Beberapa menit kemudian, Stefan tampak tiba dengan ekspresi panik.“Olivia.”Di matanya hanya ada sosok Olivia dan tidak fokus pada Amelia yang tengah berbincang dengan Jonas di samping. Dengan langkah besar lelaki itu menghampiri Olivia. Dia melihat cairan infus dan menunduk untuk menggenggam jari Olivia yang terluka dengan hati-hati.“Sakit, nggak?” tanya Stefan.“Kamu coba saja biar tahu sakit atau nggak.”“Olivia, maaf. Aku salah lagi,” kata Stefan menyalahkan dirinya sendiri.“Nggak ada hubungannya denganmu. Aku yang nggak hati-hati.”Stefan menatapnya dan membuang wajahnya setelah bertatapan sejenak dengan perempuan itu. Hatinya terasa sakit sekali. Dia bangkit berdiri dan berkata, “Aku antar kamu pulang setelah selesai infus. Kamu istirahat yang benar, beberapa hari ini jangan kena air. Takut infeksi lagi.”“Pekerjaanmu sangat sibuk, nggak perlu antar aku pulang. Amelia akan mengantarkanku.”Hari ini adalah hari sabtu. Semua orang yang ada di perusahaannya lembur dan sepertinya
“Oliv, kamu mau dia yang antar atau aku?” tanya Amelia.“Biar aku naik taksi sendiri.”Olivia tidak membiarkan mereka berdua mengantarnya karena keduanya tidak boleh dibuat tersinggung.“Biar Stefan yang antar kamu. Aku sudah terlalu lama keluar dan sudah harus balik. Mama nggak tahu kalau aku pergi,” kata Amelia memilih mengalah.Dia menatap Stefan dalam-dalam kemudian melepaskan pegangannya pada Olivia untuk pergi.“Stefan,” panggil Amelia yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan berkata, “Stefan, jangan paksa Olivia! kami itu keluarga dan akan begitu selamanya! Kamu jangan pikir Olivia nggak ada keluarga yang membelanya! Kalau kamu berani menyakitinya lagi dan memaksa kebebasan dia, aku nggak akan diam!”Rahang Stefan mengetat dan dengan dingin berkata, “Kamu nggak akan ada kesempatan untuk mengancamku!”“Oliv, kalau dia jahat sama kamu, kamu harus kasih tahu aku. Aku akan bantu kamu kasih dia pelajaran! Oh iya, Stefan, kamu harus panggil aku ‘Kakak’! Kalau nggak, ber
“Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran soal cari uang? Kamu lagi kekurangan uang sekarang?” tanya Junia.“Tabunganku hanya beberapa ratus juta. Aku nggak kekurangan uang, tapi juga belum jadi orang kaya. Amelia katakan banyak hal padaku. Semua itu memang masalah nyata di hadapan aku dan Stefan. Mau nggak mau aku harus pertimbangkan baik-baik.”Junia bertanya dengan nada bercanda, “Nggak marah lagi sama dia?”“Marah atau nggak, aku tetap harus mempertimbangkan masa depan aku dan dia.”Olivia menghela napas dan berkata lagi, “Aku hanya ingin cari suami biasa, kenapa malah jatuh ke lubang besar begini. Sudah jatuh ke dalam nggak bisa keluar lagi. Amelia bilang, sekalipun aku mengajukan cerai, aku tetap nggak bisa cerai kalau Stefan nggak mau cerai.”“Kalau kamu berani ajukan cerai, dia bakal berani buat kamu jadi tahanan rumah seumur hidup.”“Jangan ungkit hal-hal menyebalkan yang dia lakukan,” tukas Olivia.Olivia mengambil sepotong melon dan memakannya, “Melonnya manis juga.”“Aku yang pilih,
