“Olivia, Kenapa kamu nggak bilang ke aku kalau mau datang. Aku kan bisa menjemput kamu di bawah.”Stefan buru-buru mengambil dua buah kotak makan siang kedap udara yang dibawa oleh Olivia, seolah takut kotak-kotak makan siang itu dapat membuatnya kelelahan. Kemudian menaruh kotak-kotak makan siang itu di atas meja kantornya dan menarik tangan Olivia menuju sofa.Pria itu terus menerus menatap Olivia dengan pandangan berapi-api.Calvin berani bersumpah, kalau kedua bola mata kakaknya ini bisa dilepas dan ditempelkan di tubuh Kakak Iparnya, pasti Kakaknya sudah melakukan hal tersebut sejak awal.“Ini bukan pertama kalinya aku datang ke kantormu, nggak usah jemput aku. Aku membawakanmu makan siang, cepat dimakan selagi panas. Setiap hari harus makan tepat waktu, agar lambung kamu nggak sakit lagi.”Stefan tersenyum hingga matanya mengecil, “Terima kasih, istriku.”Olivia tertawa melihat tingkah laku pria itu, dirinya tidak dapat menahan diri untuk tidak mencubit wajah Stefan. “Apakah peru
Saat ini, Stefan tertarik ingin melihatnya karena Olivia berada di sana.Ada berita hangat terbaru tentu saja Stefan harus berbagi gosip tersebut kepada istri kesayangannya.Calvin juga tidak bodoh. Mana mungkin dirinya tidak tahu bahwa Kakaknya bermaksud untuk menceritakan gosip kepada Kakak Iparnya mengenai perjodohannya dan Ricky.Kakaknya sedang mengorbankan adiknya hanya demi membuat Kakak Iparnya ini senang.Calvin menyodorkan kedua foto itu kepada Kakaknya, sambil mencaci maki dirinya sendiri di dalam hati. Jelas-jelas Kakaknya sedang mengorbankan dirinya sendiri untuk membuat hati Kakak Iparnya gembira, dirinya malah mengikuti dengan patuh.Semoga saja, suatu hari kelak apabila hubungan percintaannya sedang tidak lancar, kedua pasangan ini dapat membantunya.Cih! Apa yang sedang dipikirkan olehnya!Hubungan percintaannya pasti berjalan dengan lancar.Yang terpenting dirinya tidak buru-buru untuk menikah, tidak menutupi identitas dirinya sendiri, tidak membohongi orang, dijamin
Calvin kembali teringat bahwa tinggi badan adiknya itu adalah 190 cm, akhirnya dia pun mengerti pengaturan Neneknya ini.Dirinya sendiri tidak sampai 180 cm, tinggi badannya hanya 176 cm. Kalau dia dan Rika bersama, maka Rika akan lebih tinggi daripadanya.Diantara mereka sembilan bersaudara, adik ketiganya lah yang memiliki badan paling tinggi.“Perempuan yang menyamar menjadi pria pasti akan ada kekurangannya, perempuan nggak mempunyai jakun.”Olivia menatap foto Rika dengan penuh semangat. Mengapa ada perempuan yang menyamar menjadi pria selama 20 tahun?“Olivia, dia bisa menggunakan jakun palsu.”Olivia, “….”Banyak hal yang dirinya masih belum tahu.“Siapa lagi Aileen ini?” tanya Olivia kembali dengan penasaran.Stefan langsung berinisiatif untuk menjelaskan. “Anak paling besar dari Direktur Sarana Group di Kota Aldimo. Nasibnya sangat malang, selain adik perempuannya, semua orang di keluarganya meninggal. Sehingga dirinya mau nggak mau harus menjadi penerus bisnis keluarga, melew
Stefan dan Calvin sama-sama menuduh perbuatan Nenek di dalam hati mereka, “Nenek nggak akan mungkin melakukan hal yang belum pasti.”Stefan menarik kembali foto Reka dari tangan istrinya dan mengembalikannya ke Calvin, setelah itu, dia kembali mendelik dengan tajam kepada adiknya.Calvin, “Kakak, Kakak Ipar, aku balik dulu, kalian mengobrol saja dengan tenang. Kakak, kamu makan yang banyakan sedikit!”Dasar pelit!Padahal Kakak Ipar sudah mengatakan bahwa sayur yang dibawanya cukup untuk dimakan oleh mereka berdua, tapi Kakaknya tetap tidak mengijinkannya untuk ikut makan bersama!Akhirnya dirinya hanya bisa mencari alasan untuk pergi dari sana tanpa membuat Kakak Iparnya menyadari bahwa ini adalah paksaan dari Kakaknya yang pelit itu.Setelah Calvin meninggalkan ruangan tersebut, hanya Stefan dan Olivialah yang tersisa di dalam ruang Direktur.“Olivia, apa kamu sudah makan?”“Aku tadi sudah makan dulu, sehabis itu baru ke sini mengirimkan makanan untukmu.”Olivia tidak akan membuat pe
