“Sewaktu baru tahu kamu bohong padaku, aku sangat marah .... Lupakan saja, kita nggak bahas ini dulu. Lihat tampangmu ini, rasanya rambutmu itu sudah berdiri tegak. Aku masih marah, hati pun belum tenang. Tapi satu per satu orang datang cari aku untuk wakili kamu minta maaf, bujuk aku untuk maafkan kamu.”Sahabat Olivia yang selalu berpihak padanya sekalipun juga ikut membicarakan hal baik tentang Stefan.“Oliv, kamu berhak marah. Aku yang salah. Aku seharusnya nggak sembunyikan hal ini darimu begitu lama. Aku nggak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya di depanmu langsung. Aku bahkan memilih cara lain untuk beri tahu kamu. Yose yang kasih aku ide buruk ini.”Stefan sendiri yang meminta saran pada Yose. Sekarang dia malah balik menyalahkan pria itu. Entah apa reaksi Yose kalau mendengar perkataan Stefan barusan.Olivia terdiam sejenak lalu berkata, “Inti dari permasalahan ini yaitu kamu nggak cukup percaya padaku.”“Oliv, aku akui dulu aku memang nggak percaya padamu. Aku m
“Stefan, maksud aku tolong beri aku waktu. Aku akan coba lihat apakah aku bisa berbaur dengan duniamu. Kalau aku nggak bisa berbaur, aku juga nggak mau paksakan diri. Kamu juga jangan paksa aku. Pernikahan yang nggak setara sulit untuk dipertahankan.”“Sekarang boleh dibilang kamu baru saja jatuh cinta padaku belum lama. Kamu sedang sayang-sayangnya. Jadi kamu pasti mengira kamu bisa tolerir segalanya tentang aku. Nggak peduli siapa pun aku, kamu nggak peduli.”“Setelah waktu berlalu lama, kamu akan merasa aku nggak bisa bantu kamu apa-apa. Kita juga nggak punya topik pembicaraan yang sama. Kamu bicara soal keuangan, saham, investasi. Aku sama sekali nggak tahu apa-apa soal itu semua. Pada saat kamu bawa aku acara kumpul-kumpul dengan temanmu, istri teman-temanmu bisa nimbrung obrolan kalian. Apa yang bisa aku bicarakan dengan kalian? Tanya kalian makan lauk apa, sup apa hari ini?”“Kemudian, kamu akan merasa aku mempermalukan kamu, merasa aku nggak sebaik istri teman-temanmu. Karena m
Olivia juga mengakui keluarga suaminya sangat baik, mereka semua sangat terdidik. Akan tetapi, dia tau ibu mertuanya tidak terlalu menyukainya. Jangan kira dia tidak bisa merasakannya.Untuk saat ini Olivia dan ibu mertuanya jarang menghabiskan waktu bersama, tidak ada konflik di antara mereka. Begitu mereka menghabiskan waktu bersama lebih banyak kelak, apakah dirinya akan jadi seperti tantenya dulu? Oleh karena itu, Olivia ingin mendapat pengakuan dari mertuanya.“Stefan, kita bicarakan sampai di sini dulu. Sudah malam, kamu cepat istirahat. Aku pergi dulu.”Olivia menahan luapan amarahnya. Dia tidak bertengkar dengan Stefan, juga tidak berusaha membujuk pria itu. Stefan tidak bisa mengerti apa yang dia inginkan. Rasanya sia-sia melanjutkan pembicaraan ini. Olivia pun merasakan ketidakberdayaan.Olivia merasa jika pembicaraan ini diteruskan, mereka berdua pasti akan bertengkar. Bahkan pertengkaran mereka akan semakin parah. Hal itu hanya akan memperburuk hubungan mereka. Dia datang k
Akan tetapi, tidak peduli seberapa lambat mobil itu. Sesaat kemudian, mereka pun tiba di rumah kontrakan Odelina. Pada saat Odelina menyewa rumah, dia tidak ingin tinggal terlalu jauh dari adiknya. Oleh karena itu, dia mencari rumah yang tidak jauh dari Lotus Residence.Stefan menghentikan mobilnya. Matanya menatap lurus ke depan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Aku sudah sampai.”Olivia membuka pintu mobil sendiri. Setelah berkata kepada Stefan, dia pun keluar dari mobil.“Aku antar kamu ke atas,” kata Stefan tiba-tiba.“Nggak usah. Kamu pulang saja, hati-hati di jalan. Besok istirahat baik-baik di rumah. Kamu terlihat kurang sehat.”Stefan menatap Olivia dengan mata hitamnya, lalu bertanya dengan suara serak, “Oliv, kamu masih peduli padaku, kan?”Stefan ingin menarik tangan Olivia. Namun, perempuan itu sudah berbalik dan berjalan ke dalam gedung. Sedangkan Stefan hanya berdiri di depan pintu dan melihatnya naik ke atas. Pada akhirnya, dia tidak mengantar Olivia.Stefan juga memi
Setelah Stefan menghempaskan semua botol dan gelas di atas meja, dia telungkup di atas meja itu dan bergumam, “Olivia, Olivia .... Aku bukannya nggak bisa hidup tanpamu.”Reiki dan Daniel pada awalnya tidak mengerti apa yang Stefan katakan. Stefan bergumam berulang kali. Akhirnya, Reiki mencondongkan tubuhnya lebih dekat. Dia pun bisa mendengar dengan jelas pria itu berkata, “Olivia, aku bukannya nggak bisa hidup tanpamu.”“Dia ngomong apa?” Melihat ekspresi Reiki yang aneh, Daniel pun bertanya dengan penasaran.Reiki berdiri tegak, lalu menatap Stefan yang sudah mabuk. Kemudian, dia berkata pada Daniel, “Sejak Stefan melakukan pernikahan dadakan, dia sudah mabuk beberapa kali karena Olivia.”Pada awalnya, Stefan dan Olivia menandatangani sebuah perjanjian. Sikap Olivia yang acuh tak acuh membuat Stefan tertekan. Saat itu, Stefan minum dengan kedua sahabatnya sampai mabuk. Dimas menyamar sebagai sopir pengganti dan mengantarnya pulang. Dimas muncul di depan Olivia secara terbuka.“Masi
“Aku antar dia ke tempat Olivia saja. Olivia pasti akan jaga dia.”Reiki ingin membantu Stefan. Namun, Daniel mengingatkan, “Stefan lagi mabuk sekarang. Bicaranya saja sudah ngelantur begitu. Kalau Olivia dengar kata-katanya barusan, justru akan memperburuk keadaan.”“Kalau begitu ... antar dia ke Vila Permai saja,” kata Reiki.Daniel tidak memiliki pendapat lain. Mereka bertiga meninggalkan bar. Daniel membantu Stefan masuk ke mobil Reiki, lalu dia berpesan pada Reiki sebentar. Setelah melihat mobil Reiki membawa Stefan pergi, Daniel baru menelepon sopir untuk menjemputnya.Dalam perjalanan menuju Vila Permai, Stefan masih bergumam sesekali. Kadang dia bergumam “Olivia, aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku”, kadang dia juga bergumam, “apa lagi yang kamu inginkan dariku? Asal tahu saja, aku bukannya nggak bisa hidup tanpamu”.Pokoknya Stefan mengulangi dua kalimat itu berulang kali. Boleh dibilang ini adalah pertarungan antara cinta dan harga dirinya. Ada kalanya cinta yang menang, a
Apa yang akan terjadi pada Stefan? Setelah pria itu tidur dalam keadaan mabuk, dia bahkan bermimpi.Di dalam mimpinya, Stefan dan Olivia bertengkar sengit. Jadi dia pun berteriak pada Olivia, “Olivia, aku bukannya nggak bisa hidup tanpamu. Aku bisa cari penggantimu kapan saja. Jangan dikasih enak malah nggak mau!”Setelah Olivia menatap Stefan dengan dingin, perempuan itu berbalik dan hendak pergi.“Olivia! Jangan harap kamu bisa tinggalkan aku! Kamu milikku! Aku nggak bisa hidup tanpamu!”Secara naluriah Stefan meraih tangan Olivia dan tidak membiarkannya pergi. Dia menarik Olivia kembali dan memeluknya erat-erat. Kemudian, dia menundukkan kepalanya dan menciumnya dengan liar. Dia ingin bercumbu dengan Olivia lebih lama ....Byur!Pada saat Stefan dan Olivia bercumbu dengan ganasnya di dalam mimpi, pria itu membalikkan badannya. Oleh karena itu, badannya keluar dari kursi lipat dan langsung jatuh ke dalam kolam renang.Stefan pun tenggelam ke dalam air dingin. Mimpinya hancur seketika
Raut wajah Stefan menjadi sangat muram. Namun, dia tidak berani maju ke depan lagi. Dia takut neneknya akan memukulinya dengan tongkat. Dia masih ingat kata-kata sindiran dari neneknya barusan.“Nenek, aku nggak pernah bilang bukannya aku nggak bisa hidup tanpa Olivia,” kata Stefan.Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal seperti itu. Dia tidak bisa hidup tanpa Olivia. Dia tidak menginginkan siapa pun kecuali Olivia.“Kamu benar nggak pernah bilang?”Stefan tiba-tiba terdiam. Sesaat kemudian, dia baru berkata, “Sepertinya aku bilang begitu di dalam mimpi. Tapi kenapa Nenek bisa tahu?”Stefan spontan berpikir, apa mungkin dia tidak sedang bermimpi? Dia benar-benar bertengkar terlalu hebat dengan Olivia. Dia mengucapkan kalimat seperti itu karena marah. Padahal dia masih ingin bercumbu dengan Olivia.“Nenek, habis minum tadi, a-apa yang aku lakukan pada Olivia?”Kalau Stefan memaksa Olivia untuk bercinta dengannya di bawah pengaruh alkohol .... Oh, tidak!Stefan bahkan tidak berani mem
“Kami nggak pilih kasih. Russel satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Kami juga sangat sayang Russel. Dulu, dulu ... karena kami yang asuh Aiden, jadi lebih dekat dengan Aiden. Otomatis juga jadi pilih kasih, lebih sayang Aiden. Sekarang nggak akan seperti itu lagi,” janji Rita.Rita tahu kalau Roni kesal terhadap mereka. Dia juga menyadari kalau ini salah mereka, karena mereka selalu lebih mengutamakan Shella.Terutama karena terakhir kali, ketika Shella mengajak mertuanya makan di restoran. Shella ingin menipu Olivia dan membuatnya bayar tagihan, tapi tentu saja dia gagal. Tidak disangka, Shella malah menelepon Rita dan minta Rita yang bayar. Rita tidak tahu Shella sedang menipunya, dia pun mentransfer uang ke rekening Shella.Russel yang mengungkapkan hal itu. Saat Roni tahu, dia marah besar kepada mereka, bilang kalau mereka lebih sayang Shella. Kalau begitu, mereka pindah saja ke rumah Shella. Roni tidak akan memberikan biaya hidup kepada mereka lagi.Sekarang Roni menjadi sopir t
Seumur hidupnya, Roni hanya memiliki satu anak, yaitu Russel. Baginya, yang penting Russel masih mau mengakuinya sebagai ayah. Meskipun tidak dekat, setidaknya anaknya tidak menjauh. Itu sudah termasuk penghiburan bagi Roni.Setelah mengakhiri panggilan telepon, Russel mengembalikan ponsel ke Olivia dan berkata, “Papa mau jemput aku dan suruh aku menginap di rumahnya selama beberapa hari. Aku bilang nggak mau. Besok kita mau pergi cari Liam. Aku nggak mau ke sana dan main sama Kak Aiden. Kak Aiden selalu ganggu aku. Tapi sekarang aku sudah nggak takut dengan Kak Aiden lagi. Aku sudah belajar ilmu bela diri.”Meskipun Russel tidak memiliki banyak bakat dalam seni bela diri, setelah menjalani latihan dalam waktu lama, tubuhnya menjadi lebih kuat dan bertenaga. Pelatih bilang kalau dia terus berlatih, Russel akan memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Russel tidak serakah. Dia hanya ingin memiliki kemampuan seperti Olivia.“Iya, kalau kamu nggak mau pulang ke sana ya nggak u
“Angkat saja.”Pada akhirnya Russel mengangkat telepon dari ayahnya. Olivia menyerahkan ponselnya kepada Russel dan menyuruhnya mengangkat telepon. Selama bisa tidak bicara dengan Roni, Olivia tidak akan bicara dengan pria itu.“Papa,” panggil Russel.Roni menjawab dan bertanya sambil tertawa pelan, “Russel belum tidur?”“Ini sudah mau tidur. Tiba-tiba Papa telepon. Papa sudah pulang kerja? Ribut sekali di sana.”“Papa belum pulang kerja. Tapi kalau Papa mau pulang kerja juga nggak apa-apa. Tantemu ada di sana, nggak?” tanya Roni.“Ada. Papa cari Tante?”“Russel, kamu mau ke sini selama beberapa hari, nggak? Kamu lagi libur, kan. Bagaimana kalau kamu ke sini? Kakek dan nenekmu kangen sama kamu.”Roni menelepon untuk berdiskusi dengan Olivia. Dia ingin menjemput Russel ke rumahnya dan tinggal di sana selama beberapa hari. Toh, anak sekolah sedang libur. Apalagi orang tuanya juga rindu dengan cucu mereka.Shella mengantar Aiden ke sana. Kalau hanya ada Aiden, rasanya terlalu bosan. Jadi