Setelah menelepon Stefan, Olivia juga memberi tahu kakaknya. Malam ini dia akan kembali ke Lotus Residence dulu. Dia akan bicara baik-baik dengan Stefan. Oleh karena itu, dia akan pulang ke rumah kakaknya agak malam.“Nggak masalah, aku akan tetap bukakan pintu untuk kamu nggak peduli seberapa malam kamu pulang,” kata Odelina.Selesai menelepon, Olivia tidak langsung kembali ke toko. Dia berjalan sendirian di jalan depan sekolah, lalu menyusuri tepi sungai. Pada saat menikmati angin dingin menerpanya, pikirannya perlahan-lahan menjadi lebih tenang. Hal terpenting di hadapan Olivia dan Stefan saat ini bukanlah Olivia marah atau tidak, melainkan kesenjangan nyata antara dirinya dan Stefan. Setelah cukup lama berjalan, dia baru menyadari kalau dia telah berjalan terlalu jauh. Pada saat Olivia berbalik, dia melihat Junia yang sedang mengikutinya dari kejauhan. Dia tercengang seenak, lalu berjalan ke arah Junia.“Aku nggak akan berpikiran pendek.”Junia tersenyum dan berkata, “Aku tahu kam
Olivia memegang pot bunga di tangan kanannya. Pada saat dia menoleh untuk melihat Stefan, dia mengangkat pot bunga di tangan kanannya. Maksudnya dia bisa menggunakan tangan kanannya. Yang terluka hanya tangan kirinya.“Kerja pakai satu tangan pasti capek. Aku sudah minta Bi Lesti rawat bunga-bunga ini dengan baik. Kamu nggak usah khawatir.”Stefan tetap mengambil pot bunga dari tangan Olivia. Dia tidak membiarkan Olivia menyirami bunga. Dia menarik Olivia dan menyuruhnya duduk di kursi ayun.“Kamu paling suka duduk di sini. Kamu duduk di sini saja. Aku masuk ambil jaket dulu untuk kamu,” ujar Stefan.“Aku nggak dingin.”Namun, Stefan seolah tidak mendengar apa yang Olivia katakan. Dia tetap pergi ke dalam dan mengambil jaket untuk Olivia. Dia meminta Olivia untuk memakai jaket itu, tapi Olivia tidak mau. Stefan pun meminta Olivia menutupi kakinya dengan jaket. Dengan begitu, dia tidak akan merasa kedinginan duduk di kursi ayun.“Aku masak dulu. Kalau ada apa-apa panggil saja aku. Tanga
“Sewaktu baru tahu kamu bohong padaku, aku sangat marah .... Lupakan saja, kita nggak bahas ini dulu. Lihat tampangmu ini, rasanya rambutmu itu sudah berdiri tegak. Aku masih marah, hati pun belum tenang. Tapi satu per satu orang datang cari aku untuk wakili kamu minta maaf, bujuk aku untuk maafkan kamu.”Sahabat Olivia yang selalu berpihak padanya sekalipun juga ikut membicarakan hal baik tentang Stefan.“Oliv, kamu berhak marah. Aku yang salah. Aku seharusnya nggak sembunyikan hal ini darimu begitu lama. Aku nggak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya di depanmu langsung. Aku bahkan memilih cara lain untuk beri tahu kamu. Yose yang kasih aku ide buruk ini.”Stefan sendiri yang meminta saran pada Yose. Sekarang dia malah balik menyalahkan pria itu. Entah apa reaksi Yose kalau mendengar perkataan Stefan barusan.Olivia terdiam sejenak lalu berkata, “Inti dari permasalahan ini yaitu kamu nggak cukup percaya padaku.”“Oliv, aku akui dulu aku memang nggak percaya padamu. Aku m
“Stefan, maksud aku tolong beri aku waktu. Aku akan coba lihat apakah aku bisa berbaur dengan duniamu. Kalau aku nggak bisa berbaur, aku juga nggak mau paksakan diri. Kamu juga jangan paksa aku. Pernikahan yang nggak setara sulit untuk dipertahankan.”“Sekarang boleh dibilang kamu baru saja jatuh cinta padaku belum lama. Kamu sedang sayang-sayangnya. Jadi kamu pasti mengira kamu bisa tolerir segalanya tentang aku. Nggak peduli siapa pun aku, kamu nggak peduli.”“Setelah waktu berlalu lama, kamu akan merasa aku nggak bisa bantu kamu apa-apa. Kita juga nggak punya topik pembicaraan yang sama. Kamu bicara soal keuangan, saham, investasi. Aku sama sekali nggak tahu apa-apa soal itu semua. Pada saat kamu bawa aku acara kumpul-kumpul dengan temanmu, istri teman-temanmu bisa nimbrung obrolan kalian. Apa yang bisa aku bicarakan dengan kalian? Tanya kalian makan lauk apa, sup apa hari ini?”“Kemudian, kamu akan merasa aku mempermalukan kamu, merasa aku nggak sebaik istri teman-temanmu. Karena m
