Share

Bab 36

Penulis: SashiArumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mas Yuda sekarang selalu pulang tepat waktu, ya? Ngga pernah lembur lagi?" Rena membuka percakapan ketika mobil mulai melaju di jalan raya.

"Tidak."

Ana berusaha menahan tawanya mendengar jawaban singkat itu. Dia bisa membayangkan kesalnya Rena mendengar jawaban itu. Salah sendiri tadi marah-marah sekarang sok baik.

Dia saja yang terbiasa mendapat perlakuan seperti itu masih sering kesal saat suasana hatinya tengah buruk. Apa lagi Rena yang selalu diperlakukan layaknya ratu oleh Arjuna.

Bicara tentang Arjuna, kenapa laki-laki itu? Kenapa belum menghubunginya? Setidaknya untuk mengabarkan tidak bisa pulang bersama.

Kalaupun tak menghubunginya bukankah Arjuna bisa mengabari Yuda?

Suaminya itu sebenarnya niat atau tidak memulai pernikahan dengan cara yang baik? Karena belum-belum sudah membuat ulah seperti ini. Menghilang tanpa kabar.

"O ... tapi itu menimbulkan spekulasi di antara karyawan, lo, Mas tau ngga banyak yang bilang Mas lagi pdkt sama Ana," ujar Rena. "Hampir setiap hari, kan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 37

    "Aku bilang berhenti sekarang juga!""Sabar, mbak. Ini bukan jalanan kita. Kalau berhenti begitu saja bisa diamuk orang lain," ujar Ana yang semakin mematik kekesalan Rena.Sedangkan Yuda si pengemudi mobil, langsung menyalakan lampu sein dan memberhentikab mobil di bahu jalan. Melaksanakan perintah tanpa berkata apapun.Pintu mobil yang berdebum keras, membuat Yuda dan Ana saling lirik. Keduanya lalu menoleh ke arah Rena yang kini sudah berdiri di trotoar dengan muka di tekuk. Wanita yang tengah bersedekap itu tampak tidak mau menatap ke arah mobil Yuda."Mbak mau ke mana?" tanya Ana yang sudah menurunkan jendela. Dia masih punya hati. Kasihan juga melihat perempuan sendirian di saat matahari hampir tenggelam."Bukan urusan kamu!"Baru saja Ana akan membuka mulut, Yuda lebih dahulu berbicara, "baiklah, kalau begitu hati-hati, Mbak. Kami pergi dulu."Ana melongo, bulu mata lentiknya terlihat begitu jelas kala mengerjap-ngerjap, menatap tidak percaya pada Yuda. Memangnya pria ini tidak

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 38

    Arjuna menatap jam dinding yang berada di kamarnya. Decakan kesal lagi-lagi keluar dari bibirnya, lalu pria itu kembali berjalan mondar-mandir. Hal yang sejak beberapa saat lalu dia lakukan."Kemana wanita itu?" gerutu Arjuna. Rasa senangnya setelah berjumpa dan bercerita dengan sang mertua langsung sirna, kala dia pulang dan mendapati sang istri tidak ada di rumah. Wa'alaikumsalamKatakanlah dia aneh karena panik saat istrinya belum pulang kerja. Namun, setelah mendengar cerita sang mertua tentang perjalanan hidup Ana, hatinya tiba-tiba merasa senang.Bukan. Bukannya dia tidak berempati pada kehidupan susah sang istri. Hanya saja dia merasa pilihannya memulai hidup baru dengan wanita itu adalah hal yang tepat. Mengingat bagaimana sang mertua dengan bangganya menyebut kalau istrinya adalah wanita yang tulus.Dan selama ini pun dia juga mampu merasakan ketulusan sang istri. Hanya saja kemarin dia sempat denial karena trauma dengan masa lalu, di mana banyak orang yang memanfaatkannya.