Setelah Stefan merasa cukup kenyang, pria itu mengambil tangan Olivia dan memainkannya, sambil bertanya kepada perempuan itu.Waktu itu ketika mereka bertemu dengan Aksa, dia mengatakan bahwa mereka masih belum dikarunia anak walaupun sudah menikah bertahun-tahun. Namun sekarang, Tiara akhirnya hamil juga.Sementara Olivianya, entah sejak kapan akan hamil?Sebenarnya Stefan tidak terburu-buru untuk mempunyai anak, dirinya sangat menyukai proses pembuatan anak tersebut.Setelah berpuasa begitu lama, seluruh sel di tubuh Stefan seolah sedang menuntutnya untuk memakan Olivia sekarang juga.Sayangnya, dirinya harus kembali menahan diri dan berpuasa.Stefan menarik tangan istrinya dan memperhatikan dengan teliti bekas luka di jari Olivia. Setelah memastikan bahwa penyembuhannya cukup baik, pria itu membungkukkan punggungnya dan mencium dengan lembut jari tersebut.Luka ini adalah kesalahannya, hingga membuat perempuan yang dicintainya terluka.“Aku sudah menelepon Kakakku, katanya Kakak aka
Nenek Sarah berkata kepada Odelina, “Kalian berdua kakak beradik nggak ada yang tahu bagaimana cara memanfaatkan nama keluarga Adhitama untuk kepentingan kalian pribadi. Kalau kamu setuju, aku akan mengutus mereka datang ke sini untuk membantu, aku jamin bisnis kamu pasti akan langsung berkembang pesat.”Kesembilan putra keluarga Adhitama datang untuk makan di restoran itu, sama saja seperti iklan berjalan.Namun Odelina pasti tidak mau menerima hal seperti ini.“Nenek, kami hanya ingin mengandalkan diri kami sendiri. Bibi juga selalu bilang ingin membantuku, tapi aku terus menolaknya, mungkin hal ini akan membuat Olivia merasa lebih tertekan.”“Nenek, apa Nenek sudah makan? Kalau Nenek nggak keberatan, ayo kita makan bersama.”Odelina menyuapi anaknya terlebih dahulu, sehingga dia sendiri juga belum sempat makan.Nenek Sarah langsung berkata terus terang, “Sepertinya aku sudah lama nggak makan bersama, aku nggak pernah merasa keberatan untuk makan bersama kalian. Makan bersama kalian,
Yanti meletakkan sendok dan garpunya. Dia sudah kenyang.Daniel berkata dengan setuju, “Iya, Russel sangat pintar.”“Lalu, kamu masih kasih Russel mainan kincir angin untuk dimainkan? Kalau kamu mau kasih mainan, kasih mainan yang edukatif. Kamu selalu memberinya kincir angin, sama sekali nggak kreatif. Kamu nggak lihat Russel cuma mau makan, nggak mau main kincir angin darimu itu?”Teman cucunya ini sama saja dengan cucunya.Selain Reiki. Anak itu pintar ngomong.Yanti masih tidak yakin apakah Daniel memiliki perasaan pada Odelina, tapi dia yakin Daniel sedang berusaha untuk membuat Russel menyukainya, seperti ingin Russel memanggilnya dengan sebutan “Papa”.Yanti tidak tahu, sebenarnya Daniel hanya sangat menyukai anak itu.Daniel berkata dengan canggung, “Aku belum pernah menjaga anak-anak sebelumnya, jadi aku nggak tahu mainan apa yang disukai anak-anak. Sebelumnya waktu aku membelikan Russel kincir angin, dia sangat senang, dan bahkan memintaku untuk menggendongnya. Kupikir dia su
Sarah merasa beruntung Daniel bukan cucunya.Dia saja sudah menghela napas kalau memikirkan cucu tertuanya itu.Orang-orang yang sejenis memang berkumpul bersama.Daniel adalah teman baik Stefan. Itu berarti kedua anak itu memiliki banyak kesamaan.Setelah mendiskusikan tagihan listrik dan air restoran Odelina dengan kepala pelayannya, Daniel menutup telepon dan berkata kepada Odelina, “Jumlahnya pas.”Dia mengeluarkan dompetnya, memasukkan uang sewa yang baru saja dia terima itu ke dalam dompet, lalu berkata kepada Odelina, “Lain kali kalau mau bayar uang sewa, langsung transfer ke kepala pelayanku saja, atau transfer ke aku juga boleh. Aku akan menyuruh kepala pelayanku untuk mencatatnya.”Odelina bergumam mengiyakan dan menjelaskan, “Aku juga mentransfernya bulan lalu, tapi kali ini, rekeningku yang satu lagi nggak ada saldonya. Jadi, aku bawa buku rekening yang lain ke bank untuk menarik uang cash. Setelah membayar semua biaya dekorasi, uangnya masih cukup untuk bayar uang sewa, ja
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa