Share

Bab 5. Mantanku Jadi CEO

Author: AshZe
last update Last Updated: 2025-01-16 11:13:45

Kedua mataku membola. Bagaimana dia bisa tahu kalau namaku adalah Rara?

“Iya, ‘kan, Rara Prahesti?” tanyanya lagi dengan penuh penekanan.

“Be-benar, saya Rara, Pak.”

Laki-laki yang berada di dalam mobil itu tiba-tiba tersenyum simpul. “Kamu masih ingat aku nggak?”

Aku mengamati wajah pria itu lalu menggeleng pelan.

“Masa nggak ingat?” Laki-laki itu kemudian membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. “Kalau sekarang ingat, nggak?”

Aku menyipitkan mataku menatap pria itu lagi. Wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya.

Ah, kenapa semuanya terasa sangat familiar?

Aku berpikir sejenak. Hingga tiba-tiba, sekelebat ingatanku pada pria itu berputar di otakku.

“Bagaimana, apa sudah ingat?”

“Ka-kamu … Mas Feri?”

Laki-laki itu terkekeh pelan sembari mengangguk. “Syukurlah kalau kamu masih mengingatku.”

Aku terkejut luar biasa. Bahkan, mulutku menganga dengan lebar.

“Bagaimana kabarmu?”

Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu dan memilih menunduk. Kakiku kugeser secara perlahan ke samping kiri. Dan tanpa aba-aba, aku segera berlari meninggalkan pria itu.

“Hei, Rara! Kita belum selesai berbicara!” terlihat Mas Feri ke luar dari dalam mobil.

Aku terus melajukan kecepatan lariku. Apapun yang terjadi, pokoknya aku harus menghindari orang itu.

“Bubur ayam satu seperti biasa ya, Pak,” ujarku pada bapak penjual bubur langgananku.

“Siap, Mbak Rara. Mohon ditunggu sebentar, ya.”

Aku mengangguk, lalu duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempatku berdiri.

Aku mengatur napasku yang masih sedikit tersengal gara-gara berlari dengan kecepatan penuh tadi.

Ah, kenapa aku harus bertemu dengan pria itu lagi?

Mas Feri. Dia adalah pria yang melamarku sepuluh tahun lalu yang ditolak oleh ibuku karena alasan dia miskin.

“Saya tidak akan menerima lamaranmu, Feri!” lantang Ibu kala itu. “Hidupmu sendiri aja susah, pakai mau menikahi anakku segala! Mau kamu kasih makan apa anakku?”

“Masalah itu bisa saya usahakan, Bu.”

“Tidak! Daripada hidup anakku menderita, mendingan aku tak usah menerima lamaranmu! Kamu itu miskin, Feri!”

“Saya tahu saya miskin, Bu. Tapi, saya mencintai Rara.”

“Perut tidak akan kenyang hanya dengan makan cinta! Sekarang, pergi dari rumahku, dan jangan pernah menganggu Rara lagi!”

Mas Feri menunduk dalam menyembunyikan kesedihannya.

Aku dan Mas Feri sudah berpacaran selama dua tahun, dia adalah kakak kelasku ketika aku duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Mas Feri orang yang sangat baik. Karena itulah, aku sangat mencintainya.

Tapi, ternyata. Cinta kita harus terpisah karena ibu tak mengizinkan kami untuk bersama.

“Rara, suatu saat, aku pasti kembali untukmu,” katanya, sembari menggenggam erat tanganku.

Dan setelah berkata demikian, Mas Feri pergi meninggalkanku. Aku hanya bisa menangisi kepergiannya kala itu tanpa bisa berbuat apa-apa.

Dulu, dia bilang akan kembali padaku, tapi nyatanya, ia menghilang bagai ditelan bumi. Dan baru menampakkan batang hidungnya lagi setelah sepuluh tahun berlalu.

Apa yang pantas aku harapkan?

“Mbak Rara ini buburnya sudah jadi.” Suara bapak penjual bubur membuyarkan lamunanku.