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 39

    Ana mengembalikan ponsel Yuda sambil tersenyum canggung. Mengingat bagaimana kerasnya suara sang suami barusan, dia yakin pria di depannya pasti ikut mendengar."Mas Arjuna marah?"Mengedikkan bahu sebagai jawaban, Ana memberi kode agar Yuda menoleh ke belakang. Di mana kakak pria itu sedang berjalan ke arah mereka."Ibu sudah sadar, sebentar lagi mau dipindahkan ke kamar. Kamu urus administrasinya dulu!" Yuli menepuk pundak adiknya. Meyakinkan bahwa kini ibunya sudah baik-baik saja."Baiklah." Yuda mengalihkan pandangan pada Ana. "Aku tinggal dulu, ya."Ana mengangguk, lalu memperhatikan Yuda yang berlari kecil. Hal yang mengingatkannya tentang bagaimana dulu dia juga pernah seperti itu. Panik, saat ibunya masuk rumah sakit."Ehm, Ana?"Wanita itu tersentak. "Iya, Mbak?""Mbak boleh titip ibu bentar? Ini mau nelpon suami dulu.""Oh, iya Mbak."Dengan langkah terpaksa, Ana berjalan ke pintu UGD. Bukan. Bukannya dia tidak mau membantu, hanya saja kemarahan Arjuna mengusik hatinya.Belu

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 40

    Sebagai seseorang yang sulit menggambarkan perasaan, Arjuna sering kali meluapkan sesuatu dengan amarah. Bahkan dalam keadaan sedih dia akan marah, karena sejak kecil sang papa selalu berkata agar dia menjadi kuat dan tidak cengeng, sebab dia adalah laki-laki.Juga baginya berkata khawatir terlalu aneh, mengingat selama ini jarang ada yang berkata khawatir padanya. Kebanyakan orang menganggap hidupnya selalu baik-baik saja, karena dia kaya dan bisa mendapat apapun yang dia mau.Maka dari itu, ketika tadi dia khawatir pada sang istri bukannya bertanya keadaan wanita itu, dia malah marah-marah tidak jelas. Berbeda dengan Rena yang tak pernah membuatnya khawatir, Ana justru sering kali menciptakan kepanikan pada dirinya.Bahkan perjalanan yang sudah mereka lalui selama sepuluh menit masih hening. Dia bingung harus memulai pembicaraan dari mana, sedangkan ketika melirik wanita di sampingnya dia mendapati wanita itu tengah menunduk seraya memilin hijab.Apa wanita itu takut?Eh, tapi seper

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 41

    "Mau ke mana?" tanya Ana pada sang suami yang beranjak dari tempat tidur, padahal pria itu sudah memakai piyama. Padahal tadi berkata mau segera tidur karena badan yang mulai lelah."Ruang kerja kakek, barusan di chat suruh ke sana." Arjuna menggoyang-goyangkan ponselnya seraya tersenyum miring. Dipandangi lekat wajah istrinya. "Kenapa?""Tanya aja." Ana mengedikkan bahu, tahu jika sebentar lagi sang suami pasti menggodanya. Terkadang pria itu mudah dibaca. Apalagi kalau perkata seperti ini, rautnya terlalu kentara."Yakin? Atau ...." Arjuna mengetukkan jari telunjuk ke dagu, seakan berpikir keras. "Kamu ngga mau aku tinggal?"Nah, 'kan! Sisi lain Arjuna yang mulai muncul."Sudah cepat pergi, kasihan kakek mengunggu." Ana membuat gerakan seolah mengusir suaminya. Dia pun menarik selimutnya sampai sebatas leher. "Aku tidur dulu, ya.""Dasar! Istri macam apa kamu? Dan seandainya kamu lupa, ini kamarku," gerutu Arjuna."Sudah pergi sana, kasihan kakek menunggu terlalu lama."Pria itu lan

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 42

    Hubungan Arjuna dan Ana semakin dekat, meski perdebatan masih saja mewarnai hari mereka. Setidaknya tak ada lagi saling mendiamkan, mereka selalu berusaha menyelesaikan masalah supaya tak berlarut-larut.Seperti pagi ini, Arjuna yang tengah sibuk mencari dasi agar serasi dengan kemejanya hanya bisa pasrah mendengar omelan sang istri sejak tadi. Perempuan yang mulai mengambil hatinya itu tak lagi gengsi menunjukkan kecerewetannya."Makanya habis subuh jangan tidur!" gerutu Ana sembari mencari benda yang dibutuhkan suaminya. Paginya yang indah berantakan gara-gara kekacauan yang dibuat Arjuna.Tak berhenti di sana, Ana terus saja menggerutu dengan tangan yang masih bekerja."Harus banget, ya, cari dasi yang serasi?""Pakai yang lain saja!""Kita bisa telat! Tau gitu aku bareng Mas Yuda saja!"Kalimat terakhir langsung membuat Arjuna menatap tajam sang istri, yang berada di sampingnya untuk membantu mencari dasi. Tentu saja diselingi omelan tiada henti.Oke, dari tadi dia memang biasa sa

