"Hendra, kamu sudah pernah berurusan sama aku, ‘kan!? Kalau kamu tetap nggak mau bicara, kamu pasti tahu kalau aku bisa sayat wajahmu itu sekarang juga. Mukamu itu sudah jelek, jerawatan pula. Kalau sampai kena sayatan pisau lagi, sudah pasti makin kelihatan menakutkan. Kamu nggak akan pernah bisa punya istri, jadi bujang lapuk.”Hendra pucat pasi, dengan terbata-bata berkata, "Aku, aku nggak bisa bilang apa-apa ...."Ketika Hendra mengatakan itu, Olivia tahu bahwa kerabat-kerabatnya di kampung pasti sedang merencanakan sesuatu untuk mencelakai dirinya.Kemudian Olivia berkata kepada dua pengawalnya, "Bawa dia masuk, biar kuurus adik sepupuku ini.”"Kak, aku bisa masuk sendiri, jangan suruh mereka menyentuhku. Mereka kasar banget." Hendra melompat mengikuti Olivia masuk ke dalam toko.Saat tertangkap basah oleh Olivia, Hendra sadar bahwa tak akan ada untungnya jika dia tidak bicara. Hendra justru akan dihajar sampai babak belur.Setelah masuk ke dalam toko, Hendra takut-takut mempersil
Akan tetapi di mata kerabat-kerabat kampung itu, Odelina tidaklah sebanding dengan Olivia.Bagi mereka, Odelina adalah seorang wanita malang yang rumah tangganya berantakan, dan sendirian mengasuh anaknya. Sedangkan Olivia, adalah istri dari pewaris kekayaan keluarga Adhitama, si pengusaha kaya raya. Bahkan anak umur tiga tahun pun tahu siapa yang lebih bernilai di antara mereka berdua."Pergi sana!" teriak Olivia.Hendra ragu-ragu bertanya, "Kak, ongkos taksinya ...."Olivia melotot, membuat Hendra langsung pergi.Dasar ingkar janji! Suka memanfaatkan orang!Bisa-bisanya Hendra punya sepupu seperti Olivia?Hendra mengutuk Olivia sambil kembali ke rumah kontrakan yang di sewa kakaknya.Sedangkan mobil mewah kakaknya, bannya kempes. Hendra tidak bisa membawa kembali mobil mewah itu. Terpaksa Bobby yang harus cari cara. Untung saja Hendra masih mengantongi kunci mobil itu.Bobby tahu adik sepupunya gagal. Mobilnya ditinggalkan begitu saja di depan toko Olivia. Bobby sangat marah.Dia m
Setelah Hendra pergi, Junia berkata, "Oliv, orang-orang jahat itu kayaknya punya rencana jahat lagi deh sama kamu.""Bukan kayaknya lagi, mereka benar-benar merencanakannya."Olivia duduk di meja kasir, wajahnya tampak sedikit lelah.Odelina dan Olivia merasa sangat sial, sampai berhubungan dengan orang-orang jahat seperti itu.Apalagi mereka masih keluarga sedarah!"Kakak ketiga yang dibilang Hendra tadi lebih atau lebih muda darimu?" tanya Junia."Kami seumuran, aku lebih tua satu minggu sih," jawab Olivia.Kemudian, Olivia memikirkan sepupu perempuan seumurannya yang hanya terpaut satu minggu darinya. Setelah tidak bertemu selama belasan tahun, Olivia hampir tidak bisa mengingat wajahnya lagi. Memangnya dia mirip dengan Olivia?Dulu saat orang tua mereka masih hidup, mereka berangkat sekolah bersama-sama, bahkan menjadi teman sekelas. Orang-orang pernah mengatakan bahwa mereka terlihat agak mirip.Sebenarnya mereka hanya memiliki sedikit kesamaan. Apakah dia pikir dengan meniru Oli
"Angin mah bertiup dari mana-mana. Ada saja angin yang berhembus ke sini.”Nenek mendorong tangan Calvin yang hendak memapahnya, "Nggak perlu kamu bantu, nenekmu masih kuat. Nggak akan mati sampai kalian semua menikah dan punya anak.""Kalau gitu aku nggak akan menikah dan punya anak, biar Nenek bisa hidup sampai dua ratus tahun."Kata-kata Calvin belum selesai, Nenek langsung memukulnya."Bocah nakal, hari ini aku datang ke sini sama kakakmu, mau ngomongin hal penting buat hidupmu.”Calvin terdiam.Apa sekarang dia masih punya kesempatan untuk melarikan diri?Tentu saja tidak.Calvin segera membantu neneknya duduk di sofa, lalu berjongkok di depan Nenek sambil memijat kakinya dengan rasa ingin tahu dan sedikit gugup, "Nenek, suka sama siapa? Orangnya aku kenal nggak?”Calvin sadar beberapa waktu terakhir, sang Nenek selalu memperhatikan dirinya.Karena dia adalah anak kedua, maka setelah kakaknya menikah, itu berarti giliran Calvin tiba."Nenek, aku mau bilang dulu, ya. Aku nggak mau