“Ah, iya. Terimakasih, Pak.” Aku segera membayarnya dan kembali ke tempat bekerjaku tanpa mau mengingat kejadian hari ini lagi.

***

“Rara! Rara!” panggil Mila ketika aku telah memasuki ruangan khusus staf cleaning service.

“Ada apa?”

“CEO baru kita sudah datang, lho,” kata Mila dengan antusis.

Aku mendaratkan tubuh lelahku di sebuah kursi dekat kulkas. “Lalu?” 

“Ternyata, CEO baru di perusahaan ini tampan banget, Ra!” Mila ikutan duduk di sebelahku. “Aku tadi ketemu dia di loby.”

Mila tiba-tiba menggengam tanganku dengan penuh semangat. Ia menatapku dengan mata berbinar-binar. “Kamu tahu aktor Lee Min Ho yang sering main drakor?”

Aku sebenarnya tidak tahu siapa itu Lee Min Ho. Aku itu kudet. Jangankan nonton drakor, punya kuota chat saja sudah alhamdulillah.

Tapi, untuk menyenangkan Mila, dengan terpaksa aku mengangguk perlahan.

“Nah … gantengnya pak CEO sebelas dua belas dengan Lee Min Ho.” 

“Masa, sih?”

“Iya, serius. Kalau gak salah, nama pak CEO ganteng itu adalah Feri Nugroho.”

“Fe-Feri Nugroho?”

“Iya.”

Wajahku langsung pucat pasi. Tubuhku lunglai begitu saja. Kesialan macam apa lagi ini, ya Allah?

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 6. Kesucianku Direnggut Suamiku

    “Selamat datang kembali di rumah Mbak Rara,” sambut Rizal ketika aku sudah sampai di kontrakan.“Ya, terimakasih.” Aku melepaskan sepatuku dan segera masuk ke dalam kontrakan.Seketika aku terkejut melihat penampakan kontrakanku saat ini. Semuanya tampak berubah semua.Cat tembok kontrakan yang biasanya terlihat kusam dan mengelupas, kini berubah menjadi tembok cantik dengan wallpaper bunga.Ruangan utama ada karpet bulu-bulu berwarna merah muda dan di depan karpet ada sebuah televisi layar lebar di letakkan di atas meja yang aesthetic.Tak sampai di situ, kini ruangan tengah yang biasa aku pakai untuk tidur kini ada bad cover minimalis disertai dengan dipannya.Lalu ada kulkas, lemari pakaian, dispenser baru, dan berbagai pernak-pernik yang menambah kontrakanku menjadi tempat yang nyaman.Ketika aku berjalan ke dapur. Di sana sudah ada lemari piring baru disertai dengan peralatan memasak yang lengkap.Aku sampai mencubit kedua tanganku, barangkali aku hanya mimpi, kontrakan kumuhku b

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 1. Perawan Tua

    "Ustaz sudah punya calon istri belum?"Aku hanya bisa ternganga ketika mendengar pertanyaan dari perempuan paruh baya yang suaranya sangat aku kenali itu.Ya, suara perempuan paruh baya itu adalah orang yang sudah melahirkanku tiga puluh tiga tahun yang lalu atau yang biasa kupanggil dengan sebutan Ibu.Lagi-lagi, Ibu bertanya hal yang memalukan lagi. Kemarin, beliau bertanya hal demikian kepada Juragan tanah, Juragan minyak, bahkan Juragan beras. Dan sekarang, Ibuku bertanya kepada ustad yang sedang mengadakan sesi tanya-jawab setelah ceramah yang disampaikannya selesai."Kalau belum punya calon istri, apa mau saya jodohkan dengan putri saya? Dia cantik lho, Taz."Aku langsung menutup wajahku menggunakan masker yang berada di saku gamisku.Mungkin niat Ibu baik, agar diriku yang dicap sebagai perawan tua ini segera bertemu jodohnya. Tapi, apa harus sampai segitunya? Menjadi perawan tua bukanlah tindakan kriminal, ‘kan?Terkadang, aku ingin menangis meratapi nasib. Hal seperti ini buk