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 43

    Suasana berubah canggung ketika dua pasang manusia itu berada dalam mobil. Arjuna yang menyetir mobil, sesekali melirik ke samping, tempat istrinya duduk seraya menatap ke jendela. Jelas sekali wanita itu tengah menghindarinya!Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi, mereka yang akan melakukan sesuatu lebih jauh, dikagetkan oleh bunyi ketukan pintu. Hingga menyebabkan mereka langsung membuat jarak, salah tingkah. Meskipun ini bukan yang pertama untuk Arjuna, tapi sensasinya berbeda. Apa ini gara-gara status halal mereka?"Berhenti di situ saja." Ana menunjuk halte yang berjarak beberapa meter dari kantor."Ngga! Turun di parkiran aja!""Biasanya turun disitu, nanti banyak yang tau.""Memangnya kenapa kalau banyak yang tau? Sudahlah kita turun bersama di parkiran. Toh, banyak yang tau pas pulang bareng," ucap Arjuna panjang lebar tak mau kalah.Ana menghela napas panjang, berdebat dengan suaminya selalu menguras energi. "Bukankah kita sepakat, untuk sementara ngga membuka hubungan

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 44

    Arjuna melirik kesal sang sahabat yang sejak tadi menatapnya lalu tertawa. Begitu terus dari pagi sampai kini menjelang pulang kantor. Bahkan tadi dia sampai memilih makan siang sendirian, daripada terus direcoki sang sahabat. Ya, seseorang yang mengganggunya tadi adalah sahabatnya sendiri, Revan.Masih jelas di ingatannya, bagaimana raut Revan terlihat bodoh ketika mengetahui keberadaan Ana di mobilnya, bahkan pria itu masih melongo saat istrinya pamit pergi lebih dulu.Lantas setelah kembali mendapatkan kesadaran, Revan terus saja mencecarnya dengan rasa penasaran tinggi. Tentang apa sebenarnya hubungan antara dia dan Ana?Bagaimana bisa mereka semobil berdua?Sejak kapan hubungan mereka semakin dekat? Karena Revan berpikir dia masih proses pendekatan."Jadi gimana Ana? Apa yang kalian lakukan tadi?" Revan menaik-turunkan alisnya. "Ngga ngapa-ngapin," jawab Arjuna tanpa menatap sahabatnya."Halah, jangan ngeles deh! Tadi gue berhenti lama di belakang mobil lo. Serius masih mau nyan

Bab terbaru

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 73

    Ada pertemuan, ada perpisahan. Bukankah itu siklus kehidupan?Dan sekarang Arjuna berada dalam fase tersebut. Setelah satu bulan lalu mereka bertemu dengan putra yang selama sembilan bulan berada di kandungan Ana, saat ini mereka harus mengalami perpisahan dengan sosok tercinta.Ya, tepat pukul enam pagi tadi Barata yang kemarin penuh suka cita menyambut sang cicit, kini lebih dulu meninggalkan dunia. Laki-laki tua yang yang diberi kepercayaan Arjuna untuk memberi nama pada keturunan Wijaya tersebut, mengembuskan napas terakhir setelah dirawat di rumah sakit selama tiga hari akibat sakit jantung yang dideritanya.Tak ada yang meyangka, laki-laki yang tampak sehat hingga setiap hari menyempatkan waktu menggendong sang cicit telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan banyak kenangan bagi orang-orang yang mengenalnya, terutama Arjuna."Hubungan kami bahkan baru membaik."Ana mengusap punggung sang suami yang belum mau beranjak sejak tadi. Setia berjongkok di samping makam salah satu orang

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 72

    "Udah, jangan nangis." Ana meringis karena bukannya mereda, tangis sang suami malah semakin keras. Pelukan di tubuhnya pun semakin erat. Dia merasa sesak, tapi sebaik mungkin menahannya agar sang suami tak bertambah sedih.Setengah jam berlalu, Arjuna masih terus mendekapnya sambil menggumamkan kata maaf yang tak terhitung jumlahnya. Padahal Ana merasa dirinya baik-baik saja. Entah kenapa setelah bayinya lahir, ketenangannya pun kembali. Dia jadi bisa berpikir lebih jernih, tak lagi menggunakan emosi berlebih.Ya, tepat dua jam lalu dia berhasil melahirkan putranya dalam keadaan sehat dan tanpa kurang satu apapun. Dia bersyukur untuk itu. Sangat.Masalahnya, laki-laki dalam pelukannya itu tak henti mengutuk dirinya sendiri karena tidak menemaninya kala berjuang di antara hidup dan mati. Suaminya yang kemarin pergi ke Surabaya, datang setelah anak mereka lahir ke dunia. Arjuna tidak mendapatkan penerbangan tercepat, sementara dia yang merasakan kontraksi dini hari tadi mengalami proses