"Memangnya dia cewek?” tanya Calvin sambil menunjuk ke pria tampan di dalam foto."Dia sama adik laki-lakinya itu anak kembar identik. Mereka dibesarkan kayak anak laki-laki semua. Makanya kepribadiannya jadi kayak laki-laki. Orang-orang sampai nganggap dia itu pewaris utama keluarga mereka.”"Gimana Nenek bisa tahu kalau dia itu perempuan?”Calvin pernah mendengar tentang Aileen, juga pernah melihat fotonya. Sekilas, Aileen memang terlihat seperti seorang pria, tetapi dia tidak sedang menyengaja menyamar. Aileen suka berpakaian netral. Karena bentuk tubuhnya yang “rata”, makanya orang-orang keliru mengira dia adalah seorang pria.Namun, pria tampan di foto tidak sama seperti Aileen. Di foto itu dia sengaja mengenakan pakaian laki-laki. Alisnya tebal, ekspresinya serius dengan tubuh tinggi besar. Dengan setelah jas lengkap, siapa pun pasti mengira dia adalah seorang pria.Calvin membalik foto lainnya. Di belakang foto ada informasi tentang orang tersebut.Rika, 28 tahun, "anak tertua"
"Nggak ada lagi. Nenek cuma bantu pilihin pasangan buat kamu sama Ricky saja. Yang lain tidak perlu buru-buru," ujar Nenek.Calvin berusaha menyeret adik-adiknya yang lain dengan berkata, "Lah, selain Sandy yang masih di bawah umur, sama Nicho yang usianya baru saja dua puluh tahun, yang lainnya ‘kan sudah masuk usia legal menikah, Nek. Nenek, jangan pilih kasih gitu dong. Suruh mereka semua menikah. Dengan begitu, Nenek jadi punya lebih banyak calon menantu. Peluang punya cucu perempuan juga makin besar, ‘kan?”Nenek berkata, "Nenek harap Olivia bisa kasih cucu perempuan. Peramal bilang kalau anak pertama Olivia nanti pasti perempuan.”Calvin berkata, "Sejak kapan Nenek percaya tahayul gitu?”"Sejak kakakmu benar-benar jatuh cinta sama Olivia, Nenek mulai percaya. Ini ilmu mistis peninggalan nenek moyang kita, loh. Kalau kamu bisa benar-benar paham, pasti ada yang bisa dipegang.”Setelah Nenek selesai bicara, dia berdiri, "Ya sudah, Nenek nggak ganggu kamu lagi. Nenek mau lihat-lihat
“Ibu Direktur.”Kedua resepsionis yang berada di lobi depan langsung menyapa dan tersenyum sopan begitu melihat Olivia datang.Olivia tersenyum ramah, membalas senyuman mereka berdua. Kedua resepsionis itu selalu memperlakukan Olivia dengan baik.Salah seorang resepsionis itu berjalan keluar dari balik meja mereka, lalu mengantar Olivia menuju lift, sambil melirik ke arah tempat makan siang kedap udara yang dibawa oleh Olivia.“Akhir-akhir ini lambung Stefan sedang bermasalah, aku mau mengantarkannya makan siang. Sebentar lagi waktu istirahat, ‘kan?”Olivia sengaja datang lebih cepat.Resepsionis di depan bertanya dengan khawatir, “Oh, lambung Pak Stefan belakangan ini lagi sakit, yah? Kalau begitu harus banyak istirahat.”Dalam hatinya, Resepsionis itu berkata, Direktur Utama mereka, setiap hari bekerja terus menerus dari pagi hingga malam, tidak pernah makan tepat waktu. Rata-rata Shelvi yang membeli makan siang untuk Pak Stefan. Namun karena kesibukan Pak Stefan, makanan itu dilupak
“Olivia, Kenapa kamu nggak bilang ke aku kalau mau datang. Aku kan bisa menjemput kamu di bawah.”Stefan buru-buru mengambil dua buah kotak makan siang kedap udara yang dibawa oleh Olivia, seolah takut kotak-kotak makan siang itu dapat membuatnya kelelahan. Kemudian menaruh kotak-kotak makan siang itu di atas meja kantornya dan menarik tangan Olivia menuju sofa.Pria itu terus menerus menatap Olivia dengan pandangan berapi-api.Calvin berani bersumpah, kalau kedua bola mata kakaknya ini bisa dilepas dan ditempelkan di tubuh Kakak Iparnya, pasti Kakaknya sudah melakukan hal tersebut sejak awal.“Ini bukan pertama kalinya aku datang ke kantormu, nggak usah jemput aku. Aku membawakanmu makan siang, cepat dimakan selagi panas. Setiap hari harus makan tepat waktu, agar lambung kamu nggak sakit lagi.”Stefan tersenyum hingga matanya mengecil, “Terima kasih, istriku.”Olivia tertawa melihat tingkah laku pria itu, dirinya tidak dapat menahan diri untuk tidak mencubit wajah Stefan. “Apakah peru