Oliva mengerjapkan matanya menatap Amelia yang terus berbicara panjang lebar.“Aduh, mulut aku kering karena berbicara. Aku mau ambil air dulu, kamu mau minum?”“Boleh, terima kasih.”Amelia mencubit pipi Olivia dan tertawa sambil berkata, “Nggak perlu sungkan. Oliv, kulitmu bagus sekali. Perawatanmu bagus juga. Stefan suka sentuh wajah kamu, nggak?”Olivia terdiam dan tidak menjawab. Tanpa menunggu jawaban perempuan itu, Amelia pergi dengan tawanya. Dia menuangkan air untuknya dan juga Olivia kemudian menyuapkan minuman itu.“Sini aku bantu suapin.”“Aku bisa sendiri. Jariku memang diperban dan nggak bisa melakukan apa pun. Tapi aku masih bisa pegang gelas dan minum air.”Setelah minum, Amelia duduk dan berkata lagi, “Aku sudah ngomong sama kamu panjang kali lebar. Kamu harus memikirkannya dengan baik-baik. Kalau nggak bersedia berjuang dan merubah dirimu sendiri, kamu harus bilang dengan Stefan. Kalau dia dan keluarganya nggak bisa terima, kalian hanya perlu segera mengakhirinya.”“K
Dia tidak menyangka bahwa dirinya dibohongi oleh Nenek dan juga Stefan. Dia pikir suaminya hanya karyawan biasa, tetapi ternyata tuan muda dari keluarga terkaya nomor satu. Cerita hidupnya seperti cerita-cerita di novel yang membuat Olivia sendiri merasa bingung.Jalan hidup yang dilalui tantenya sangat sulit untuk diikuti oleh Olivia. Zaman dulu tidak sama dengan zaman sekarang. Olivia tahu kalau seorang perempuan harus kuat. Dia juga tidak pernah ingin bergantung pada lelaki. Pernikahan kakaknya menjadi sebuah pelajaran paling berharga bagi Olivia. Dia tidak akan percaya dengan kalimat-kalimat manis lelaki.Beberapa orang lelaki berseragam jas rapi masuk dan mengelilingi seorang lelaki yang masuk ke dalam ruang rawat. Kemunculan mereka menarik Olivia kembali ke alam nyata. Mereka berdua menoleh ke arah orang-orang itu secara bersamaan.Amelia pikir orang yang datang adalah Stefan. Namun matanya mengerjap ketika melihat lelaki yang dikelilingi itu dan bergumam, “Kok bisa dia?”Bisa-bi
“Oh iya, pemimpin keluarga Junaidi juga sama seperti kamu. Dia menikah kilat. Istrinya juga berasal dari desa dan tumbuh di desa. Nasibnya lebih baik saja karena meski dia anak pungut, tetapi dia dirawat seperti anak kandung.”“Dia ada orang tua yang menyayanginya dengan tulus dan juga kakak yang sangat memanjakannya. Setelah itu dia menemukan orang tua kandungnya yang ternyata merupakan orang terkaya di Kota Dawan. Mendadak identitasnya sebagai anak desa berubah total! Dia menjadi orang yang pantas bersanding dengan pemimpin keluarga Junaidi.”Amelia merupakan anak orang kaya. Dia cukup mengerti tentang keluarga kaya. Akan tetapi, adik sepupunya tidak seberuntung Nyonya Muda Junaidi.“Olivia, menurutmu aku perlu menyapa dia? Aku dan Tuan Muda itu juga pernah bertemu.”“Kalau kenal kamu sapa saja,” ujar Olivia sambil tertawa.“Aku juga merasa aku harus menyapanya. Kamu tunggu di sini dulu. Kenapa ke rumah sakit harus bawa anak buah sebanyak ini? Takut perawat menusuk dia dengan jarum?”