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 71

    Arjuna merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu memijat tengkuk hingga bahunya sendiri. Satu bulan sudah dia menjadi pemimpin hotel atas amanah sang kakek. Baru saja dia bersiap pulang dengan merapikan meja serta memilih apa-apa saja yang akan dibawa pulang. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, tanpa diketuk dulu.Protes yang akan Arjuna layangkan terpaksa ditelan kembali sebab perasaannya langsung tak enak. Wajah panik dan khawatir Yuda lah yang menjadi alasan. "Ana masuk rumah sakit, dia terpleset di kamar mandi."Satu kalimat yang menyebabkan tubuh Arjuna menegang. Wajahnya pucat seakan tidak ada darah yang mengalir di sana, bahkan bibirnya tak bisa diajak bekerja sama untuk menanggapi Yuda. "Ayo kita ke rumah sakit, Mas."Entah mendapat kekuatan dari mana, Arjuna berdiri dan berjalan cepat keluar dari ruangannya. Sampai-sampai Yuda pun tampak kesulitan mensejajarkan langkah. Hampir saja tangan Arjuna menyentuh pintu mobil, tapi sebuah tangan lebih dulu menahannya."Biar

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 70

    "Belum tidur?""Kebangun. Mas belum tidur?"Ana merapikan rambut sang suami yang mulai memanjang, tangannya terulur bermaksud menghilangkan kerutan di kening Arjuna. Saat-saat seperti inilah yang dia rindukan. Saling tatap tanpa ada suara apapun. Tenang dan menyenangkan.Dulu awal-awal hubungan mereka membaik, hal seperti itu terjadi setiap hari. Bahkan melakukan pillow talk bisa sampai satu jam lebih. Namun, sekarang? Boro-boro membicarakan keseharian, Arjuna menanggapi ceritanya tanpa tertidur itu saja sudah bagus.Dia tahu beban sang suami semakin besar, tapi entah kenapa justru dirinya yang belum siap. Kedekatan mereka baru terjalin, tak rela rasanya harus kembali berjarak.Memang benar cinta ada di antara mereka, tapi jika tidak dipupuk bukankah akan pudar?Dan baginya komunikasi dan pertemuan adalah salah satu cara menjaga cinta. Sepertinya dia bukan orang yang betah menjalin hubungan jarak jauh. Apalagi ditambah moodnya yang belakangan naik turun, menyebabkan kekesalannya gampa

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 69

    Ana menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur, lalu menutupnya dengan selimut hingga kepala. Mengabaikan gerah yang melanda, dia tetap menutup mulut meski berulang kali sang suami mengajak bicara."Maaf, An."Masih tidak ada tanggapan dari Ana menyebabkan Arjuna mengacak kasar rambutnya. Siapa yang menyangka acara perpisahan dengan Rena justru membuat sang istri salah paham.Apalagi sikap Ana yang menjadi aneh. Jika biasanya sang istri menghadapi Rena dengan tenang, tadi justru tak malu menunjukkan amarah secara langsung. Bahkan sampai meninggalkannya lebih dahulu tanpa peduli hal ini menimbulkan pertanyaan para pekerja."Sayang, aku bisa jelasin.""Kalau buat salah baru manggil sayang," gerutu Ana."Jadi kamu maunya dipanggil sayang terus?" tanya Arjuna yang menganggap sikap sang istri sangat menggemaskan. Telunjuknya pun mulai mengetuk-ngetuk punggung sang istri. "Kamu bisa jatuh kalau bergerak terus.""Makanya jangan sentuh!""Ngga bisa, aku kangen."Kalimat itu berhasil memancing Ana