Olivia juga mengakui keluarga suaminya sangat baik, mereka semua sangat terdidik. Akan tetapi, dia tau ibu mertuanya tidak terlalu menyukainya. Jangan kira dia tidak bisa merasakannya.Untuk saat ini Olivia dan ibu mertuanya jarang menghabiskan waktu bersama, tidak ada konflik di antara mereka. Begitu mereka menghabiskan waktu bersama lebih banyak kelak, apakah dirinya akan jadi seperti tantenya dulu? Oleh karena itu, Olivia ingin mendapat pengakuan dari mertuanya.“Stefan, kita bicarakan sampai di sini dulu. Sudah malam, kamu cepat istirahat. Aku pergi dulu.”Olivia menahan luapan amarahnya. Dia tidak bertengkar dengan Stefan, juga tidak berusaha membujuk pria itu. Stefan tidak bisa mengerti apa yang dia inginkan. Rasanya sia-sia melanjutkan pembicaraan ini. Olivia pun merasakan ketidakberdayaan.Olivia merasa jika pembicaraan ini diteruskan, mereka berdua pasti akan bertengkar. Bahkan pertengkaran mereka akan semakin parah. Hal itu hanya akan memperburuk hubungan mereka. Dia datang k
“Setelah bertemu dengan dia dan memastikan dia baik-baik saja, aku akan mulai bekerja. Nanti saat liburan tahun baru, aku akan pulang. Kakak nggak perlu mengirim seseorang untuk menjemputku. Aku bisa pesan tiket lebih awal sendiri,” kata JordanPemuda itu merasa dirinya sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri saat berada di luar rumah. Rosalina mengangguk. “Selain para eksekutif perusahaan yang tahu siapa kamu, para karyawan biasa nggak akan mengenalimu. Selama kamu nggak mengungkapkan identitasmu, nggak ada yang akan tahu. Bekerjalah dengan baik, bicara seperlunya, kerjakan tugasmu, dan perhatikan bagaimana orang lain bekerja. Belajar dan amati.” “Baik,” jawab Jordan. Dia pernah bertemu dengan para eksekutif perusahaan sebelumnya. Bagaimanapun, dia adalah satu-satunya putra orang tua mereka, dan semua sisa aset keluarga setelah mereka dihukum telah dialihkan atas namanya. Namun, karena dia masih bersekolah dan tidak terlibat langsung dalam urusan perusahaan, para karyawa
Rosalina berkata, “Lebih baik kamu bekerja di perusahaan keluarga kita saja. Perusahaan itu juga ada bagianmu. Gunakan liburan untuk bekerja, kumpulkan pengalaman kerja. Setelah lulus nanti, kalau tidak berniat melanjutkan pendidikan, kamu bisa mulai dari posisi dasar.” “Lebih baik kamu merasakan susahnya bekerja sejak dini.” Adhitama Group memiliki standar yang sangat tinggi. Bahkan para tuan muda keluarga Adhitama sendiri tidak bisa langsung bekerja di kantor pusat saat pertama kali terjun ke dunia kerja. Rosalina tidak ingin adiknya menggunakan status adik iparnya Calvin untuk masuk Adhitama Group. Hal itu bisa menimbulkan pembicaraan buruk dan dianggap tidak adil bagi banyak orang. Meskipun, memang di dunia ini keadilan tidak selalu ada. Namun, dia tetap memutuskan agar adiknya bekerja di Siahaan Group. Bagaimanapun, perusahaan itu juga ada bagian untuk Jordan. “Bukannya sebentar lagi tahun baru? Kalau tiket kereta cepat sulit didapat, bagaimana?” kata Calvin, menunjukkan
“Cepat sekali sudah libur musim dingin.” Rosalina memeriksa adiknya. Melihat adiknya tidak terlihat kurus, malah tampak lebih tegap dan sedikit lebih dewasa dibanding sebelumnya, dia merasa sangat puas dengan perubahan adiknya setelah masuk universitas. “Iya, begitu libur, aku langsung beres-beres barang dan naik kereta cepat untuk pulang. Begitu sampai di rumah dan melihat mobil Kakak ada di sini, aku tanya ke pengurus rumah. Katanya Kakak baru pulang dari kantor. Kakak, semuanya baik-baik saja, 'kan?” Bisnis keluarga Siahaan juga ada sebagian untuk Jordan, tetapi dia sangat percaya pada kakaknya sehingga pemuda tu hanya bertanya sekilas. Dalam hal bisnis, dia masih belum paham dan tidak punya pengalaman, jadi dia tidak banyak bertanya. “Semuanya berjalan lancar. Yang penting kamu sudah pulang. Cuci tangan dulu, kita makan bersama. Kakak juga baru saja sampai rumah.” Beberapa menit kemudian, setelah Calvin mengambilkan beberapa lauk untuk istrinya dengan sumpit khusus, dia be
Rosalina tersenyum kecil, “Kalau Papa dan Mama dengar ucapanmu, mereka pasti sedih dan bilang kalau kamu nggak punya hati.” “Kenapa Papa dan Mama nggak sayang kamu? Justru karena mereka sayang sama kamu, mereka jadi baik sekali padaku. Ini yang disebut 'karena cinta seseorang, maka mencintai hal-hal yang berkaitan dengannya’.” Memang benar, mertua sangat menyayanginya, tetapi itu juga karena dia adalah menantu mereka. Kedua mertuanya sangat menyayangi anak laki-lakinya, dan berharap keluarga kecilnya Bahagia. Oleh karena itu, mereka sangat baik pada Rosalina. Rosalina berpikir, Tuhan masih baik padanya. Setelah menderita lebih dari dua puluh tahun, akhirnya dia diberi kehangatan. Tuhan mengizinkannya menikah dengan Calvin dadn memiliki mertua yang menyayanginya seperti anak kandung. Di sisa hidupnya, dia tidak perlu khawatir lagi menghadapi badai kehidupan. Ada keluarga suaminya yang menjadi sandarannya serta melindunginya dari segala masalah. Perempuan itu sangat berterima ka
Calvin ingin menjemput Rosalina di bandara, tapi Rosalina tidak mengizinkannya pergi. Rosalina pulang bersama pengawalnya. Rosalina bilang dia sudah bisa melihat. Calvin tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya lagi. Biar dia bisa jadi lebih mandiri.Baiklah, Calvin hanya bisa menuruti apa kata istrinya. Kebetulan dia juga sangat sibuk. Rosalina perhatian padanya, tidak butuh Calvin jemput di bandara. Calvin pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang untuk menunggu Rosalina.Calvin sudah menyiapkan satu meja penuh dengan makanan favorit istrinya. Rosalina sudah makan di pesawat. Namun sesampainya di rumah, dia sudah lapar lagi. Jarak bandara dan rumahnya agak jauh.Entah kapan hujan yang menetes di luar berhenti. Akan tetapi, ada air di mana-mana. Langit masih mendung. Suhu lebih rendah dibandingkan tadi pagi.Begitu mendengar suara mobil, Calvin langsung keluar untuk menyambut Rosalina. Tepat saat Rosalina keluar dari mobil, Calvin pun segera menuruni tangga sambil tersenyum. “Sud
“Bukannya Ronny kerja dengan baik? Yohanna juga nggak pilih-pilih masakan yang dia buat.”Risa bertanya dengan heran. Tanpa menunggu jawaban Jaka, dia pun berkata lagi, “Padahal masakannya benar-benar enak. Tapi dia sendiri sudah jadi bos. Mungkin dia nggak bisa terima perubahan status secara tiba-tiba.”Bekerja sebagai koki pribadi di keluarga Pangestu sama saja dengan menjadi pelayan. Ronny memiliki kemampuan, dia juga telah menjadi bos. Dia tidak kekurangan uang. Dia menjadi koki pribadi keluarga Pangestu hanya untuk sebuah tantangan. Wajar saja kalau dia sudah tidak tahan lagi.Sayang sekali, baru dua hari sudah harus diganti lagi. Risa sudah terbiasa dengan seringnya pergantian koki di rumahnya.“Tommy sangat suka sarapan yang dibuat Ronny. Banyak jenis, bahkan bisa buat bentuk hewan kecil. Tommy dan yang lainnya sangat suka.”Jaka menunggu hingga Risa selesai bicara. Setelah itu, dia baru menjelaskan, “Bukan karena Ronny nggak kerja, Bu. Bu Yohanna mau ke luar kota, jadi Ronny ik
Rasanya Jaka yang menjadi kepala pengurus villa ini sangat mengkhawatirkan Yohanna. Yohanna mau ke luar kota, Jaka pun pesan kepada Ronny berulang kali. Satu hal diulang terus berulang kali, seolah takut Ronny akan lupa.Awalnya Jaka ingin meminta Ronny menjaga Yohanna. Mungkin karena Jaka mengingat Ronny masih muda dan belum menikah, begitu pula dengan Yohanna. Jaka pun berubah pikiran.Pria dan perempuan lajang tinggal bersama, mudah untuk terjadi masalah. Jadi Jaka tidak boleh membiarkan Ronny punya niat tidak baik. Lebih baik biarkan Ronny hanya bertanggung jawab memasak. Ada pengawal perempuan yang menjaga Yohanna.Padahal Ronny sama sekali tidak punya niat jahat. Lagi pula, dia baru saja hadir dalam kehidupan Yohanna. Meskipun sejak awal dia sudah tahu kalau Yohanna adalah calon istri yang neneknya pilihkan untuknya. Mereka baru saja saling kenal. Bagaimana mungkin ada perasaan di antara mereka?Tanpa perasaan, Ronny tidak menginginkan apa pun. Dia hanya ingin fokus memasak. Jika
Ronny dan Jaka datang dengan mobil yang sama. Dalam perjalanan pulang, Ronny bertanya pada Jaka, “Biasa kalau Bu Yohanna dinas ke luar kota, dia tinggal di hotel atau dia ada beli rumah dan tinggal sendiri?”“Bu Yohanna nggak bilang mau ke mana. Kalau tempat yang ada perusahaan cabang, biasanya ada rumah sendiri. Setiap kali ke sana, Bu Yohanna tinggal di rumahnya sendiri. Rumahnya mungkin nggak besar, tapi ada karyawan. Barang kebutuhan sehari-hari pasti sudah ada,” jawab Jaka.“Kalau dia pergi sekadar bahas kerja sama dengan orang lain, Bu Yohanna akan tinggal di hotel. Sekalipun tinggal di hotel, dia akan tinggal di kamar presidential suite. Bisa masak sendiri. Saat ikut Bu Yohanna ke luar kota, kamu hanya perlu bawa barang yang kamu butuhkan. Kalau nggak bisa masak, dia nggak akan bawa kamu ke sana.”Ronny berpikir sejenak. “Benar juga, ya. Kalau begitu aku pulang dan beres-beres dulu. Nggak perlu bawa banyak barang. Cukup bawa bumbu. Untuk bahan-bahan, beli di sana saja.”Sungguh
Ternyata Yohanna mau keluar kota. Ronny pun menjawab dengan hormat, “Baik, Bu.”Saat ini, Jaka tiba-tiba bertanya, “Bu Yohanna mau keluar kota, nggak bawa Ronny?”Yohanna begitu pilih-pilih makanan. Saat berada di luar kota, sulit baginya untuk menemukan makanan yang bisa dia makan. Lebih baik kalau dia membawa koki pribadinya. Dulu, Yohanna jarang dinas ke luar kota.Yohanna terdiam. Sementara itu, Ronny membersihkan meja tanpa bersuara. Dalam hati justru berkata, “Dia begitu pemilih. Kalau bepergian jauh, dia pasti kelaparan terus.”Setelah berpikir selama beberapa menit dan mempertimbangkan perutnya, Yohanna baru berkata dengan suara pelan, “Kalau begitu, Ronny, kamu pulang dan siap-siap. Jam lima sore kamu datang ke sini lagi. Ikut aku ke luar kota. Pak Jaka, jangan beritahu siapa pun selain keluargaku soal Ronny ikut aku keluar kota.”Yohanna takut kalau orang lain tahu dia ke luar kota dengan membawa koki pribadi muda, mereka akan bicara ini-itu dan membuat segala macam rumor. Se