Ingatan anak sebelum usia tiga tahun biasanya akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun, kejadian itu meninggalkan luka yang terlalu dalam bagi Russel, sehingga dia tidak dapat melupakannya.Setelah kejadian itu, Russel mengalami mimpi buruk untuk waktu yang lama. Dia juga selalu ingat adegan di mana ibunya terluka dan berlumuran darah ketika menyelamatkannya.“Aku hanya percaya Mama, Tante, Om Stefan, Om Daniel dan yang lainnya.” Russel berkata dengan serius, “Aku nggak berani percaya papaku dan yang lainnya.”Russel mengerti segalanya. Olivia mengelus wajah mungil keponakannya dan menatapnya dengan lembut.“Kamu segalanya bagi mamamu. Apa pun yang terjadi, Tante nggak akan biarkan kalian terpisah. Russel, mamamu sudah melewati banyak masa-masa sulit. Setelah dewasa, kamu harus berbakti pada mamamu.”“Pasti, Tante. Kalau aku sudah besar, aku akan cari banyak uang untuk beli rumah besar dan mobil baru untuk Mama. Biar Mama nggak perlu capek-capek kerja lagi. Aku juga akan belikan ru
Pukul sembilan malam, Kota Mambera.Setelah melakukan panggilan video dengan kakaknya, Olivia berkata kepada Russel, “Kamu sudah selesai kemas barangmu, belum? Jangan lupa bawa hadiah untuk Liam.”“Sudah. Aku hanya bawa beberapa mainan dan hadiah untuk Liam,” jawab Russel. “Biar aku yang ketinggalan, hadiah untuk Liam juga nggak akan ketinggalan.”Olivia tertawa pelan. “Kalau kamu ketinggalan, siapa yang kasihkan hadiah untuk Liam?”Russel tersipu malu. Olivia menggendongnya, lalu mendudukkannya di tempat tidur. “Om Stefan lagi ke luar kota. Malam ini kamu tidur sama Tante. Besok pagi habis sarapan, kita langsung pergi ke rumah Om Yose. Suruh kamu pergi bareng kakek-kakek itu, kamu nggak mau. Padahal mereka suka banget sama kamu. Mereka akan jaga kamu dengan baik.”Russel baring di tempat tidur, tapi dia menyandarkan kepalanya di paha Olivia dan berkata, “Mereka sangat suka sama aku. Tapi aku nggak terlalu kenal mereka. Tante dan Mama sering bilang jangan mau pergi dengan orang lain se
Kepala pelayan hanya bisa menghela napas dalam hati. Bahkan Cakra saja tidak memiliki kebebasan seperti ini, padahal dia adalah suami dari Patricia. Namun, perempuan itu lebih memercayai Dikta. Dia adalah asisten setia yang telah menemani Patricia sepanjang hidupnya. Sementara itu, sejak skandal perselingkuhannya, Cakra sudah tidak memiliki posisi apa pun di hati Patricia. Jika bukan karena mereka memiliki anak, demi mempertimbangkan masa depan anak dan cucunya, mungkin mereka sudah lama bercerai. Setelah naik ke lantai atas, Dikta langsung menuju ruang kerja. Dia mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendapatkan izin dari Patricia, barulah lelaki itu masuk. Di dalam, Patricia sedang berlatih kaligrafi. Dikta berjalan mendekat dan mengamati tulisan yang dibuatnya. "Bagaimana menurutmu?" Patricia bertanya. "Tulisan tanganku ini." "Hati Bu Patricia sedang gelisah. Tulisan tangan pun ikut gelisah. Lebih baik berhenti saja, jangan buang-buang tinta dan kertas." Dikta adalah satu-sa
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s