruangan tersebut dengan perasaan campur aduk. Ketika aku sampai di depan Samuel, tiba-tiba aku merasakan nyeri di telapak kaki akibat tertusuk pecahan kaca tadi. Kuangkat kakiku yang nyeri tersebut. Namun, tubuhku terasa limbung dan akhirnya aku terjatuh dalam posisi tengkurap.Aku merasa aneh, bukankah kalau jatuh itu sakit? Sekarang, aku kok tidak merasakan apapun. Lantai keras yang sempat kupijak tadi mendadak empuk.Tunggu! Empuk? Aku segera mendongakkan kepalaku dengan takut-takut. Jangan-jangan aku—“Huwaaa!!!” Aku langsung berteriak histeris ketika menyadari saat ini bukan jatuh di atas lantai, melainkan sedang jatuh di atas tubuh Samuel.Astaghfirullah, kenapa aku ceroboh sekali?Aku buru-buru mengubah posisiku menjadi duduk. Aku sangat takut jika Samuel marah karena kelakuanku.“Ma-maaf, a-aku tidak sengaja,” kataku takut-takut sambil menundukkan kepala–tak berani menata

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 31. Memegang Kata Kunci

    "Ap-apa maksudmu?”“Nanti kamu juga tahu!” Samuel beranjak dari posisi duduknya dan berlalu meninggalkanku begitu saja. Sebenarnya apa maksud ucapannya? Rizal memangnya kenapa?“Jangan pernah berpikir untuk kabur!” ancamnya sebelum melangkahkan kakinya ke luar dari apartemen ini.Aku menatap punggungnya yang telah berlalu. Selama dia pergi, sepertinya aku harus mencari jawaban atas pertanyaan di benakku ini seorang diri.Tiba-tiba, aku kepikiran tentang bekas sayatan panjang berwarna hitam di pinggang Samuel yang sama persis dengan milik Rizal. Walaupun mereka kembar atau walaupun mereka dilukai oleh penjahat yang sama, aku rasa bekasnya tidak akan sama dan semirip itu. Jangan-jangan ….“Jangan-jangan Rizal mempermainkanku dengan mengganti nama menjadi Samuel?”“Tapi, aku bisa merasakan jika mereka memang seperti orang berbeda. Namun, dalam bentuk fisik yang sama!”Tunggu! Tunggu! Barusan aku berbicara apa?“Seperti orang yang berbeda. Namun, dalam bentuk fisik yang sama?”Itu dia!

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 30. Dia Tidak Akan Kembali

    Aku mengusap mataku yang basah lalu mencoba berdiri dari posisiku saat ini. Kulangkahkan kaki secara perlahan menuju daun pintu.Terkunci?Aku mencoba memutar-mutar handle pintu kembali, tapi hasilnya sama saja, pintu kamar mandi benar-benar tidak dapat terbuka.Maksudnya, aku dikunci di dalam kamar mandi? Aku menarik napas panjang untuk menenangkan diriku sendiri. Aku yakin, Samuel akan segera membukakan pintu jika urusannya dengan wanita itu selesai.Namun, lama-lama aku menjadi kesal sendiri. Entah sudah berapa lama aku menunggu, dia tak ada tanda-tanda untuk membukakan pintu.Dia tidak lupa kalau aku berada di kamar mandi, ‘kan?Aku mencoba tenang kembali. Barangkali, pembicaraannya dengan Mawar teramat panjang sehingga belum ada waktu untuk membukakan pintu.Aku kemudian duduk di sudut kamar mandi yang kering. Aku lelah dengan rentetan kejadian yang menimpaku hari ini. Hingga tanpa terasa, mataku terpejam dengan sendirinya.***Aku terbangun saat merasakan sesak di dada. Kondisi

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 29. Bekas Sayatan yang Sama

    “Halo, Ra. Kamu di mana? Aku mencarimu ke mana-mana, kok, nggak ada?” tanya Mila panik begitu aku berhasil mengangkat teleponnya secara sembunyi-sembunyi.“Aku-aku dalam masalah.” Aku berbicara dengan sangat lirih, takut dua orang yang sedang bercumbu di depan sana memergokiku.“Dalam masalah apa?”“Aku—”Praaang!Tiba-tiba, aku mendengar suara barang yang dilempar dengan sangat kencang.“Halo, Ra. Ada apa? Kamu baik-baik saja?”“Nan-nanti aku telpon lagi, Mil.” Buru-buru kumatikan ponselku dan mengantonginya ke dalam saku celana.Aku mengintip dari tempat persembunyianku untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.Di depan sana, nampak Mawar tengah berkacak pinggang di depan Samuel dengan ekspresi marah.“Aku curiga!” teriak Mawar yang membuatku tercengang.“Curiga apa? Semuanya sudah kuberikan padamu. Apapun maumu sudah kuturuti, kurang apa lagi, Mawar?”“Aku benci dengan perempuan itu! Aku mau dia menghilang dari kehidupan kita!”Seketika aku memegangi jantungku yang berdegup kencan

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 28. Kamu Bukan Suamiku!

    Tubuhku seketika menegang mendengar suara orang yang bertanya padaku barusan. Nada dingin yang terasa menusuk kuping membuatku mengingat tentang kekejaman seseorang.Tidak mungkin dia, 'kan?“Hei, kamu tuli?”Dengan takut-takut, aku membalikkan badanku. Bola mataku hampir ke luar dari peraduannya ketika mengetahui yang berdiri di belakangku saat ini adalah Rizal.Sorot mata tajam diiringi dengan seringai yang menakutkan, aku yakin sekali, dia bukanlah Rizal suamiku.“Ikut aku!”Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. “Aku tidak mau!”“Kamu berani menolak ajakanku!?”“Kamu bukan suamiku!”Laki-laki yang sangat mirip sekali dengan Rizal itu mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal erat, tatapannya semakin tajam menghunus jantungku.Sejurus kemudian, ia tiba-tiba menarik tanganku dengan paksa. Aku mengedarkan pandanganku. Tempat yang semula ramai kenapa mendadak sepi?“To—” Belum sempat aku berteriak, tangannya sudah terlebih dahulu membekap mulutku dan membawaku menuju ke sebuah mobi

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 27. Meminta Maaf Pada Siapa?

    “Gimana rasanya disuapin cewek cantik, Zal?” tanyaku pada Rizal begitu kami sudah pulang dari rumah Bu Yuli. Sejujurnya, tadi aku merasa kesal melihatnya pasrah disuapin oleh Adel. Bukankah dia bisa menolak untuk menghargaiku sebagai istrinya? Rizal malah menikmatinya tanpa memperdulikan keberadaanku.Bukannya cemburu, hanya saja ... aku merasa tidak nyaman.“Adel memang istri idaman sekali, kan? Sudah perhatian, pintar masak, cantik lagi, pokoknya sem—aaawww!” Aku langsung menjerit begitu saja ketika Rizal tiba-tiba menarik pinggangku dan memelukku dari belakang.“Kamu lagi cemburu ya, Mbak?” Dia mengencangkan pelukannya lalu mendaratkan dagunya di bahuku.“Ap-apa, sih? Ke-kenapa aku harus cemburu?" "Kan, aku suami kamu." Rizal berbisik di samping telingaku dengan lembut. Hembusan napasnya membuat tubuhku seperti disengat aliran listrik bertegangan tinggi."Bi-bisa lepasin aku, nggak?" tiba-tiba hawa panas menjalar ke seluruh tubuhku."Memangnya kenapa? Aku suka posisi ini. Apalagi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status