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 2. Dinikahkan Paksa

    Aku terus mondar-mandir di dalam rumah dengan gelisah. Kalau sampai nanti malam Ibu menyeretku ke sungai agar mandi kembang tujuh rupa bagaimana? Ibu, 'kan orangnya nekat.Apa aku kabur saja?Tapi kalau kabur, nanti aku dicap sebagai anak yang durhaka bagaimana?Di saat pikiran sedang buntu begini, suara pintu diketuk berulangkali mengalihkan perhatianku.Aku segera ke luar dari kamar untuk membuka pintu rumah yang sedang diketuk itu."Yuda ke mana?" tanya seorang pemuda ketika aku sudah membuka pintu yang diketuknya tadi. Pemuda itu bernama Rizal. Dia adalah teman adik laki-lakiku. "Dari kemarin Yuda nggak ada di rumah," jawabku kemudian.Rizal membuang puntung rokok yang berada di tangannya dan langsung menerobos masuk saja ke dalam rumah dengan tidak sopan."Lho, kok kamu malah main masuk aja? Yuda beneran nggak ada!" Aku mengikuti Rizal, dengan harapan bocah itu segera keluar dari dalam rumah. Sebenarnya, dari dulu aku tidak suka kalau Yuda berteman dengan Rizal. Rizal ini band

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 3. Apa Salahku?

    "Yes! Akhirnya aku bebas dari rumah neraka itu!" teriak Rizal kencang. Ia bahkan melompat ke udara dengan kegirangan tanpa memikirkan perasaanku yang terluka karena perbuatannya.Aku menghentikan langkahku seraya menatapnya dengan marah. "Kamu sengaja melakukan ini agar bebas dari rumah?""Iya.” Pemuda itu mengangguk tanpa merasa bersalah. “Aku sudah muak berada di rumah itu!""Tapi kamu menjadikanku korban, Zal!""Itu urusanmu sendiri, Mbak! Yang penting, rencanaku berhasil!"Aku terduduk dengan lemas. Air mataku luruh begitu saja membanjiri kedua pipiku. Tega sekali Rizal menjadikanku korban hanya untuk kepentingannya sendiri.“Harusnya, kamu berterimakasih padaku, Mbak.” Ia menepuk dadanya sendiri. “Berkat aku, kamu nggak dicap sebagai perawan tua lagi.”“Tapi gara-gara kamu, aku diusir oleh ibuku sendiri dan diusir dari kampung, Zal!” teriakku frustrasi.“Kamu justru bebas, Mbak!” Rizal ikutan berteriak. “Kamu nggak perlu menanggung hidup ibumu dan adik-adikmu yang gak tahu diuntu

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 4. Kamu Rara, kan?

    “Oii, Mbak Rara! Kapan kamu nikah?”“Aku mau nikah kapan itu bukan urusanmu!”“Mau aku kenalkan dengan kakekku, gak, Mbak? Dia masih perkasa, lho!”“Dasar Rizal menyebalkan! Pulang sana, jangan main ke rumah ini lagi!”–“Mata bengkak disertai lingkaran hitam di bawahnya. Hmm … pasti kamu semalam habis menangis dan kurang tidur, ya?” tebak Mila. Dia adalah rekan satu kerjaan yang cukup dekat denganku. Bahkan, ia adalah satu-satunya orang yang paham akan keadaan keluargaku.“Kamu bertengkar lagi dengan ibu dan adikmu?” Ia melanjutkan pertanyaannya lagi.Aku hanya terdiam, anggukan lemahku padanya langsung membuatnya mengerti.“Kamu bisa cerita kalau sudah tenang. Aku ambilkan minum dulu, ya.” Tanpa menunggu persetujuanku, Mila sudah melesat menuju dapur.“Taraaa … coklat panas untuk yang sedang punya masalah.” Mila tersenyum cerah sembari meletakkan secangkir coklat panas di depanku saat ini.“Terimakasih, Mila.”“Sama-sama.” Mila tersenyum padaku. “Aku mau beli pengharum ruangan dulu,