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 68

    "Baru pulang?""Hmm," jawab Arjuna singkat."Bisa kita bicara? Sebentar saja, tolong."Mudah bagi Arjuna menolak ajakan itu, toh dia tak lagi peduli dengan Rena. Sayangnya sudut hatinya tergerak saat melihat wajah sendu perempuan itu.Bukan, dia bukan luluh hanya saja keputusasaan yang tergambar di raut itu menjadikannya memenuhi keinginan Rena. Tanpa banyak berpikir pun dia tahu jika mantan kekasihnya seolah tengah menanggung beban yang sangat berat. "Di belakang."Setelah mengucapkan itu, Arjuna melangkah lebih dulu. Mencoba tak menghiraukan tatapan penasaran para pekerja, dia terus berjalan ke arah taman belakang. Setidaknya di tempat itu lebih aman sebab di dapur masih banyak pelayan yang tengah bersantai."Kalian tetap di tempat!" perintah Arjuna begitu orang-orang yang dilihatnya berdiri, tampak akan meninggalkan meja bundar yang terdapat di dapur."Ba–baik, Tuan," jawab Eka sembari menunduk. Namun, sesudah majikannya pergi langsung berkasak-kusuk dengan yang lain. "Kira-kira me

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 67

    Pandu menggeleng. "Tentu saja tidak, tapi Pak Ari terus saja datang sampai akhirnya ayah luluh dan memaafkannya.""Lalu kenapa ayah tidak meminta dibebaskan? Meminta nama baik ayah diperbaiki.""Entah lah." Pandu mengedikkan bahu. "Ketika mendengar cerita Pak Ari tentang bagaimana dia tertekan karena menjadi menantu Pak Barata, dan juga bagaimana istri pria itu menuntutnya macam-macam, ayah jadi tidak tega."Ana mendengkus kencang. "Ayah suka ngga tegaan!""Dan maaf sudah menurunkan sifat itu pada kamu." Pandu tertawa melihat anaknya cemberut.Dia masih ingat bagaimana Ana bercerita tentang sifatnya yang mudah tidak tega itu begitu menyulitkannya. Namun, meski begitu Ana tidak segan menolong orang lain. Hingga terkadang kepentingannya sendiri terabaikan."Sekarang kamu sudah dengar semuanya, jadi pulang, ya?""Ayah ngusir aku?""Iya, ayah ngusir. Kamu itu udah jadi istri, apapun yang kamu lakukan harus seizin suamimu. Mengerti 'kan?"Ana mengangguk. "Tapi Ana masih marah. Dan satu lag

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 66

    Bukankah manusia itu kadang bersikap begitu aneh? Seperti penuh keyakinan ketika mengambil keputusan, tapi hanya selang beberapa waktu merasa menyesal. Itulah yang dirasakan Ana saat ini.Sudah beberapa menit berlalu, tapi Ana baru berhasil memasukan sarapannya sebanyak tiga sendok. Rasa bersalah yang sejak semalam dia rasakan membuatnya malas untuk melakukan sesuatu. Bahkan makanan kali ini, sang ayah yang memasak.Sebenarnya bisa saja wanita itu menghubungi suaminya, dan menceritakan kegundahan hatinya. Tentang rasa marah, kecewa dan juga perasaan bersalah karena bertindak semena-mena terhadap sang suami. Namun, tidak seperti biasanya yang mengalah terasa mudah. Kini entah mengapa dia sulit melakukan itu.Memang benar apa yang dikatakan sang suami. Ibunya telah berhasil mendidiknya dengan baik, terbukti saat ini dia menjadi gelisah setelah menyebabkan suaminya sakit hati.Kesal dengan pikiran dan hatinya yang semrawut, tanpa sadar Ana meletakkan sendoknya sedikit keras."Makan yang

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 65

    Arjuna kembali memutar kepala ke samping, kala mendengarkan isakan lirih di sebelahnya. Dia menghela napas saat melihat bahu istrinya bergetar. Wanita itu menangis. Hal yang selalu dia dapati beberapa hari ini.Kalau kemarin dia hanya diam saja, tapi tidak untuk kali ini. Lagipula sampai kapan mereka akan seperti ini? Saling menghindar satu sama lain.Mereka harus mulai menyelesaikan masalah ini! Agar tak sampai berlarut-larut.Maka dari itu, Arjuna membuang segala keraguannya. Dengan pelan dia memegang bahu sang istri, senyum kecut tersungging di bibirnya kala Ana menghindari sentuhannya."Mari bicara," ucap Arjuna yang sudah beralih posisi menjadi duduk bersila di atas tempat tidur. Tangannya masih berusaha membalikkan tubuh istrinya."Ana!" panggilnya sekali lagi. Sesungguhnya bukan hanya wanita itu yang frustasi, dia pun merasakan hal yang sama!Arjuna menghela napas lega, ketika melihat pergerakan sang istri. Lagi-lagi hatinya merasa nyeri, begitu mendapati wajah istrinya yang su

DMCA.com Protection Status