Beberapa menit kemudian, Stefan tampak tiba dengan ekspresi panik.“Olivia.”Di matanya hanya ada sosok Olivia dan tidak fokus pada Amelia yang tengah berbincang dengan Jonas di samping. Dengan langkah besar lelaki itu menghampiri Olivia. Dia melihat cairan infus dan menunduk untuk menggenggam jari Olivia yang terluka dengan hati-hati.“Sakit, nggak?” tanya Stefan.“Kamu coba saja biar tahu sakit atau nggak.”“Olivia, maaf. Aku salah lagi,” kata Stefan menyalahkan dirinya sendiri.“Nggak ada hubungannya denganmu. Aku yang nggak hati-hati.”Stefan menatapnya dan membuang wajahnya setelah bertatapan sejenak dengan perempuan itu. Hatinya terasa sakit sekali. Dia bangkit berdiri dan berkata, “Aku antar kamu pulang setelah selesai infus. Kamu istirahat yang benar, beberapa hari ini jangan kena air. Takut infeksi lagi.”“Pekerjaanmu sangat sibuk, nggak perlu antar aku pulang. Amelia akan mengantarkanku.”Hari ini adalah hari sabtu. Semua orang yang ada di perusahaannya lembur dan sepertinya
“Oliv, kamu mau dia yang antar atau aku?” tanya Amelia.“Biar aku naik taksi sendiri.”Olivia tidak membiarkan mereka berdua mengantarnya karena keduanya tidak boleh dibuat tersinggung.“Biar Stefan yang antar kamu. Aku sudah terlalu lama keluar dan sudah harus balik. Mama nggak tahu kalau aku pergi,” kata Amelia memilih mengalah.Dia menatap Stefan dalam-dalam kemudian melepaskan pegangannya pada Olivia untuk pergi.“Stefan,” panggil Amelia yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan berkata, “Stefan, jangan paksa Olivia! kami itu keluarga dan akan begitu selamanya! Kamu jangan pikir Olivia nggak ada keluarga yang membelanya! Kalau kamu berani menyakitinya lagi dan memaksa kebebasan dia, aku nggak akan diam!”Rahang Stefan mengetat dan dengan dingin berkata, “Kamu nggak akan ada kesempatan untuk mengancamku!”“Oliv, kalau dia jahat sama kamu, kamu harus kasih tahu aku. Aku akan bantu kamu kasih dia pelajaran! Oh iya, Stefan, kamu harus panggil aku ‘Kakak’! Kalau nggak, ber
“Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran soal cari uang? Kamu lagi kekurangan uang sekarang?” tanya Junia.“Tabunganku hanya beberapa ratus juta. Aku nggak kekurangan uang, tapi juga belum jadi orang kaya. Amelia katakan banyak hal padaku. Semua itu memang masalah nyata di hadapan aku dan Stefan. Mau nggak mau aku harus pertimbangkan baik-baik.”Junia bertanya dengan nada bercanda, “Nggak marah lagi sama dia?”“Marah atau nggak, aku tetap harus mempertimbangkan masa depan aku dan dia.”Olivia menghela napas dan berkata lagi, “Aku hanya ingin cari suami biasa, kenapa malah jatuh ke lubang besar begini. Sudah jatuh ke dalam nggak bisa keluar lagi. Amelia bilang, sekalipun aku mengajukan cerai, aku tetap nggak bisa cerai kalau Stefan nggak mau cerai.”“Kalau kamu berani ajukan cerai, dia bakal berani buat kamu jadi tahanan rumah seumur hidup.”“Jangan ungkit hal-hal menyebalkan yang dia lakukan,” tukas Olivia.Olivia mengambil sepotong melon dan memakannya, “Melonnya manis juga.”“Aku yang pilih,
Setelah menelepon Stefan, Olivia juga memberi tahu kakaknya. Malam ini dia akan kembali ke Lotus Residence dulu. Dia akan bicara baik-baik dengan Stefan. Oleh karena itu, dia akan pulang ke rumah kakaknya agak malam.“Nggak masalah, aku akan tetap bukakan pintu untuk kamu nggak peduli seberapa malam kamu pulang,” kata Odelina.Selesai menelepon, Olivia tidak langsung kembali ke toko. Dia berjalan sendirian di jalan depan sekolah, lalu menyusuri tepi sungai. Pada saat menikmati angin dingin menerpanya, pikirannya perlahan-lahan menjadi lebih tenang. Hal terpenting di hadapan Olivia dan Stefan saat ini bukanlah Olivia marah atau tidak, melainkan kesenjangan nyata antara dirinya dan Stefan. Setelah cukup lama berjalan, dia baru menyadari kalau dia telah berjalan terlalu jauh. Pada saat Olivia berbalik, dia melihat Junia yang sedang mengikutinya dari kejauhan. Dia tercengang seenak, lalu berjalan ke arah Junia.“Aku nggak akan berpikiran pendek.”Junia tersenyum dan berkata, “Aku tahu kam
Olivia memegang pot bunga di tangan kanannya. Pada saat dia menoleh untuk melihat Stefan, dia mengangkat pot bunga di tangan kanannya. Maksudnya dia bisa menggunakan tangan kanannya. Yang terluka hanya tangan kirinya.“Kerja pakai satu tangan pasti capek. Aku sudah minta Bi Lesti rawat bunga-bunga ini dengan baik. Kamu nggak usah khawatir.”Stefan tetap mengambil pot bunga dari tangan Olivia. Dia tidak membiarkan Olivia menyirami bunga. Dia menarik Olivia dan menyuruhnya duduk di kursi ayun.“Kamu paling suka duduk di sini. Kamu duduk di sini saja. Aku masuk ambil jaket dulu untuk kamu,” ujar Stefan.“Aku nggak dingin.”Namun, Stefan seolah tidak mendengar apa yang Olivia katakan. Dia tetap pergi ke dalam dan mengambil jaket untuk Olivia. Dia meminta Olivia untuk memakai jaket itu, tapi Olivia tidak mau. Stefan pun meminta Olivia menutupi kakinya dengan jaket. Dengan begitu, dia tidak akan merasa kedinginan duduk di kursi ayun.“Aku masak dulu. Kalau ada apa-apa panggil saja aku. Tanga
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R