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 6. Kesucianku Direnggut Suamiku

    “Selamat datang kembali di rumah Mbak Rara,” sambut Rizal ketika aku sudah sampai di kontrakan.“Ya, terimakasih.” Aku melepaskan sepatuku dan segera masuk ke dalam kontrakan.Seketika aku terkejut melihat penampakan kontrakanku saat ini. Semuanya tampak berubah semua.Cat tembok kontrakan yang biasanya terlihat kusam dan mengelupas, kini berubah menjadi tembok cantik dengan wallpaper bunga.Ruangan utama ada karpet bulu-bulu berwarna merah muda dan di depan karpet ada sebuah televisi layar lebar di letakkan di atas meja yang aesthetic.Tak sampai di situ, kini ruangan tengah yang biasa aku pakai untuk tidur kini ada bad cover minimalis disertai dengan dipannya.Lalu ada kulkas, lemari pakaian, dispenser baru, dan berbagai pernak-pernik yang menambah kontrakanku menjadi tempat yang nyaman.Ketika aku berjalan ke dapur. Di sana sudah ada lemari piring baru disertai dengan peralatan memasak yang lengkap.Aku sampai mencubit kedua tanganku, barangkali aku hanya mimpi, kontrakan kumuhku b

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 5. Mantanku Jadi CEO

    Kedua mataku membola. Bagaimana dia bisa tahu kalau namaku adalah Rara?“Iya, ‘kan, Rara Prahesti?” tanyanya lagi dengan penuh penekanan.“Be-benar, saya Rara, Pak.”Laki-laki yang berada di dalam mobil itu tiba-tiba tersenyum simpul. “Kamu masih ingat aku nggak?”Aku mengamati wajah pria itu lalu menggeleng pelan.“Masa nggak ingat?” Laki-laki itu kemudian membuka kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya. “Kalau sekarang ingat, nggak?”Aku menyipitkan mataku menatap pria itu lagi. Wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya.Ah, kenapa semuanya terasa sangat familiar?Aku berpikir sejenak. Hingga tiba-tiba, sekelebat ingatanku pada pria itu berputar di otakku.“Bagaimana, apa sudah ingat?”“Ka-kamu … Mas Feri?”Laki-laki itu terkekeh pelan sembari mengangguk. “Syukurlah kalau kamu masih mengingatku.”Aku terkejut luar biasa. Bahkan, mulutku menganga dengan lebar.“Bagaimana kabarmu?”Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu dan memilih menunduk. Kakiku kugeser secara perlahan ke sam

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 4. Kamu Rara, kan?

    “Oii, Mbak Rara! Kapan kamu nikah?”“Aku mau nikah kapan itu bukan urusanmu!”“Mau aku kenalkan dengan kakekku, gak, Mbak? Dia masih perkasa, lho!”“Dasar Rizal menyebalkan! Pulang sana, jangan main ke rumah ini lagi!”–“Mata bengkak disertai lingkaran hitam di bawahnya. Hmm … pasti kamu semalam habis menangis dan kurang tidur, ya?” tebak Mila. Dia adalah rekan satu kerjaan yang cukup dekat denganku. Bahkan, ia adalah satu-satunya orang yang paham akan keadaan keluargaku.“Kamu bertengkar lagi dengan ibu dan adikmu?” Ia melanjutkan pertanyaannya lagi.Aku hanya terdiam, anggukan lemahku padanya langsung membuatnya mengerti.“Kamu bisa cerita kalau sudah tenang. Aku ambilkan minum dulu, ya.” Tanpa menunggu persetujuanku, Mila sudah melesat menuju dapur.“Taraaa … coklat panas untuk yang sedang punya masalah.” Mila tersenyum cerah sembari meletakkan secangkir coklat panas di depanku saat ini.“Terimakasih, Mila.”“Sama-sama.” Mila tersenyum padaku. “Aku mau beli pengharum ruangan dulu,

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 3. Apa Salahku?

    "Yes! Akhirnya aku bebas dari rumah neraka itu!" teriak Rizal kencang. Ia bahkan melompat ke udara dengan kegirangan tanpa memikirkan perasaanku yang terluka karena perbuatannya.Aku menghentikan langkahku seraya menatapnya dengan marah. "Kamu sengaja melakukan ini agar bebas dari rumah?""Iya.” Pemuda itu mengangguk tanpa merasa bersalah. “Aku sudah muak berada di rumah itu!""Tapi kamu menjadikanku korban, Zal!""Itu urusanmu sendiri, Mbak! Yang penting, rencanaku berhasil!"Aku terduduk dengan lemas. Air mataku luruh begitu saja membanjiri kedua pipiku. Tega sekali Rizal menjadikanku korban hanya untuk kepentingannya sendiri.“Harusnya, kamu berterimakasih padaku, Mbak.” Ia menepuk dadanya sendiri. “Berkat aku, kamu nggak dicap sebagai perawan tua lagi.”“Tapi gara-gara kamu, aku diusir oleh ibuku sendiri dan diusir dari kampung, Zal!” teriakku frustrasi.“Kamu justru bebas, Mbak!” Rizal ikutan berteriak. “Kamu nggak perlu menanggung hidup ibumu dan adik-adikmu yang gak tahu diuntu

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 2. Dinikahkan Paksa

    Aku terus mondar-mandir di dalam rumah dengan gelisah. Kalau sampai nanti malam Ibu menyeretku ke sungai agar mandi kembang tujuh rupa bagaimana? Ibu, 'kan orangnya nekat.Apa aku kabur saja?Tapi kalau kabur, nanti aku dicap sebagai anak yang durhaka bagaimana?Di saat pikiran sedang buntu begini, suara pintu diketuk berulangkali mengalihkan perhatianku.Aku segera ke luar dari kamar untuk membuka pintu rumah yang sedang diketuk itu."Yuda ke mana?" tanya seorang pemuda ketika aku sudah membuka pintu yang diketuknya tadi. Pemuda itu bernama Rizal. Dia adalah teman adik laki-lakiku. "Dari kemarin Yuda nggak ada di rumah," jawabku kemudian.Rizal membuang puntung rokok yang berada di tangannya dan langsung menerobos masuk saja ke dalam rumah dengan tidak sopan."Lho, kok kamu malah main masuk aja? Yuda beneran nggak ada!" Aku mengikuti Rizal, dengan harapan bocah itu segera keluar dari dalam rumah. Sebenarnya, dari dulu aku tidak suka kalau Yuda berteman dengan Rizal. Rizal ini band

  • Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan   Bab 1. Perawan Tua

    "Ustaz sudah punya calon istri belum?"Aku hanya bisa ternganga ketika mendengar pertanyaan dari perempuan paruh baya yang suaranya sangat aku kenali itu.Ya, suara perempuan paruh baya itu adalah orang yang sudah melahirkanku tiga puluh tiga tahun yang lalu atau yang biasa kupanggil dengan sebutan Ibu.Lagi-lagi, Ibu bertanya hal yang memalukan lagi. Kemarin, beliau bertanya hal demikian kepada Juragan tanah, Juragan minyak, bahkan Juragan beras. Dan sekarang, Ibuku bertanya kepada ustad yang sedang mengadakan sesi tanya-jawab setelah ceramah yang disampaikannya selesai."Kalau belum punya calon istri, apa mau saya jodohkan dengan putri saya? Dia cantik lho, Taz."Aku langsung menutup wajahku menggunakan masker yang berada di saku gamisku.Mungkin niat Ibu baik, agar diriku yang dicap sebagai perawan tua ini segera bertemu jodohnya. Tapi, apa harus sampai segitunya? Menjadi perawan tua bukanlah tindakan kriminal, ‘kan?Terkadang, aku ingin menangis meratapi nasib. Hal seperti ini buk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status